Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Journal of Mechanical Engineering

STUDI POTENSI LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI SUMBER ENERGI TERBARUKAN DI WILAYAH JAWA TENGAH Rany Puspita Dewi; Trisma Jaya Saputra; Sri Widodo
Journal of Mechanical Engineering Vol 5, No 1 (2021): Journal of Mechanical Engineering
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/jom.v5i1.3946

Abstract

ABSTRAKBiomassa menjadi salah satu sumber energi yang menjanjikan untuk mengurangi ketergantungan kita terhadap energi fosil. Salah satu sumber biomassa yang masih belum dimanfaatkan secara optimal dari hasil perkebunan yaitu berasal dari tanaman kopi. Kulit kopi sebagai by product dari proses pengolahan kopi masih dibuang begitu saja dan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Tahun 2020, Provinsi Jawa Tengah memproduksi kopi sebesar 24,90 ton. Jumlah ini dapat menghasilkan limbah kulit kopi sekitar 8,71 ton. Limbah kulit kopi dapat dimanfaatkan menjadi briket melalui teknologi pembriketan. Hasil perhitungan analisis ekonomi menunjukkan bahwa harga jual briket kulit kopi per kg adalah Rp. 3.900,-. Laba bersih yang diperoleh selama 1 tahun dalam pembuatan briket kulit kopi adalah Rp. 14.085.000,-. Dibandingkan dengan bahan bakar lain (minyak tanah dan LPG), briket kulit kopi memiliki nilai kalor tidak jauh berbeda dengan harga yang lebih murah.  Dari segi biaya, dibandingkan dengan bahan bakar minyak tanah, briket kulit kopi membutuhkan biaya yang jauh lebih rendah sekitar 54%.Kata kunci: biomassa, kulit kopi, briket, ekonomi ABSTRACTBiomass is a promising energy source to reduce our dependence on fossil energy. One source of biomass that is not optimally used is from plantation products, one comes from the coffee plant. Coffee skin as a by-product from the coffee processing process is still thrown away and can cause environmental pollution. In 2020, Central Java Province produced 24.90 tonnes of coffee. The amount can produce around 8.71 tonnes of coffee husk waste. Coffee skin waste can be used to become briquettes through briquette technology. The results of the economic analysis showed that the selling price of coffee skin briquettes per kg is Rp. 3,900. The net profit for 1 year in making coffee skin briquettes is Rp. 14,085,000. Compared to other fuels (kerosene and LPG), coffee skin briquettes have a calorific value not much different with a cheaper price. In terms of cost, compared to kerosene, coffee skin briquettes require a much lower cost of around 54%. Keyword: biomassa, coffee husks, briquettes, economy
PENGAMATAN VARIASI CELAH KATUP MASUK TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN TROUBLESHOOTING PADA RANCANG BANGUN STAND MESIN ISUZU PANTHER Nurhadi Nurhadi; Trisma Jaya Saputra; Wegig Pranata Jaya; Herru Santosa Budiono
Journal of Mechanical Engineering Vol 4, No 1 (2020): Journal of Mechanical Engineering
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/jom.v4i1.3405

Abstract

Pengamatan variasi celah katup masuk ini bertujuan untuk mengetahui perbedaaan jumlah konsumsi bahan bakar tiap detiknya, jika celah katup di setel lebih rapat dan renggang dengan variasi setelan yaitu: 0.20, 0.30, 0.40, 0.50, 0.60 (mm) menggunakan bahan bakar 10 ml. Bahan yang digunakan yaitu: stand mesin diesel isuzu panther, alat yang digunakan yaitu: obeng (+) dan (-), kunci shock, tang kombinasi, kunci T 8, 10, 12, 14 (mm), kunci ring, palu karet dan besi, jangka sorong, feeler gauge, tachometer digital, stopwatch, dan gelas ukur. Proses pengamatan yang dilakukan yaitu dengan cara menyetel celah katup masuk menggunakan celah katup 0.20, 0.30, 0.40, 0.50, 0.60 (mm), kemudian setel putaran mesin dan menghitung berapa detik waktu yang dibutuhkan mesin untuk menghabiskan bahan bakar sebanyak 10 ml menggunakan stopwatch. (catatan: putaran mesin di setel pada celah katup 0.40 mm pada 1600 Rpm, setelan Rpm tidak dirubah pada pengamatan selanjutnya). Hasil pengamatan menunjukkan adanya perubahan konsumsi bahan bakar seiring dengan variasi penyetelan celah katup masuk, lihat Tabel 4.2. Konsumsi bahan bakar teritnggi dihasilkan pada celah katup 0.20 mm yaitu 0.334 ml, sedangkan konsumsi bahan bakar terendah dihasilkan pada celah katup 0.60 mm yaitu 0.232 ml. Penyetelan celah katup masuk yang lebih rapat mengakibatkan konsumsi bahan bakar dan putaran mesin meningkat, sedangkan celah katup yang disetel lebih renggang mengakibatkan konsumsi bahan bakar dan putaran mesin menurun. Sebaiknya, penyetelan celah katup harus sesuai dengan spesifikasinya agar kemampuan mesin tetap terjaga. Kesimpulan pada pengamatan ini yaitu: perubahan penyetelan celah katup masuk mempengaruhi konsumsi bahan bakar dan putaran mesin. Pada celah katup masuk yang disetel lebih rapat, konsumsi bahan bakar lebih banyak dan putaran mesin meningkat, pada celah katup yang disetel lebih renggang, putaran mesin menurun dan konsumsi bahan bakar lebih sedikit. Celah katup terbaik adalah 0.40 mm sesuai dengan spesifikasinya.