Claim Missing Document
Check
Articles

Penerapan Batu Alam Pada Desain Lanskap Ruang Terbuka Publik Kota Malang Nono, Marselinus M.; Djoko, Riyanto; Budiyono, Debora
Fakultas Pertanian Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (90.106 KB)

Abstract

Batu alam memiliki segudang pesona dan keindahan yang tak ternilai yang menyebabkan batu alam banyak digunakan untuk mempercantik tampilan ruamah, interiri maupun eksterior. Jenis batu alam dapat dibedakan dari proses penciptaan, tingkat kekerasan, kandungan mineral dan daya serap atau beasar kecil pori-pori. Desain ruang terbuka hijau saat ini telah banyak menggunakan batu alam sebagai material desain, diantaranya untuk pada dinding luar, dinding dalam, pembuatan taman, pagar halaman, kolam renang, car port, kolam minimalis. Para arsitek lanskap dituntut untuk mengembangkannya daya kreasinya, dalam mendesain ruang terbuka publik, tetapi harus mempertimbangkan kecelakaannya.
KAJIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM MELESTARIKAN KAWASAN CANDI SUMBERAWAN, KECAMATAN SINGOSARI, KABUPATEN MALANG Lopes, Natalia; Hamzah, Amir; Budiyono, Debora
Fakultas Pertanian Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.051 KB)

Abstract

Kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan hidup secara arif, bentuk kearifan lokal masyarakat Sumberawan diwujudkan dalam bentuk religius atau kepercayaan yang berhubungan dengan kekuatan gaib. Tujuan peneletian ini adalah menganalisis karakter sosial masyarakat dan karakter lanskap pada kawasan Candi Sumberawan serta menganalisis konsep kearifan lokal masyarakat Candi Sumberawan dalam melestarikan lanskap kawasan Candi Sumberawan. Penelitian dilakukan di Desa Toyomarto, Dusun Sumberawan, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan teknik pengambilan data melalui pembagian kuisioner dengan jumlah 5 orang responden yang terdiri dari toko masyarakat, pengelola, toko adat dan perangkat desa. Analisis terdiri dari karakteristik sosial dan karakter fisikl anskap kawasan. Hasil peneletian menunjukan karakter sosial masyarakat Sumberawan dalam kegiatan kebersamaan maupun dalam kegiatan lainnya akan selalu adanya gotong royong dalam menjaga lanskap dan elemen-elemen lainnya sehingga memiliki suatu konsep kearifan lokal. Konsep kearifan lokal pelestarian sumber air dalam prespektif budaya, yaitu konsep Patirtan dan konsep Panguripan
KAJIAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM MELESTARIKAN LANSKAP CANDI SUMBERAWAN Lopes, Natalia; Hamzah, Amir; Budiyono, Debora
Fakultas Pertanian Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan hidup secara arif, bentuk kearifan lokal masyarakat Sumberawan diwujudkan dalam bentuk religius atau kepercayaan yang berhubungan dengan kekuatan gaib. Tujuan peneletian ini adalah menganalisis karakter sosial masyarakat dan karakter lanskap pada kawasan Candi Sumberawan serta menganalisis konsep kearifan lokal masyarakat Candi Sumberawan dalam melestarikan lanskap kawasan Candi Sumberawan. Penelitian dilakukan di Desa Toyomarto, Dusun Sumberawan, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan teknik pengambilan data melalui pembagian kuisioner dengan jumlah 5 orang responden yang terdiri dari toko masyarakat, pengelola, toko adat dan perangkat desa. Analisis terdiri dari karakteristik sosial dan karakter fisik lanskap kawasan. Hasil peneletian menunjukan karakter sosial masyarakat Sumberawan dalam kegiatan kebersamaan maupun dalam kegiatan lainnya akan selalu adanya gotong royong dalam menjaga lanskap dan elemen-elemen lainnya sehingga memiliki suatu konsep kearifan lokal. Konsep kearifan lokal pelestarian sumber air dalam prespektif budaya, yaitu konsep Patirtan dan konsep Panguripan. Patirtan dalam bahasa jawa berarti tempat air atau sumber air yang berkonotasi dengan kegiatan religi masyarakat. Panguripan dalam bahasa Jawa berarti konsep fungsi air dalam agama Hindu dan Budha yang pada mulanya untuk kepentingan ritual dan religi.
PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN EKOWISATA PANTAI KONDANG MERAK DI DESA SUMBER BENING, KEC. BANTUR, KAB. MALANG, JAWA TIMUR Randa, Eligius; Budiyono, Debora; Djoko, Riyanto
Fakultas Pertanian Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pantai Kondang Merak mulai dikembangkan sebagai kawasan wisata oleh masyarakat pada tahun 1987 dan mempunyai beberapa keunggulan antara lain view yang alami dan memiliki budaya lokal yang unik. Ekowisata Pantai Kondang Merak juga memiliki kendala yaitu belum adanya penataan lanskap yang baik dan kurangnya masyarakat menjaga lingkungan. Penelitian bertujuan untuk membuat konsep perencanaan lanskap kawasan Ekowisata Pantai Kondang Merak. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data melalui observasi terdiri dari data primer dan sekunder. Sedangkan tahapan penelitian yaitu: sresearch (inventarisasi), analysis (analisis), synthesis (sintesis), dan perencanaan lanskap. Hasil penelitian menunjukan kawasan ekowisata Pantai Kondang Merak memiliki luas 37.2 ha yang terdiri dari zona inti dengan luas 7.22 ha (19.4%), zona penyangga dengan luas 17.34 ha (64.6%), dan zona pemanfaatan 12.64 ha (34.0%). Pengembangan kawasan ekowisata Pantai Kondang Merak sebagai kawasan wisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Konsep lanskap terdiri dari konsep ruang, vegetasi, sirkulasi, fasilitas, dan aktivitas. Dilanjutkan dengan rencana lanskap berupa gambar blok plan dan site plan.
PERENCANAAN LANSKAP EKOWISATA KAWASAN PANTAI BALEKAMBANG DESA SRIGONCO, KABUPATEN MALANG Dasmasela, Daniel; Nurlaelih, Euis Elih; Budiyono, Debora
Fakultas Pertanian Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pantai Balekambang dimulai pengembangan dengan pembangunan pura pada tahun 1987. Pantai Balekambang mempunyai beberapa keungulan antara lain view yang alami dan memiliki budaya lokal yang unik. Pantai Balekambang juga memiliki kendala yaitu belum adanya penataan lanskap yang baik dan kurangnya masyrakat menjaga lingkungan. Penelitian bertujuan untuk membuat konsep perencanaan ekowisata Pantai Balekambang. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data melalui observasi terdiri dari data primer dan sekunder. Sedangkan tahapan penelitian yaitu: commission (tahap persiapan), sresearch (inventarisasi), analysis (analisis), synthesis (sintesis), dan perencanaan lanskap. Hasil penelitian menunjukan kawasan Pantai Balekambang memiliki luas 30.12 ha yang terdiri dari zona inti dengan luas 6.42 ha (21.37%), zona penyangga dengan luas 11.69 ha (39.38), dan zona pemenfaatan 11.81 ha (39.25). Konsep dasar pengembangan ekowisata Pantai Balekambang adalah sebagai kawasan ekowisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Konsep perencanaan terdiri dari konsep ruang, vegetasi, sirkulasi, fasilitas dan aktivitas. Dilanjutkan dengan rencana lanskap berupa gambar blok plan dan site plan.
EVALUASI KEINDAHAN LANSKAP PANTAI BALEKAMBANG DI DESA SRIGONCO KABUPATEN MALANG Putra, Anshori Andy; Djoko, Riyanto; Budiyono, Debora
Fakultas Pertanian Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Coast landscape is one of the region that have resources being diverse and the potential that beautiful .One of several shores visual having a beautiful coast is Balekembang which is located in the Village Srigonco , Districts Bantur , Malang district. Research aims to 1 ) determine and assess the quality of visual landscape tourism area based on the coast of Balekembang prediction beauty. 2 ) determine landscape zone the beauty of the coastal zone Balekembang perceptions of respondents . 3 ) make recommendations model landscape design the arrangement coast tourist Balekambang prediction based on the quality of visual. The research was done in the coastal Balekembang, Village Srigonco, Districts Bantur , Malang district , East Java. The time of this study was conducted for 6 months namely months November-may 2016. The quality of visual prediction carried out through a method of SBE? = (Z?? ? Z?o)X100. From the results of questionnaire done inputing data in the form of scoring tabulation respondents. Using distribution of the value of 1-10 rating. Intervals the values been divided into three class beauty ( high , being , and low ). Analysis undertaken , known that the total amount of SBE is highest in landscape 1 , 37 , 12 , 50 , 36 , 44 , 34 , 51 , 52 , 47 , 8 , 43 , 33 , 41 , 53 , 6 , 35 , and 54 the average value of between 97-64 .The category of visual being is found in a landscape 17 , 56 , 40 , 49 , 5 , 13 , 39 , 55 , 45 , 32 , 46 , 48 , 21 , 9 , 27 , 28 , and 25 63-32 with a value of .The category of visual low landscape is found in 29 , 42 , 19 , 11 , 38 , 31 , 16 , 3 , 26 , 18 , 14 , 10 , 20 , 4 , 22 , 15 7 , 23 , 2 , 30 , and 24 with a value of 31-0 . Lanskap pantai merupakan salah satu kawasan yang memiliki sumber daya yang beragam dan potensi yang indah. Salah satu pantai yang memiliki visual yang indah adalah Pantai Balekambang yang berada di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menentukan dan menilai kualitas visual lanskap kawasan wisata Pantai Balekambang berdasarkan pendugaan keindahan. 2) Menentukan zona keindahan lanskap kawasan Pantai Balekambang berdasarkan persepsi responden. 3) Membuat rekomendasi model desain penataan lanskap wisata pantai Belekambang berdasarkan pendugaan kualitas visual. Penelitian dilakukan di kawasan Pantai Balekambang, Desa Srigonco, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Waktu penelitian dilakukan selama 6 bulan yaitu bulan November-bulan Mei 2016. Pendugaan kualitas visual dilakukan melalui metode SBE? = (Z?? ? Z?o)X100. Dari hasil kuesioner dilakukan inputing data dalam bentuk tabulasi scoring responden menggunakan sebaran nilai rating 1-10. Interval nilai tersebut dibagi menjadi 3 kelas keindahan (tinggi, sedang, dan rendah). Analisis yang dilakukan, diketahui bahwa nilai SBE tertinggi terdapat pada lanskap 1, 37, 12 , 50, 36, 44, 34, 51, 52, 47, 8, 43, 33, 41, 53, 6, 35, dan 54 dengan nilai rata-rata antara 97-64. Kategori kualitas visual sedang terdapat pada lanskap 17, 56, 40, 49, 5, 13, 39, 55, 45, 32, 46, 48, 21, 9, 27, 28, dan 25 dengan nilai 63-32. Kategori kualitas visual rendah terdapat pada lanskap 29, 42, 19, 11, 38, 31, 16, 3, 26, 18, 14, 10, 20, 4, 22, 15 7, 23, 2, 30, dan 24 dengan nilai 31-0.
PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATAPESISIRKEREWEIDI DESA PATIALA BAWA, KEC. LAMBOYA, KAB. SUMBA BARAT, NUSA TENGGARA TIMUR Tenabolo, Erdiyanto Kaleka; Djoko, Riyanto; Budiyono, Debora
Fakultas Pertanian Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pesisir Kerewei mulai dikembangkan sebagai kawasan wisata oleh masyarakat pada tahun 2001 dan mempunyai beberapa keunggulan antara lain view yang alami dan memiliki budaya lokal yang unik.PesisirKereweijuga memiliki kendalayaitu belum adanya penataan lanskap yang baik dan kurangnya masyarakat menjaga lingkungan.Penelitian bertujuan untuk membuat konsep perencanaan lanskap kawasanWisataPesisir Kerewei.Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.Teknik pengumpulan data melalui observasi terdiri dari data primer dan sekunder. Sedangkan tahapan penelitian yaitu: commission (tahap persiapan), sresearch (inventarisasi), analysis (analisis), synthesis (sintesis), dan perencanaan lanskap.Hasil penelitian menunjukan kawasan Pesisir Kerewei memiliki luas 70.69 hayang terdiri dari zona inti dengan luas 7.65 ha (10.8%),zona khusus dengan luas 35.23 ha (49.8%)zona penyangga dengan luas 10.86 ha (15.4%), dan zona pemanfaatan 16.96 ha (24%).Pengembangan kawasanWisata Pesisir Kerewei sebagai kawasan wisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Konsep lanskap terdiri dari konsep ruang, vegetasi, sirkulasi, fasilitas, dan aktivitas. Dilanjutkan dengan rencana lanskap berupa gambar blok plandan site plan.
PENDUGAAN KEINDAHAN LANSKAP CANDI PANATARAN KABUPATEN BLITAR, JAWA TIMUR Baptisa, Faustina De Jesus; Budiyono, Debora; Soelistyari, Hesti Trisna
Fakultas Pertanian Vol 7, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Complex temple panataran is one of the largest temples in the province of East Java, located on the slope of Kelud Mountain in Penataran Village, Nglegok District, Blitar Regency. The potential that exists in Panataran temple is as a religious place for the Hindu religious community and as a tourist area that increases the economy of all communities. The current condition of the temple area is in the middle of residential areas and only separated by a fence with a visual landscape as originally planned for the area, settlements, buildings, agricultural land. The purpose of this study was to identify and analyze the visual condition of the landscape at Panataran Temple. The method used in this research is quantitative descriptive while the method for analyzing data is the method SBE (Scenic Beauty Estimation). Based on the results of research that the visual landscape of the Panataran Temple area has three beauty classifications namely beautiful 41.43%, quite beautiful 19.35%, and not beautiful 54.53%. From the results that are known under the classification of beauty that is not beautiful and quite beautiful it is necessary to add facilities, green space and RTB so that in the Panataran Temple area there is comfort, safety and beauty for the local community and visitors. Kompleks Candi Panataran merupakan salah satu Candi terbesar di provinsi Jawa Timur, terletak di lereng gunung Kelud di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Potensi yang ada di Candi Panataran adalah sebagai tempat religi bagi masyarakat agama Hindu beribadah dan sebagai tempat kawasan wisata yang meningkatkan perekonomian bagi semua masyarakat. Kondisi kawasan candi saat ini berada di tengah-tengah pemukiman penduduk dan hanya dipisahkan oleh pagar dengan visual lanskap sebagaimana awal fungsinya yang telah direncanakan pada kawasan, pemukiman, bangunan, dan lahan pertanian.Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi dan menganalisis kondisi visual lanskap pada Candi Panataran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif sedangkan metode untuk menganalisis data adalah metode SBE (Scenic Beauty Estimation). Berdasarkan hasil penelitian yang bahwa visual lanskap kawasan Candi Panataran memiliki tiga klasifikasi keindahan yaitu indah 41.43%, cukup indah 19.35%, dan tidak indah 54.53%. Dari hasil yang sudah diketahui bawah klasifikasi keindahan yang tidak indah dan cukup indah perlu adanya penambahan fasilitas dan RTH maupun RTB sehingga dalam kawasan Candi Panataran terdapat kenyamanan, keamanan, dan keindahan bagi masyarkat setempat maupun pengunjung.
ANALISIS LANSKAP PENGARUH GREENERY TERHADAP AGROKLIMAT KOTA BATU MENGGUNAKAN SIG DAN PENGINDERAAN JAUH Reko, Reko; Budiyono, Debora; Nailufar, Balqis
Fakultas Pertanian Vol 7, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Batu City is a division city of Malang Regency, East Java. The status of the administrative city of Batu became Batu City, established since the Decree of the Minister of Home Affairs decreed at the end of October 2001 and began to be active in government activities in 2002. As a tourism-based city, the face of Batu City turned into built-up land. This makes a change in the decline of greenery and agro-climate which affect the decline in the agricultural sector. The purpose of this study is to analyze the differences between greenery and agro-climate in 2003 and 2018 and analyze the relationship between greenery and agro-climate. The method used in this research is descriptive with a qualitative spatial approach. Based on the results of the study showed that, Batu City NDVI in 2003 was dominated by cloud class and NDVI 2018 obtained forest class results. The visible cloud class in 2003 was caused by weather factors during the recording process so that the forest class was covered by the cloud class. In the 2003 LST results which were between 150C-230C and 2018 LST obtained lower results, namely 60C-130C. The changes in greenery and agro-climate and the decrease in temperature are due to atmospheric phenomena namely la-nina (decrease in temperature). Furthermore, based on the correlation test there is a relationship between greenery and agro-climate at a 1% confidence interval between NDVI and LST which is positive and very strong. Kota Batu adalah kota pemekaran dari Kabupaten Malang, Jawa Timur. Status Kota administratif Batu menjadi Kota Batu, ditetapkan sejak turunnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri pada akhir Oktober 2001 dan mulai aktif dalam kegiatan pemerintahanTahun 2002. Sebagai Kota yang berbasis pariwisata, wajah Kota Batu berubah menjadi lahan terbangun. Hal ini menjadikan perubahan penurunan terhadap greenery dan agroklimat yang berpengaruh pada penurunan sektor pertanian. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan greenerydan agroklimat Tahun 2003 dan 2018 serta menganalisis hubungan antara greenery dan agroklimat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan spasial kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa, NDVI Kota Batu Tahun 2003 didominasi oleh kelas awan dan NDVI 2018 memperoleh hasil kelas hutan. Terlihatnya kelas awan pada Tahun 2003 diakibatkan oleh faktor cuaca pada saat proses perekaman sehingga kelas hutan tertutupi oleh kelas awan. Pada hasil LST Tahun 2003 yaitu antara 150C-230C dan LST Tahun 2018 memperoleh hasil yang lebih rendah yaitu 60C-130C. Terjadinya perubahan greenery dan agroklimat serta penurunan suhu disebabkan karena adanya fenomena atmosfer yaitu la-nina (penurunan suhu). Selanjutnya berdasarkan uji korelasi terdapat hubungan antara greenery dengan agroklimat pada selang kepercayaan 1% antara NDVI dan LSTyang bernilai positif dan sangat kuat.
ANALISIS POTENSI KESESUAIAN LAHAN WELCOME AREA DI PERBATASAN LOKPRI INDONESIA-MALAYSIA, DESA JAGOI KABUPATEN BENGKAYANG Ruhmana, Intan; Budiyono, Debora; Nuraini, Nuraini
Fakultas Pertanian Vol 7, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The border is an area that is in two different regions and is located in a district area. The state border area is an area that is often used in the exchange of various goods and services, but this priority location does not yet have enough facilities to support the border area in Jagoi Village. Land suitability analysis conducted in the Lokpri area aims to analyze the landscape arrangement of the Lokpri welcome area in Jagoi Village. The data used for this research are primary data and secondary data. The method used to analyze is descriptive quantitative using land suitability analysis techniques. The results of this study indicate that land suitability in the Lokpri area is divided into two parts, which are quite suitable with an area of 19,454 ha (53.18%) found in limited production forests and water bodies, while a very suitable area has an area of 16,127 ha (46.81%) contained in terrain and settlement. Areas in Lokpri Jagoi Village have land suitability to be developed as a welcome area in the border area. Perbatasan adalah daerah yang berada pada dua wilayah yang berbeda dan terletak di daerah kecamatan. Daerah perbatasan negara merupakan daerah yang sering digunakan dalam pertukaran berbagai barang dan jasa, namun di lokasi prioritas ini belum memiliki cukup fasilitas untuk menunjang daerah perbatasan di Desa Jagoi. Analisis kesesuaian lahan yang dilakukan pada daerah Lokpri bertujuan untuk menganalisis penataan lanskap welcome area Lokpri di Desa Jagoi. Data yang digunakan untuk penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Metode yang digunakan untuk menganalisis yaitu deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis kesesuaian lahan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kesesuaian lahan di daerah Lokpri terbagi menjadi dua bagian yaitu cukup sesuai dengan luas 19.454 ha (53.18%) terdapat pada hutan produksi terbatas dan badan air, sedangkan daerah yang sangat sesuai memiliki luas 16.127 ha (46.81%) terdapat pada tanah lapang dan permukiman. Kawasan di lokpri Desa Jagoi memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai welcome area daerah perbatasan.