Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Pembayaran Ganti Rugi Tanah Jalan Tol Pekanbaru-Kandis Berdasarkan Asas Kepentingan Umum Andrizal, Andrizal
Jurnal Hukum Novelty Vol 9, No 1 (2018)
Publisher : Faculty of Law, University of Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (775.493 KB) | DOI: 10.26555/novelty.v9i1.a9121

Abstract

The land procurement by the state often raises different opinions about the form or amount of the compensation. The compensation could be done several ways like setting executive compensation, sue the legal problem to the court or others. If the mentioned above do not bring positivelty succeed, then the last alternative is done through deposit for damages to the District Court. This research deals with two problems: 1) how is the implementation of compensation of land procurement by state for highway in Pekanbaru-Kandis; 2) How is the mechanism to compensate the retribution which deposited at the district court. This research approached by legal empirical study and viewed with sociology of law. The results are that the compensation of land authorization by state is done in January 2016 which covers 133 areas. In the case of land mastery dispute and its compensation has been deposited in the district court, it could be taken at court secretariat after the court verdict or based on peace agreement along with cover letter from The Chief Executive of Land Procurement/National Land Agency.
Pembayaran Ganti Rugi Tanah Jalan Tol Pekanbaru-Kandis Berdasarkan Asas Kepentingan Umum Andrizal Andrizal
Jurnal Hukum Novelty Vol 9, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (775.493 KB) | DOI: 10.26555/novelty.v9i1.a9121

Abstract

The land procurement by the state often raises different opinions about the form or amount of the compensation. The compensation could be done several ways like setting executive compensation, sue the legal problem to the court or others. If the mentioned above do not bring positivelty succeed, then the last alternative is done through deposit for damages to the District Court. This research deals with two problems: 1) how is the implementation of compensation of land procurement by state for highway in Pekanbaru-Kandis; 2) How is the mechanism to compensate the retribution which deposited at the district court. This research approached by legal empirical study and viewed with sociology of law. The results are that the compensation of land authorization by state is done in January 2016 which covers 133 areas. In the case of land mastery dispute and its compensation has been deposited in the district court, it could be taken at court secretariat after the court verdict or based on peace agreement along with cover letter from The Chief Executive of Land Procurement/National Land Agency.
OTONOMI KHUSUS TERHADAP EKSISTENSI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA birman simamora; Eddy Asnawi; Andrizal Andrizal
Jurnal Analisis Hukum Vol 4 No 2 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.987 KB)

Abstract

dilihat dari perbedaan kewenangan antara status Otsus dan status otonomi biasa, seperti penggunaan bendera sebagai simbol budaya, pembentukan partai politik lokal Aceh, himne/lagu daerah meskipun bukan merupakan ekspresi simbol. kedaulatan sebagai negara merdeka, tetapi sesuatu yang sangat berbahaya dan dapat melemahkan/memperpanjang Eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jika pemerintah pusat tidak konsisten dalam melaksanakan otonomi khusus maka akan berdampak negatif terhadap eksistensi NKRI, karena dikhawatirkan Aceh dan Papua akan mudah lepas dari NKRI. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1). Bagaimana Otonomi Khusus Menuju Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia? 2). Apakah Otonomi Khusus Memperkuat atau Memperlemah Eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menjelaskan secara komprehensif tentang “Otonomi Khusus Untuk Adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. “Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum doktrinal atau penelitian kepustakaan atau studi dokumen karena ditujukan pada peraturan perundang-undangan tertulis atau bahan hukum lainnya. Menurut Fiter Mahmud Marzuki: “setiap jenis penelitian hukum selalu “normatif”..Hasilnya Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa Otonomi Khusus Provinsi Papua dimaksudkan untuk mewujudkan keadilan, menegakkan supremasi hukum, menghormati hak asasi manusia, mempercepat pembangunan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat Papua, dalam rangka pemerataan dan seimbang dengan kemajuan provinsi lain. Pengaturan dan pemberlakuan Undang-Undang Otonomi Khusus (UU Otsus) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Provinsi Papua, penulis berpendapat bahwa tujuan utamanya adalah sebagai landasan hukum yang mengikat bagi penyelesaian konflik (mengakhiri kekerasan) di kedua provinsi. Otonomi Khusus berdasarkan landasan filosofis adalah untuk menjaga eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemberian otonomi khusus berdasarkan landasan yuridis tersebut dalam konstitusi yaitu Pasal 18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah dinyatakan bahwa negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus atau khusus yang diatur oleh hukum. Pendapat Peneliti bahwa Otonomi Khusus jika dilihat dari Peraturan Norma Dapat Memperkuat Eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia, namun jika dilihat dari substansi kewenangan yang diberikan kepada daerah Provinsi Naggroe Aceh Darussalam dan Provinsi Papua, inilah Emberio Terbentuknya Negara Federasi Indonesia
PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN MEMPURA KABUPATEN SIAK Ardiansah; Andrizal
Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2019): Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/dinamisia.v3i2.3474

Abstract

This community service activity was carried out by the Lecturer Team of the Faculty of Law at Lancang Kuning University in the Hall of the District Office of Mempura District, Siak Regency. The purpose of this activity is for public service providers to understand their rights and obligations under the Public Service Act. This legal education uses the lecture method. Counseling that began filling out the pre-test questionnaire and after the question and answer ended the filling of the post-test questionnaire. The results of this activity showed that participants understood the Law on Public Services, understood the obligation to serve every citizen to fulfill their basic rights and needs, and understood the rights of the community to be involved in overseeing public service delivery. Therefore, the Regional Government needs to intensify the implementation of legal counseling about public services.
INTEGRASI PEMILIH BERINTEGRITAS NEGARA KUAT PADA LINGKUP MASYARAKAT LUBUK TILAN DAYUN KABUPATEN SIAK Alexsander Yandra; Andrizal Andrizal; Adrian Faridhi
Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 3 (2019): Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat: Special Issues 2 "Semangat Perguruan
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Direct General Election by the public is a transfer of power and power competition, and a means of democracy in the embodiment of people's sovereignty in order to produce leaders as mandated in the Law. However, elections tend to be interpreted as a five-year procedural democracy that does not have a positive impact on people's lives. On the basis of these considerations, political education and civic culture in the community can encourage the political culture of participants and the culture of a democratic society, which is why these community service activities are made. This activity will be focused on Kampong Lubuk Tilan, Dayun District, Siak, where people are still not politically literate. Lubuk Tilan area is an urban, remote area where transactional political resistance and money politics often occur. For this reason, service is carried out in the form of political education and guidance by providing materials that can encourage and enrich people's knowledge related to ethical political values. This education and guidance will be in the form of lectures, discussions and supervisory technical guidance (checks and balances). This political and civic culture education will be provided by teaching staff who are experts in the fields of politics, law, citizenship and elements of regional election organizers, namely the KPU, especially the socialization division
Peningkatan Pemahaman Mengenai Larangan Rangkap Jabatan bagi Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018 di Kecamatan Kulim Eddy Asnawi; Andrizal; Birman Simamora; Alexsander Yandra
Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 5 No. 5 (2021): Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/dinamisia.v5i5.7999

Abstract

The partner problem is that many administrators of Community Empowerment Institutions in the Kulim sub-district do not yet know and understand the prohibition of concurrent positions for the management of Community Empowerment Institutions based on Minister of Home Affairs Regulation Number 18 of 2018 concerning Village Community Institutions and Village Traditional Institutions. The target of community service is to increase knowledge and understanding of Duties, Functions and Prohibitions for administrators. The output plans for this service activity are from drafts of scientific articles and mass media publications. The solution offered and agreed upon by the proposer and partners in overcoming the problem is that socialization needs to be conducted in legal counselling and discussion. The implementation method uses lectures and discussions. Lecturers deliver material, and participants are freed to have an interactive dialogue to obtain input in the form of problems, aspirations, proposals, ideas and solutions. Partners' participation in this activity is willing, provides time and place, and mobilizes the community as the target audience. The outputs that will be produced according to this community service activity plan are: for partners, of course, increasing knowledge and understanding of the duties, functions and prohibitions of management, for proposing the output to be achieved is in drafts of scientific articles.
OTONOMI KHUSUS TERHADAP EKSISTENSI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA birman simamora; Eddy Asnawi; Andrizal Andrizal
Jurnal Analisis Hukum Vol 4 No 2 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.987 KB)

Abstract

dilihat dari perbedaan kewenangan antara status Otsus dan status otonomi biasa, seperti penggunaan bendera sebagai simbol budaya, pembentukan partai politik lokal Aceh, himne/lagu daerah meskipun bukan merupakan ekspresi simbol. kedaulatan sebagai negara merdeka, tetapi sesuatu yang sangat berbahaya dan dapat melemahkan/memperpanjang Eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jika pemerintah pusat tidak konsisten dalam melaksanakan otonomi khusus maka akan berdampak negatif terhadap eksistensi NKRI, karena dikhawatirkan Aceh dan Papua akan mudah lepas dari NKRI. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1). Bagaimana Otonomi Khusus Menuju Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia? 2). Apakah Otonomi Khusus Memperkuat atau Memperlemah Eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menjelaskan secara komprehensif tentang “Otonomi Khusus Untuk Adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. “Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum doktrinal atau penelitian kepustakaan atau studi dokumen karena ditujukan pada peraturan perundang-undangan tertulis atau bahan hukum lainnya. Menurut Fiter Mahmud Marzuki: “setiap jenis penelitian hukum selalu “normatif”..Hasilnya Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa Otonomi Khusus Provinsi Papua dimaksudkan untuk mewujudkan keadilan, menegakkan supremasi hukum, menghormati hak asasi manusia, mempercepat pembangunan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat Papua, dalam rangka pemerataan dan seimbang dengan kemajuan provinsi lain. Pengaturan dan pemberlakuan Undang-Undang Otonomi Khusus (UU Otsus) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Provinsi Papua, penulis berpendapat bahwa tujuan utamanya adalah sebagai landasan hukum yang mengikat bagi penyelesaian konflik (mengakhiri kekerasan) di kedua provinsi. Otonomi Khusus berdasarkan landasan filosofis adalah untuk menjaga eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemberian otonomi khusus berdasarkan landasan yuridis tersebut dalam konstitusi yaitu Pasal 18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah dinyatakan bahwa negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus atau khusus yang diatur oleh hukum. Pendapat Peneliti bahwa Otonomi Khusus jika dilihat dari Peraturan Norma Dapat Memperkuat Eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia, namun jika dilihat dari substansi kewenangan yang diberikan kepada daerah Provinsi Naggroe Aceh Darussalam dan Provinsi Papua, inilah Emberio Terbentuknya Negara Federasi Indonesia
Penyelesaian Sengketa Kewarisan Anak Angkat Yang Memiliki Keterangan Indentitas Sebagai Anak Kandung Andrizal Andrizal; Mohammad Yusuf Daeng
Jurnal Ilmu Hukum Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30652/jih.v12i1.8541

Abstract

Adopted children who have an identity as biological children have the potential to cause inheritance disputes with heir relatives if not resolved through mediation. In Islamic law, the permissibility of adopting a child is limited as long as it is not equated with biological children. This further applies to the civil rights of adopted children including inheritance rights. Adopted children are not entitled to a share of the inheritance and can only get a share based on the obligatory will of their adoptive parents according to the level of the will and not exceeding one-third of the parent's assets. If it exceeds a third of the assets of his parents, then he must obtain the approval of the heirs. On the other hand, the existence of adopted children who have residence documents as biological children has the potential to become a dispute, one of which is the issue of inheritance. In resolving these disputes, mediation as a way of settling cases in a non-litigation process is in principle the first step in efforts to seek law and justice that must be put forward rather than through lawsuits or other law enforcement. This is because in inheritance disputes that occur between adopted children who have residence certificates as biological children have the potential to violate the Population Law and also the Criminal Procedure Code because if it is proven that they intentionally misused population data by providing incorrect information it will lead to actions that can be punishable criminal
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Sosiologi Hukum Islam Andrizal Andrizal; Hertina Hertina; Maghfirah Magfirah
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 3 No. 2 (2023): Innovative: Journal Of Social Science Research (Special Issue)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v3i2.1251

Abstract

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sering dipahami sebagai salah satu jenis kekerasan yang berbasis gender dengan frekwensi yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Pemahaman ini dilatar belakangi oleh budaya patriarki yang terus langgeng, kesetaraan gender yang belum nampak serta nilai budaya masyarakat yang selalu ingin hidup harmonis sehingga cenderung selalu menyalahkan perempuan. Ketika budaya masyarakat cenderung patriarkhis maka budaya tersebut juga akan mewarnai kehidupan keluarga dalam bentuk hubungan asimetri, hirarkis, vertikal antara laki-laki dan perempuan sebagai suami-isteri maupun anggota keluarga.Dengan permasalahan adalah penangan tindak kekerasan dalam rumah tangga dalam beberapa kasus KDRT dan pandangan sosiologi hukum Islam terhadap penanganan tindak pidana KDRT tersebut. Metode penelitian ini adalah penelitian normatif. Hasil penelitian ini adalah ada peluang untuk mengembangkan hukum Islam sebagai pranata hukum yang efektif dalam menangani KDRT dengan 3 (tiga) tahapan yaitu, melalui perspektif jinayah, perspektif perdata, dan dengan jalan musyawarah.
Jarimah Qadzaf Dalam Kasus Tuduhan Perselingkuhan Dalam Perspektif Hukum Positif Dan Hukum Islam Kontemporer Andrizal Andrizal; Akbarizan Akbarizan; Nurcahaya Nurcahaya
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 3 No. 2 (2023): Innovative: Journal Of Social Science Research (Special Issue)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v3i2.1839

Abstract

Dalam hubungan perkawinan secara umum orang perselingkuhan seringkalil diidentikkan dengan oerzinahan padahal tidak semua perselingkuhan mengandung unsur perzinahan. Dalam hal ini uduhan terhadap perselingkuhan dalam Islam identik dengan tuduhan atas perzinahan atau yang dikenal dengan istilah qadzaf. Dalm perspektif hukum positif ada dua ranah yang terkait dengan tuduhan perselingkuhan ini yaitu ranah oidana dan ranah hukum keluarga. Dalam ranah pidana Pasal 284 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dengan hukuman maksimal sembilan bulan penjara. Dalam ranah hukum keluarga diatur dalam Pasa 116 Kompilasi Hukum Islam dimana alasan-alasan diperbolehkannya perceraian di antaraya bila salah satu pihak berbuat zina. Namun tindak perselingkuhan yang tidak dapat dibuktikan ada unsur perzinahan, dalam hukum pidana Islam berpotensi untuk masuk dalam tindak qadzaf yang diancam dengan hukum cambuk 80 kali. Dalam ranah hukum keluarga Islam halini berimplikasi pada status perkawinan dalam bentuk li`an. Dengan melakukan Li’an, maka suami atau istri dapat terbebas dari hukuman zina atau qadzaf dengan melakukan li`an ini. Berdasarkan pemikiran tersebut maka sepatutnya hukum positif juga mengadaptasi bagaimana jalan keluar dari tuduhan perzinahan karena baik dalam ranah pidana maupun hukum keluarga tidak mengatur bagaimana cara suami atau istri untuk menghindari tuduhan dari perzinahan sebagaimana dalam ancaman hukum qadzaf dan hanya diatur dalam bentuk ancaman pencemaran nama baik bila tuduhan tersebut melibatkan teknologi informasi terutama melalui media sosial.