Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

PENGARUH SUHU DAN WAKTU PROSES MODIFIKASI HEAT MOISTURE TREATMENT (HMT) PADA TEPUNG KULIT SINGKONG TERHADAP SIFAT KELARUTAN DAN SWELLING POWER Riwayati, Indah; Anam, Ahmad Choirul; Maharani, Farikha
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v5i1.3402

Abstract

Kulit singkong merupakan limbah dari industri tepung tapioka yang belum dimanfaatkan dengan maksimal. Padahal kulit singkong ini mempunyai kandungan gizi yang tidak kalah dengan singkong nya, sehingga mempunyai potensi untuk dimanfaatkan dengan cara diolah menjadi tepung. Pemanfaatan tepung kulit singkong sebagai bahan pangan terkendala dengan karakteristik bahan yang tidak memenuhi kebutuhan untuk dibuat menjadi produk tertentu. Oleh karena itu diperlukan proses modifikasi sebelum dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan produk makanan. Salah satu metode modifikasi tepung adalah dengan Heat Moisture Treatment (HMT). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh suhu dan lama waktu perlakuan HMT pada tepung kulit singkong terhadap sifat kelarutan dan swelling power. Teknik Heat Moisture Treatment dipakai untuk memodifikasi tepung kulit singkong ini agar tepung yang dihasilkan menjadi lebih baik lagi, dengan variable suhu 90oC ,100oC ,110oC dan lama pemanasan 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, dengan kadar air awal 28%. Kemudian dilakukan analisa swelling power, sollubility dan analisa proksimat, dari hasil analisa didapatkan hasil swelling power dan sollubility nya menurun dari tepung kulit singkong alami. Hasil solubility dan swelling power terendah yang diperoleh pada penelitian ini diperoleh pada suhu 1000C waktu 5 jam dengan solubility sebesar 6% dan swelling power sebesar 9,4. Kata kunci: Kulit singkong,Tepung modifikasi, Heat Moisture Treatment
EKTRAKSI FLAVONOID PADA DAUN BELUNTAS (PLUCHEA INDICA LESS) MENGGUNAKAN PELARUT AIR BERBANTU GELOMBANG MIKRO Putri, Inggil Anggita Kambali; Riwayati, Indah; Maharani, Farikha
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v5i1.3400

Abstract

Beluntas (Pluchea Indica Less) merupakan tanaman liar yang ditanam sebagai tanaman pagar. Berdasarkan hasil dari penelitian sebelumnya ekstrak tumbuhan ini mengandung senyawa yang berfungsi sebagai obat karena mempunyai sifat-sifat antivirus, antikanker,antijamur dan antibakteri. Sifat antibakteri dan antijamur ini berasal dari kandungan senyawa Flavonoid. Ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro merupakan proses yang relatif lebih unggul jika dibandingkan dengan metode konversional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh variabel rasio umpan-pelarut, daya dan waktu proses ekstraksi flavonoid dari daun beluntas dengan bantuan gelombang mikro. Percobaan dilakukan dengan variabel rasio-pelarut 1:10, 1:15, 1:20, variabel daya 30%, 50%, 70% daya maksimum alat (399 watt), dan variabel waktu 4 menit, 6 menit, 8 menit. Hasil percobaan menunjukan bahwa ketiga variabel berpengaruh terhadap konsentrasi flavonoid hasil ekstraksi. Secara umum meningkat seiring kenaikan ketiga variabel sampai maksimum di titik tertentu, kemudian turun. Konsentrasi maksimum diperoleh pada variabel umpan-pelarut, daya, waktu berturut-turut sebesar 1:15, 50% dan 6 menit dengan hasil flavonoid sebesar 11,907 mg/ml. Kata kunci: flavonoid, ekstrak beluntas, Gelombang mikro
KARAKTERISASI SELULOSA ASETAT DARI KETELA POHON (Manihot esculanta) Harianingsih Harianingsih; Farikha Maharani
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2018): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 9 2018
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.62 KB)

Abstract

Selulosa asetat biasanya dibuat dari air kelapa (nata de coco), karena produksi nata de coco semakin meningkat sehingga bahan baku air kelapa menjadi mahal maka diperlukan alternative media lain untuk pembuatan selulosa asetat.  Sebagai alternative digunakan ketela pohon yang bahan bakunya melimpah di Indonesia. Diversifikasi ketela pohon menjadi bahan baku membran mikrofiltrasi diharapkan dapat bermanfaat untuk proses pemisahan warna pada limbah batik artifisial. Selulosa asetat pada penelitian ini diperoleh dari aktifitas bakteri acetobacter xylinum. Produk selulosa asetat ini biasanya berasal dari air kelapa yang kita kenal dengan nata de coco. Penggunaan selulosa asetat dari nata de coco ini banyak diaplikasikan pada pengembangan produk perawatan luka, diafragma pengeras suara, serat tekstil, kertas, bahan makanan dan bahan pemisah atau membrane. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut mengetahui cara pembuatan selulosa asetat dari ketela pohon. Hasil dari penelitian ini antara lain glukosa yang terkandung dalam ketela pohon sebesar 30%, uji proksimat serbuk selulosa asetat antara lain kadar air 5,23% wb, kadar abu 0,46% wb, kadar selulosa 94,09% wb dan kadar protein 0,22% wb. Kata Kunci : Acetobacter xylinum, Manihot esculanta, selulosa asetat
PENGEMBANGAN PRODUK PANGAN HALAL MENUJU PENINGKATAN KLASTER UMKM (USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH) DI KABUPATEN KENDAL Indah Riwayati; Farikha Maharani; Dian Risdiyanto
ABDIMAS UNWAHAS Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/abd.v5i2.3718

Abstract

Produk pangan halal menjadi satu hal yang penting dalam kehidupan masyarakat kedepannya. Hal ini bukan hanya karena peraturan undang-undang yang mewajibkan semua produk pangan yang beredar harus bersertifikat halal, tetapi juga kesadaran masyarakat untuk memilih makanan yang halal dan thoyib. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan solusi bagi permasalahan mitra kelompok UMKM bidang pangan yakni: 1). Para pelaku UMKM bidang pangan dapat memiliki pengetahuan mengenai makanan yang halal, 2). Para pelaku UMKM bidang pangan dapat memiliki pengetahuan mengenai pengolahan makanan yang halal, 3). Para pelaku UMKM bidang pangan dapat memiliki pengetahuan mengenai titik kritis pengolahan makanan yang halal, 4). Para pelaku UMKM bidang pangan dapat memiliki pengetahuan mengenai proses sertifikasi produk halal. . Metode yang akan digunakan guna mencapai tujuan adalah sebagai berikut: (i). Sosialisasi mengenai makanan halal, (ii). Pelatihan mengenai produksi pangan halal dan titik kritis (iii). Pelatihan mengenai prosedur proses sertifikasi halal. Pelatihan akan dilaksanakan melalui ceramah, diskusi dan praktek. Kata kunci: UMKM, pangan, halal
PELATIHAN PEMBUATAN YOGHURT DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG Farikha Maharani; Rosida Dwi Ayuningtyas
ABDIMAS UNWAHAS Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/abd.v3i2.2495

Abstract

Yoghurt merupakan produk hasil olahan susu yang mengalami fermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus yang baik untuk pencernaan dimana dapat mengurangi zat – zat beracun dalam tubuh. Proses Pembuatan Yoghurt dengan cara memanaskan susu yang akan difermentasi pada suhu 90C selama 15 – 30 menit, setelah itu susu didinginkan sampai suhunya mencapai 40C, untuk selanjutnya dikemas dalam botol atau tempat lainnya. Proses Kegiatan Pengabdian Kepada masyarakat dilakukan dengan cara Pra Pelatihan, Pelatihan pembuatan Yoghurt (Presentasi dan Demonstrasi), dan Pelatihan Tehnik Pengelolaan Usaha Yoghurt, dimana hasil yang didapat setelah Pelatihan ini yaitu peserta antusias dan paham cara pembuat Yoghurt, sehingga masyarakat dapat mengaplikasikan dan diharapkan dapat menjadi usaha bersama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama dilingkungan Kecamatan PedurunganKata Kunci : Pelatihan, Yoghurt, Tahapan Pengelolaan Usaha
PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN NATA DE LERI DI KELURAHAN BANYUMANIK SEMARANG Harianingsih Harianingsih; Farikha Maharani; Maharani Kusumaningrum
ABDIMAS UNWAHAS Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/abd.v1i1.1707

Abstract

Perkembangan bioteknologi di bidang pangan semakin meningkat seiring kebutuhan bagi kesehatan tubuh. Salah satu bioteknologi pangan yang dapat dilakukan yaitu pembuatan nata de leri. Nata merupakan produk makanan yang berupa lapisan selulosa sebagai hasil fermentasi bakteri pembentuk nata, yaitu Acetobacter xylinum. Pelatihan nata de leri yang dilakukan di kelurahan banyumanik bertujuan memanfaatkan air sisa cucian beras menjadi hasil ekonomi yang dapat didiversifikasi menjadi nata. Air cucian beras yang biasa dikenal dengan leri tersebut biasanya langsung dibuang karena dianggap tidak memiliki nilai tambah, namun sebenarnya masih mengandung karbohidrat, protein, dan vitamin B. Pelatihan dilakukan menggunakan metode experimental learning. Pelatihan diawali dengan presentasi kemudian praktik secara langsung pembuatan nata de leri. Proses pembuatan terdiri dari persiapan bahan dan alat yang digunakan, pembibitan stater, pembuatan nata de leri dan uji organoleptic berupa uji warna, uji tingkat kemanisan dan uji tingkat kekenyalan. Hasil uji organoleptik yang diperoleh antara lain 16 peserta melihat warna nata de leri hasil fermentasi menarik karena berwarna putih, sedangkan 14 peserta berpendapat bahwa warna nata de leri tidak menarik karena warna yang dihasilkan putih pucat tidak putih transparan. Tingkat kemanisan dibagi menjadi dua opsi yaitu manis dan tawar. Semua peserta (30 orang) berpendapat bahwa nata de leri rasanya tawar, baru ada rasa setelah diberi essence atau perasa. Uji tingkat kekenyalan memperlihatkan, bahwa sebanyak 26 peserta menyatakan nata de leri kenyal dan 4 peserta menyatakan tidak kenyal.Kata kunci: acetobacter xylinum, leri, nata
ANALISA KADAR PROTEIN DAN UJI ORGANOLEPTIK SUSU KACANG TOLO (Vigna unguiculata) DAN SUSU KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L) YANG DI KOMBINASI DENGAN KACANG KEDELAI Farikha Maharani; Indah Riwayati
CENDEKIA EKSAKTA Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3194/ce.v2i2.2084

Abstract

Susu merupakan salah satu asupan gizi yang penting untuk tubuh, hal ini karena dalam susu mengandung protein yang sangat diperlukan oleh tubuh. Salah satu sumber protein nabati adalah dari kacang – kacangan yang diolah menjadi susu nabati. Pada penelitian ini menggunakan kacang tolo dan kacang merah yang dikombinasi dengan kacang kedelai. Kombinasi dari ketiga kacang tersebut menggunakan prosentase 75%, 50% dan 25%. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kadar protein dan organoleptik susu kacang tolo, susu kacang merah dan susu kacang kedelai, sehingga bisa digunakan sebagai pengganti susu kedelai. Hasil penelitian menunjukkan kadar protein kombinasi kacang tolo dengan kacang kedelai tertinggi pada prosentase 75% sebesar 1,5852 mg/ml, sedangkan hasil terendah dari kombinasi tersebut adalah pada prosentase 25% sebesar 0,9628 mg/ml. Kadar protein kombinasi kacang merah dan kacang kedelai tertinggi pada prosentase 25% sebesar 0,9236 mg/ml dan hasil kadar protein terendah pada prosentase 75% sebesar 0,7910 mg/ml. Uji organoleptik menunjukkan tekstur yang kental pada susu kacang merah dan tekstur encer pada susu kacang kedelai. Sedangkan untuk rasa pada kacang merah lebih manis bila dibandingkan dengan kedua kacang lainnya. Kata kunci : Kacang tolo, kacang merah, kacang kedelai, protein, organoleptik
EKSTRAKSI SENYAWA FLAVONOID DARI DAUN KUNYIT (Curcuma Longa L) BERBANTU GELOMBANG MIKRO UNTUK PEMBUATAN BIOFORMALIN Windi Arum Mukti; Suwardiyono Suwardiyono; Farikha Maharani
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v4i2.3018

Abstract

Tanaman kunyit (Curcuma Longa L) merupakan tanaman yang sering dijumpai di Indonesia, namun pemanfaatan tanaman ini masih hanya sebatas rimpangnya saja, sedangkan bagian daunnya masih minim pemanfaatan padahal terkandung senyawa metabolit sekunder yang bermanfaat seperti flavonoid. Karakteristik flavonoid yang memiliki sifat antibakteri dapat digunakan sebagai bahan pengawet makanan alami atau bioformalin. Dengan menggunakan metode ekstraksi berbantu gelombang mikro, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh variabel daya, rasio umpan – pelarut, dan waktu ekstraksi, serta mencari nilai rendemen yang didapat dan untuk mengetahui waktu simpan optimum pada bakso ayam yang diberi bioformalin. Percobaan dilakukan dengan variabel daya 10% hingga 30% daya maksimum alat (399 watt), variabel rasio umpan pelarut 1:10 hingga 1:30 dan dengan variabel waktu ekstraksi 10 hingga 30 menit. Dengan pengaplikasian pada bakso ayam dengan perendaman selama 2 jam dengan konsentrasi 1% dan 2%. Hasil percobaan menunjukkan ketiga variabel daya, rasio umpan – pelarut dan waktu ekstraksi berpengaruh terhadap konsentrasi flavonoid hasil ekstraksi. Secara umum, konsenstrasi flavonoid mengalami kenaikan seiring kenaikan ketiga variabel sampai maksimum di titik tertentu, kemudian turun. Konsentrasi maksimum diperoleh pada variabel daya, rasio umpan – pelarut, dan waktu ekstraksi berturut – turut sebesar 10 %, 1:20, dan 10 menit dengan hasil flavonoid sebesar 4,025 µg/g. Dengan perolehan nilai rendemen 2,54% dengan waktu pengawetan optimum 48 jam pada konsentrasi 2%. Kata Kunci: Daun kunyit, flavonoid, microwave assisted exstraction, bioformalin.
MODIFIKASI TEPUNG BIJI NANGKA (Arthocarphus heterophyllus lamk) DENGAN METODE ASETILASI Mey Sulistiyaningsih; Laeli Kurniasari; Farikha Maharani
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v4i1.2683

Abstract

Pemanfaatan biji nangka (Arthocarphus heterophyllus lamk) sebagai bahan baku dalam produksi makanan memiliki keterbatasan berkaitan dengan sifat fisikokimia tepungnya. Asetilasi merupakan salah satu metode modifikasi tepung yang dapat digunakan untuk meningkatkan sifat fisikokimia tepung, yakni swelling power, % solubility, dan derajat substitusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asam asetat (5%, 10%, 15%), waktu (10 menit dan 30 menit), dan suhu (55̊C, 65̊C, 75̊C) terhadap nilai swelling power, % solubility, dan derajat substitusi tepung biji nangka  terasetilasi. Biji nangka yang sudah menjadi tepung, diproses secara asetilasi, lalu hasilnya di uji untuk mengetahui tepung yang memiliki kualitas lebih baik. Dari percobaan diperoleh hasil kondisi optimal pada pati yang dimodifikasi dengan konsentrasi 5%, suhu 55ºC, dan waktu reaksi 10 menit, dengan nilai swelling power7,40 g/g, solubility 9%, dan derajat substitusi sebesar 2,34. Kata kunci : biji nangka, asetilasi, swelling power, % solubility, derajat substitusi
EKTRAKSI FLAVONOID PADA DAUN BELUNTAS (PLUCHEA INDICA LESS) MENGGUNAKAN PELARUT AIR BERBANTU GELOMBANG MIKRO Inggil Anggita Kambali Putri; Indah Riwayati; Farikha Maharani
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v5i1.3400

Abstract

Beluntas (Pluchea Indica Less) merupakan tanaman liar yang ditanam sebagai tanaman pagar. Berdasarkan hasil dari penelitian sebelumnya ekstrak tumbuhan ini mengandung senyawa yang berfungsi sebagai obat karena mempunyai sifat-sifat antivirus, antikanker,antijamur dan antibakteri. Sifat antibakteri dan antijamur ini berasal dari kandungan senyawa Flavonoid. Ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro merupakan proses yang relatif lebih unggul jika dibandingkan dengan metode konversional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh variabel rasio umpan-pelarut, daya dan waktu proses ekstraksi flavonoid dari daun beluntas dengan bantuan gelombang mikro. Percobaan dilakukan dengan variabel rasio-pelarut 1:10, 1:15, 1:20, variabel daya 30%, 50%, 70% daya maksimum alat (399 watt), dan variabel waktu 4 menit, 6 menit, 8 menit. Hasil percobaan menunjukan bahwa ketiga variabel berpengaruh terhadap konsentrasi flavonoid hasil ekstraksi. Secara umum meningkat seiring kenaikan ketiga variabel sampai maksimum di titik tertentu, kemudian turun. Konsentrasi maksimum diperoleh pada variabel umpan-pelarut, daya, waktu berturut-turut sebesar 1:15, 50% dan 6 menit dengan hasil flavonoid sebesar 11,907 mg/ml. Kata kunci: flavonoid, ekstrak beluntas, Gelombang mikro