Kurniati Kemer
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Universitas Sam Ratulangi.Jl. Kampus Unsrat Bahu, Manado 95115, Sulawesi Utara, Indonesia

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Effect Of Lead Acetate (Pb(Ch3coo)2) On The Growth Of Marine Microalgae Porphyridium cruentum Sanep, Jacqlien Virgina; Kemer, Kurniati; Mantiri, Desy M. H.; Paulus, James J. H.; Mamuaja, Jane M.; Tombokan, John L.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 11 No. 1 (2023): ISSUE JANUARY-JUNE 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v11i1.47538

Abstract

Microalgae are a group of phytoplankton that live in waters and in damp places; Microscopic in size and can only be seen with a microscope. The stages of microalgae growth are started with the lag phase, the exponential phase, the growth rate decreasing phase, the stationary phase, and the death phase. Porphyridium cruentum is a single-celled microalgae, belonging to the class Rhodophyceae, free-living or in colonies bound in mucilago. The purpose of this study was to observe the growth of the marine microalgae Porphyridium cruentum in culture media treated with lead acetate at different concentrations, namely 30 ppm, 50 ppm, 80 ppm, and control. Observation of cell growth was carried out by counting the number of cells every day, at the same time until Porphyridum cruentum entered the death phase. The cell density of Porphyridium cruentum marine microalgae showed a good growth pattern where until day 11 the average number of microalgae cells was 9.8 x104. Furthermore, the culture media was treated with lead acetate in different concentrations. Cell density with lead acetate treatment can affect the growth of Porphyridium cruentum. Keywords : Microalgae; Porphyridium cruentum; Lead Acetate Abstrak Mikroalga adalah kelompok fitoplankton yang hidup di perairan dan di tempat yang lembab; berukuran mikroskopis dan hanya bisa dilihat menggunakan mikroskop. Tahapan pertumbuhan mikroalga adalah dimulai dari fase lag, fase eksponensial, fase penurunan laju pertumbuhan, fase stasioner dan fase kematian. Porphyridium cruentum merupakan mikroalga bersel tunggal, termasuk kelas Rhodophyceae, hidup bebas atau berkoloni yang terikat dalam mucilago. Tujuan dari penelitian ini adalah mengamati pertumbuhan dari mikroalga laut Porphyridium cruentum pada media kultur dengan perlakuan timbal asetat pada konsentrasi berbeda yaitu 30 ppm, 50 ppm, 80 ppm dan kontrol. Pengamatan pertumbuhan sel dilakukan dengan menghitung jumlah sel setiap hari, pada waktu yang sama sampai Porphyridum cruentum memasuki fase kematian. Kepadatan sel mikroalga laut Porphyridium cruentum menunjukkan pola pertumbuhan yang baik dimana sampai hari ke 11 jumlah rata-rata sel mikroalga 9,8 x104. Selanjutnya media kultur diberi perlakuan timbal asetat dengan konsentrasi berbeda. Kepadatan sel dengan perlakuan timbal asetat dapat mempengaruhi pertumbuhan Porphyridium cruentum. Kata kunci: Mikroalga;  Porphyridium cruentum; Timbal Asetat
Cell Density Of Microalgae Tetraselmis chuii, With Lead Acetate Compound (Pb(Ch3COO)2) at Different Concentrations Kadang, Nurfadillah; Kemer, Kurniati; Mantiri, Desy Maria Helena; Kaligis, Erly Y.; Rumampuk, Natalie D.C.; Pelle, Wilmy Etwil
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 12 No. 2 (2024): ISSUE JULY-DECEMBER 2024
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v12i2.49957

Abstract

Microalgae are a group of microscopic plants, included in the algae class, with a diameter of between 3-30 µm, single cells, and colonies that can live in all areas of fresh water and seawater. Microalgae contain active components that can be used in the cosmetic, food, pharmaceutical, and nutraceutical industries. This study aimed to determine the density of marine microalgae Tetraselmis chuii cells in culture media before treatment and to determine the density of T.chuii microalgae cells by administering lead acetate compounds at different concentrations. The method used in this study was culturing marine microalgae cells in balanced containers with lead acetate administration at concentrations of 30 ppm, 50 ppm, and 70 ppm, then observations were made by counting the number of cells under an Olympus microscope with 10x magnification using a hemocytometer. Observations were made every day at the same hour until the death phase. Microalgae culture uses a Light Emitting Diode (LED) lamp with 6,840 lux lighting. The results showed that the growth of T.chuii microalgae cells after administration of lead acetate compound showed unstable growth compared to the untreated container (control). Keywords: Microalgae; Tetraselmis chuii; Culture; Lead Acetate. Abstrak Mikroalga merupakan kelompok tumbuhan yang berukuran sangat kecil termasuk dalam kelas alga, memiliki diameter antara 3-30 μm baik sel tunggal maupun koloni yang dapat hidup di seluruh wilayah perairan air tawar maupun air laut. Mikroalga mengandung komponen aktif yang dapat digunakan dalam bidang industri kosmetik, makanan, farmasetika dan nutrasetikal. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kepadatan sel mikroalga laut Tetraselmis chuii dalam media kultur sebelum perlakuan dan mengetahui kepadatan sel mikroalga T.chuii dengan pemberian senyawa timbal asetat pada konsentrasi yang berbeda. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu mengkultur sel mikroalga laut pada wadah terkontrol dengan pemberian timbal asetat pada konsentrasi 30 ppm, 50 ppm, 70 ppm, kemudian dilakukan pengamatan melalui perhitungan jumlah sel di bawah mikroskop olympus dengan pembesaran 10x menggunakan haemocytometer. Pengamatan dilakukan setiap hari pada jam yang sama sampai pada fase kematian. Kultur mikroalga menggunakan lampu Light Emitting Diode (LED) dengan pencahayaan 6.840 lux. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroalga mikroalga T.chuii mengalami penurunan sel secara signifikan setelah pemberian senyawa timbal asetat dibandingkan dengan kontrol yang tidak diberi perlakuan. Kata kunci: Mikroalga; Tetraselmis chuii; Timbal Asetat.
Comcot 1.7 Modeling To Estimate The Maximum Height And Arrival Time Of The Tsunami In Tombariri Sub-District Bakri, Abu; Angmalisang, Ping Astony; Kemer, Kurniati; Patty, Wilhelmina; Pamikiran, Revols Dolfi CH; Taher, Nurmeilita
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 13 No. 1 (2025): ISSUE JANUARY-JUNE 2025
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v13i1.57487

Abstract

Tombariri Sub-District is located on the North Coast of the Minahasa Peninsula, directly opposite the North Sulawesi Subduction. North Sulawesi subduction has the potential for earthquakes with a targeted magnitude of M8.5 that can generate tsunamis. In addition, Tombariri Sub-District has a fairly large population density and is located on the coast. This causes the Tombariri Sub-District to be highly vulnerable to tsunami hazards. This study aims to determine the tsunami's estimated maximum height and arrival time. The modeling method in this study is through the Comcot 1.7 application with the worst-case scenario of North Sulawesi Subduction M8.5. The results of this study showed that the maximum height of the tsunami reached 6.17 m. The estimated time of tsunami arrival in Tombariri District ranges from 5-10 minutes. The results of this study can be used as a means of mitigating tsunami disasters. Keywords: Comcot, Tsunami Modeling, Inundation, Numeric Simulation Abstrak Kecamatan Tombariri terletak di wilayah Pesisir Utara Semenanjung Minahasa yang berhadapan langsung dengan Subduksi Sulawesi Utara. Subduksi Sulawesi Utara memiliki potensi gempabumi dengan magnitudo tertarget M8.5 yang dapat membangkitkan tsunami. Selain itu, Kecamatan Tombariri memiliki kepadatan penduduk yang cukup besar dan berada di wilayah pesisir. Hal ini menyebabkan Kecamatan Tombariri memiliki tingkat kerawanan terhadap bahaya tsunami yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui estimasi ketinggian maksimum dan waktu tiba tsunami. Metode pemodelan dalam penelitian ini melalui aplikasi Comcot 1.7 dengan skenario terburuk Subduksi Sulawesi Utara M8,5. Hasil dari penelitian ini menunukkan bahwa tinggi maksimum tsunami mencapai 6,17 m. Estimasi waktu tiba tsunami di Kecamatan tombariri berkisar antara 5 - 10 menit. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana mitigasi bencana tsunami. Kata Kunci : Comcot, Pemodelan tsunami, Simulasi Numerik.
IDENTIFIKASI KOPEPODA DARI PERAIRAN BATU LUBANG, LEMBEH SELATAN, BITUNG Singon, Cristio; Rimper, Joice R.T.S.L; Warouw, Veibe; Rumengan, Antonius P.; Wullur, Stenly; Kemer, Kurniati
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 13 No. 1 (2025): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.13.1.2025.60829

Abstract

Pulau Lembeh merupakan bagian dari wilayah administratif Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Secara administratif, pulau ini terbagi menjadi dua kecamatan, yakni Kecamatan Lembeh Utara dan Kecamatan Lembeh Selatan. Masyarakat yang tinggal di Pulau Lembeh sangat bergantung pada transportasi laut, terutama kapal, untuk mendukung aktivitas sehari-hari mereka. Aktivitas-aktivitas tersebut berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem, khususnya mengancam populasi plankton Plankton, organisme kecil yang hidup di perairan, memiliki peran penting dalam ekosistem perairan. Mengubah bahan anorganik menjadi organik dan memproduksi oksigen, serta menjadi indikator kualitas perairan. Informasi tentang plankton di Kawasan Perairan Batu Lubang Lembeh Selatan, Kota Bitung, masih terbatas, sehingga penelitian tentang inventarisasi jenis zooplankton perlu dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 8 genus zooplankton dari kelas Copepoda di Perairan Batu Lubang Lembeh Selatan Bitung Perairan. Suhu rata-rata perairan berkisar antara 28,04°C hingga 28,59°C, yang normal untuk ekosistem perairan. Salinitas, yang juga penting bagi kehidupan plankton, berada dalam kisaran yang normal di stasiun penelitian. Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang komposisi zooplankton dan kondisi lingkungan di Perairan Batu Lubang Lembeh Selatan Bitung, serta menyoroti pentingnya pemantauan terus-menerus terhadap kesehatan ekosistem perairan. Kata kunci: Zooplankton, Identifikasi, Lembeh, Plankton
Nudibranchia Species, Water Quality and Substrate at Malalayang Dua Beach, Manado City Dairivaldo, Kettang Legrant; Paulus, James J.H.; Lumuindong, Frans; Kemer, Kurniati; Pelle, Wilmy E.; Ompi, Medy
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 13 No. 1 (2025): ISSUE JANUARY-JUNE 2025
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v13i1.60767

Abstract

This research used the exploration method, where a dive team of three people descended to a subtidal depth of 3 to 10 meters. The dive team surveyed this site for 40 minutes. Measurements of environmental parameters seawater temperature, salinity, pH, dissolved oxygen (DO), Total Dissolved Solids (TDS), and turbidity—were taken using a Horiba U-536 and pH meter. The results identified 11 species. The average pH was 8.24 at Station A (Gasoline Station) and 8.06 at Station B (Malalayang Beach Walk). The average seawater temperature was 28.69°C at Station A and 29.08°C at Station B. Turbidity was 0 NTU at both stations. The dose of dissolved oxygen (DO) was 6.77 mg/L at Station A and 6.92 mg/L at Station B. The salinity was 31.49 ppt at Station A and 31.35 ppt at Station B. Except for TDS, all environmental parameters support Nudibranchia's life. Total Dissolved Solids (TDS) values were 57.73 g/L at Station A and 57.33 g/L at Station B, respectively. These TDS values are unsuitable for benthic marine life since they do not fit their range tolerances. Nudibranchia attached on substrates variations from dead coral with algae (DCA), sponge, algae, and dead coral fragments. The most dominant substrate occupied by Nudibranchia was dead coral with algae (DCA). Keywords: Nudibranchia, Species, Water Quality, Substrate, Malalayang Dua Abstrak Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi, di mana tim penyelam yang terdiri dari tiga orang turun ke kedalaman subtidal 3 hingga 10 meter. Tim penyelam melakukan survei di lokasi ini selama 40 menit. Pengukuran parameter lingkungan seperti suhu air laut, salinitas, pH, oksigen terlarut (DO), Total Dissolved Solids (TDS), dan kekeruhan diambil menggunakan Horiba U-536 dan pH meter. Hasil penelitian mengidentifikasi 11 spesies. Rata-rata pH adalah 8,24 di Stasiun A (Gasoline Station) dan 8,06 di Stasiun B (Malalayang Beach Walk). Suhu air laut rata-rata adalah 28,69°C di Stasiun A dan 29,08°C di Stasiun B. Kekeruhan adalah 0 NTU di kedua stasiun. Oksigen terlarut (DO) adalah 6,77 mg/L di Stasiun A dan 6,92 mg/L di Stasiun B. Salinitas adalah 31,49 ppt di Stasiun A dan 31,35 ppt di Stasiun B. Kecuali untuk TDS, semua parameter lingkungan mendukung kehidupan Nudibranchia. Nilai Total Dissolved Solids (TDS) adalah 57,73 g/L di Stasiun A dan 57,33 g/L di Stasiun B. Nilai TDS ini tidak sesuai dengan toleransi kehidupan ‘benthic’ dasar. Dalam penelitian ini, diasumsikan bahwa konsentrasi TDS juga tidak sesuai untuk Nudibranchia. Nudibranchia menempel pada variasi substrat seperti dead coral with alga (DCA), spons, alga, dan pecahan karang mati. Substrat yang paling dominan ditempati oleh Nudibranchia adalah dead coral with alga (DCA). Kata Kunci: Nudibranchia, Jenis-jenis, Kualitas Air, Substrat, Malalayang Dua.