Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

HUBUNGAN DERAJAT HIPERTENSI DENGAN GAMBARAN KARDIOMEGALI PADA RADIOGRAFI TORAKS Khairunissa, Galuh Agung; Hanun, Muhammad Haidar; Majdawati, Ana
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 2 (2024): AGUSTUS 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i2.31408

Abstract

Hipertensi merupakan tantangan kesehatan global yang penting karena prevalensinya tinggi dan dapat mengakibatkan berbagai penyakit kardiovaskular, salah satunya kardiomegali. Hipertensi diderita oleh lebih dari 30% populasi orang dewasa dan lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia. World Health Organization memperkirakan 1,28 miliar orang dewasa berusia 30-79 tahun di seluruh dunia menderita hipertensi. Kardiomegali adalah sebutan umum untuk berbagai kondisi yang menyebabkan pembesaran jantung, yang biasanya merupakan manifestasi dari proses patologis lain. Kardiomegali merupakan respon terhadap kegagalan jantung dalam bentuk hipertrofi miokardium atau bertambahnya tebal dinding. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hubungan antara derajat hipertensi dengan gambaran kardiomegali pada radiografi toraks pada 100 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dengan teknik purposive sampling menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan jenis penelitian cross sectional. Menggunakan populasi data rekam medis seluruh pasien yang melakukan pemeriksaan tekanan darah dan radiografi toraks di Laboratorium Klinik Pramita Cirebon. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara derajat hipertensi dan gambaran kardiomegali pada radiografi toraks. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji korelasi Chi Square yang menunjukkan nilai p 0,000 (p<0,05). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam memberikan edukasi kepada penderita hipertensi bahwa hipertensi memiliki risiko terjadi komplikasi berupa pembesaran jantung atau kardiomegali.
Korelasi Antara Body Mass Index (BMI) Dan Volume Prostat Pasien Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) Pada Pemeriksaan Ultrasonografi Mazaya, Ageng Setya Budi; Majdawati, Ana; Wisesa, Bernardus Bona; Addaruqutni, Farras Arsyi
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 10 No 18 (2024): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.13859168

Abstract

Metode: Penelitian ini menggunankan desain penelitian observasional analitik dengan metode penelitian cross sectional menggunakan data sekunder dari rekam medik untuk mendapatkan hubungan antara nilai BMI pada pasien klinis BPH dengan volume prostat pada USG transabdominal. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 67 sampel yang telah memenuhi kriteria. Uji korelasi Chi-Square digunakan untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel. Hasil: Berdasarkan hasil pengolahan data uji Chi-Square antara Body Mass Index (BMI) dengan Volume Prostat, didapatkan hasil sebesar 0,845 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara body mass index (BMI) dan volume prostat penderita benign prostatic hyperplasia (BPH). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara BMI dan volume prostat pada pasien penderita benign prostatic hyperplasia (BPH) di RSUD Temanggung yang dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar p = 0,845 (p > 0,05) dan nilai korelasi r = -0,093 dengan arah korelasi negatif.
Efektivitas Minyak Atsiri Cinnamomum Burmannii Terhadap Jumlah Leukosit Dan Radiografi Toraks Hewan Model Pneumonia (Rattus Norvegicus) Sukma Ayu Pratiwi, Andhika; Majdawati, Ana; Aurelia Sania, Dinda
Journals of Ners Community Vol 13 No 6 (2022): Journals of Ners Community
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55129/jnerscommunity.v13i6.2250

Abstract

Pneumonia yang terjadi di Indonesia selalu mengalami peningkatan pada semua jenjang usia yaitu 2,0% di tahun 2018. Bakteri terbanyak penyebab pneumonia di Indonesia adalah Klebsiella pneumoniae yang merupakan salah satu bakteri golongan Enterobacteriaceae yang menghasilkan beta-laktamase atau extended spectrum beta-lactamase (ESBL yang dapat membuat bakteri yang resisten terhadap beberapa jenis antibiotik dan dapat menyebabkan kematian. Antibiotik yang lebih aman dan efektif dikembangkan dengan pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional untuk mengatasi terjadinya resistensi dan efek samping tersebut. Cinnamon oil memiliki zat aktif yang mempunyai efek antiseptik, antimikroba, dan antiinflamasi terutama pada bakteri Klebsiella pneumoniae. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek minyak atsiri kulit kayu manis (Cinnamomum burmanni) sebagai antibakteri dan antiinflamasi terhadap penurunan jumlah leukosit dan gambaran radiografi toraks pada Ratttus norvegicus sebagai hewan model pneumonia et causa Klebsiella pneumoniae.Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorik dengan rancangan Post-test only control grup design, Rattus norvegicus sebagai hewan coba secara in vivo untuk membuktikan efek antibakteri dan antiinflamasi minyak atsiri kulit kayu manis terhadap jumlah leukosit dan gambaran radiografi toraks. Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini dengan menggunakan rumus Federer dan didapat jumlah sampel 24 ekor tikus yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, kelompok perlakuan 1, dan 2. Hewan coba kemudian diperiksa jumlah leukosit dan hasil radiografi toraks. Data dianalisis dengan uji normalitas Shapiro-Wilk (p>0,05) dilanjutkan uji nonparametrik Kruskal Wallis karena data berdistribusi tidak normal. Dari hasil analisis didapatkan nilai signifikansi >0,05 pada jumlah leukosit dan <0,05 pada gambaran radiografi toraks dengan perlakuan yang diberikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat efek minyak atsiri kulit kayu manis (Cinnamomum burmanni) terhadap penurunan jumlah leukosit dan terdapat efek minyak atsiri kulit kayu manis (Cinnamomum burmanni) pada dosis 0,54 mikroliter/200gramBB sebagai antibakteri dan antiinflamasi terhadap perbaikan gambaran radiografi toraks berdasarkan jenis (ada atau tidaknya lesi) dan luas lesi pada Rattus norvegicus sebagai hewan model pneumonia et causa Klebsiella pneumoniae
Efektivitas Minyak Atsiri Cinnamomum Burmannii Terhadap Fisiologis Dan Radiografi Toraks Hewan Model Pneumonia (Rattus Norvegicus) Aurelia Sania, Dinda; Majdawati, Ana; Sukma Ayu Pratiwi, Andhika
Journals of Ners Community Vol 14 No 1 (2023): Journals of Ners Community
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55129/jnerscommunity.v13i1.2526

Abstract

Pneumonia merupakan penyakit pernafasan infeksi alveolus yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus hingga jamur. Tanda klinis pneumonia dapat berupa sesak nafas, batuk hingga demam. Pada pneumonia bakterial, Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri gram negatif terbanyak di Indonesia pada tahun 2013 yang dapat menghasilkan enzim beta-laktamase sehingga timbul resistensi terhadap antibiotik tertentu kemudian menghambat penyembuhan hingga menimbulkan komplikasi. Kandungan cinnamaldehyde yang tinggi pada minyak atsiri kayu manis bermanfaat sebagai antibakteri yang dapat mengganggu stabilitas aktivitas. Penelitian ini adalah true experimental laboratorium dengan metode post test only control group design. Penentuan besar sampel yang digunakan pada penelitian dengan rumus Federer dan didapatkan hasil jumlah sampel 24 ekor yang dibagi menjadi empat kelompok yaitu; Kelompok kontrol negatif (KN) dengan hewan coba terinokulasi bakteri Klebsiella pneumoniae , kelompok kontrol positif (KP) dengan hewan coba yang terinokulasi bakteri Klebsiella pneumoniae dan diberi obat antibiotik standar berupa levofloxacin, Kelompok perlakuan 1 (P1) dengan hewan coba terinokulasi bakteri Klebsiella pneumoniae dan diberi minyak atsiri kayu manis dosis 360 mikroliter x 10^8 CFU / mikroliter, dan P2 adalah kelompok perlakuan dengan hewan coba terinokulasi bakteri Klebsiella pneumoniae dan diberi minyak atsiri kayu manis dosis 540 mikroliter x 10^8 CFU / mikroliter. Hewan coba akan diperiksa fisiologis dan radiografi toraks. Data dianalisis dengan uji parametrik TwoWay ANOVA dan uji nonparametrik Friedman.Penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan pada pemeriksaan radiografi toraks dengan nilai p = 0,012 (p < 0,05). Namun hasil menunjukkan tidak signifikan pada pemeriksaan fisiologis dengan nilai p = 0,059 (p < 0,05). Efektivitas minyak atsiri kayu manis pada pemeriksaan radiografi toraks hewan model pneumonia terbukti dan pada pemeriksaan fisiologis tidak terbukti
Characteristics of radiology: Giant bullous emphisematous compare pneumothorax Majdawati, Ana
Science Midwifery Vol 13 No 2 (2025): June: Health Sciences and related fields
Publisher : Institute of Computer Science (IOCS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35335/midwifery.v13i2.1937

Abstract

Background: Giant Bullous Emphysematous (GBE) or Vanishing Lung Syndrome is developed from bullous lung parenchyma diseases and can have multiple causes. The Images between GBE with pneumothorax are similar and difficult to differentiate bullae from pneumothorax. Case Presentations. A 27-year-old-man to emergency room with dyspnoea. Respiratory rate 32 and coarse upper breath sounds and diminished breath sounds in the right lung. Chest Computed Tomography (Chest CT) and Chest Smaller such bullous lesions are also seen in the left upper lobe. Discussion. Characteristics Chest CT and CXR GBE compare pneumothorax are: 1) the location of lesions: GBE contained within the lung and pneumothorax is collection of air in pleural space; 2) The shape of the lesions: GBE, oval, thin walled-less than 1 mm may be formed by pleura, septa or compressed lung tissue. Pneumothorax: with linear density outlining distinctive luscent area with bronchovascular markings are absent; 3) Complications: GBE caused minimal mediastinal line shifts and spontaneous pneumothorax. Pneumothorax with large areas caused greater mediastinal shift line. Summary. Chest CT and CXR are important to determine the diagnosis of GBE with pneumothorax: the location of lesions, The shape of the lesions and complications. They are important because both are cases of emergency that diagnosis can be implemented immediately so that handling can be rendered optimally.
Efektivitas Minyak Atsiri Cinnamomum Burmannii Terhadap Jumlah Leukosit Dan Radiografi Toraks Hewan Model Pneumonia (Rattus Norvegicus) Sukma Ayu Pratiwi, Andhika; Majdawati, Ana; Aurelia Sania, Dinda
Journals of Ners Community Vol 13 No 6 (2022): Journals of Ners Community
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55129/jnerscommunity.v13i6.2250

Abstract

Pneumonia yang terjadi di Indonesia selalu mengalami peningkatan pada semua jenjang usia yaitu 2,0% di tahun 2018. Bakteri terbanyak penyebab pneumonia di Indonesia adalah Klebsiella pneumoniae yang merupakan salah satu bakteri golongan Enterobacteriaceae yang menghasilkan beta-laktamase atau extended spectrum beta-lactamase (ESBL yang dapat membuat bakteri yang resisten terhadap beberapa jenis antibiotik dan dapat menyebabkan kematian. Antibiotik yang lebih aman dan efektif dikembangkan dengan pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional untuk mengatasi terjadinya resistensi dan efek samping tersebut. Cinnamon oil memiliki zat aktif yang mempunyai efek antiseptik, antimikroba, dan antiinflamasi terutama pada bakteri Klebsiella pneumoniae. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek minyak atsiri kulit kayu manis (Cinnamomum burmanni) sebagai antibakteri dan antiinflamasi terhadap penurunan jumlah leukosit dan gambaran radiografi toraks pada Ratttus norvegicus sebagai hewan model pneumonia et causa Klebsiella pneumoniae.Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorik dengan rancangan Post-test only control grup design, Rattus norvegicus sebagai hewan coba secara in vivo untuk membuktikan efek antibakteri dan antiinflamasi minyak atsiri kulit kayu manis terhadap jumlah leukosit dan gambaran radiografi toraks. Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini dengan menggunakan rumus Federer dan didapat jumlah sampel 24 ekor tikus yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, kelompok perlakuan 1, dan 2. Hewan coba kemudian diperiksa jumlah leukosit dan hasil radiografi toraks. Data dianalisis dengan uji normalitas Shapiro-Wilk (p>0,05) dilanjutkan uji nonparametrik Kruskal Wallis karena data berdistribusi tidak normal. Dari hasil analisis didapatkan nilai signifikansi >0,05 pada jumlah leukosit dan <0,05 pada gambaran radiografi toraks dengan perlakuan yang diberikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat efek minyak atsiri kulit kayu manis (Cinnamomum burmanni) terhadap penurunan jumlah leukosit dan terdapat efek minyak atsiri kulit kayu manis (Cinnamomum burmanni) pada dosis 0,54 mikroliter/200gramBB sebagai antibakteri dan antiinflamasi terhadap perbaikan gambaran radiografi toraks berdasarkan jenis (ada atau tidaknya lesi) dan luas lesi pada Rattus norvegicus sebagai hewan model pneumonia et causa Klebsiella pneumoniae
Efektivitas Minyak Atsiri Cinnamomum Burmannii Terhadap Fisiologis Dan Radiografi Toraks Hewan Model Pneumonia (Rattus Norvegicus) Aurelia Sania, Dinda; Majdawati, Ana; Sukma Ayu Pratiwi, Andhika
Journals of Ners Community Vol 14 No 1 (2023): Journals of Ners Community
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55129/jnerscommunity.v13i1.2526

Abstract

Pneumonia merupakan penyakit pernafasan infeksi alveolus yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus hingga jamur. Tanda klinis pneumonia dapat berupa sesak nafas, batuk hingga demam. Pada pneumonia bakterial, Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri gram negatif terbanyak di Indonesia pada tahun 2013 yang dapat menghasilkan enzim beta-laktamase sehingga timbul resistensi terhadap antibiotik tertentu kemudian menghambat penyembuhan hingga menimbulkan komplikasi. Kandungan cinnamaldehyde yang tinggi pada minyak atsiri kayu manis bermanfaat sebagai antibakteri yang dapat mengganggu stabilitas aktivitas. Penelitian ini adalah true experimental laboratorium dengan metode post test only control group design. Penentuan besar sampel yang digunakan pada penelitian dengan rumus Federer dan didapatkan hasil jumlah sampel 24 ekor yang dibagi menjadi empat kelompok yaitu; Kelompok kontrol negatif (KN) dengan hewan coba terinokulasi bakteri Klebsiella pneumoniae , kelompok kontrol positif (KP) dengan hewan coba yang terinokulasi bakteri Klebsiella pneumoniae dan diberi obat antibiotik standar berupa levofloxacin, Kelompok perlakuan 1 (P1) dengan hewan coba terinokulasi bakteri Klebsiella pneumoniae dan diberi minyak atsiri kayu manis dosis 360 mikroliter x 10^8 CFU / mikroliter, dan P2 adalah kelompok perlakuan dengan hewan coba terinokulasi bakteri Klebsiella pneumoniae dan diberi minyak atsiri kayu manis dosis 540 mikroliter x 10^8 CFU / mikroliter. Hewan coba akan diperiksa fisiologis dan radiografi toraks. Data dianalisis dengan uji parametrik TwoWay ANOVA dan uji nonparametrik Friedman.Penelitian ini menunjukkan hasil yang signifikan pada pemeriksaan radiografi toraks dengan nilai p = 0,012 (p < 0,05). Namun hasil menunjukkan tidak signifikan pada pemeriksaan fisiologis dengan nilai p = 0,059 (p < 0,05). Efektivitas minyak atsiri kayu manis pada pemeriksaan radiografi toraks hewan model pneumonia terbukti dan pada pemeriksaan fisiologis tidak terbukti
Hubungan Usia, Jenis Kelamin, dan Body Mass Index dengan Gambaran Foto Toraks pada Pasien yang Melakukan Medical Check Up Jatmiko, Herbagus Abyan; Majdawati, Ana
Malahayati Nursing Journal Vol 7, No 5 (2025): Volume 7 Nomor 5 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v7i5.20118

Abstract

ABSTRACT A medical check-up (MCU) is a routine health assessment conducted at healthcare facilities. The purpose of the MCU is to monitor an individual’s health condition and detect potential issues early. One of the examinations conducted during an MCU is a chest radiography (CXR) examination. Public awareness of the importance of MCU remains low, as many individuals consider themselves healthy and are also concerned about the cost. The aim of this study was to examine the relationship between age, gender, and body mass index (BMI) with CXR images in MCU patients at AMC Muhammadiyah Hospital, Yogyakarta. This study is an observational analytical study with a cross-sectional approach. The sample consisted of 96 patients, selected from medical record data of individuals who underwent medical check-ups at AMC Muhammadiyah Hospital, Yogyakarta. Judgment/purposive sampling techniques were employed. The data were analyzed using the chi-square test. The results of the study revealed no significant relationship between age and chest radiography images, as indicated by a p-value of 0.534 (p > 0.05). Similarly, no significant relationship was found between gender and chest radiographic images, with a p-value of 0.061 (p > 0.05). Additionally, no relationship was observed between body mass index and chest radiographic images, as shown by a p-value of 0.756 (p > 0.05). The study concluded that there was no significant relationship between age, gender, or body mass index and chest radiographic images in the multivariate analysis. Keywords: Medical Check-Up, Age, Gender, Body Mass Index, Chest Radiographic Images.  ABSTRAK Medical checkup (MCU) adalah proses pemeriksaan kesehatan rutin yang dilakukan di fasilitas kesehatan. Tujuan MCU untuk memastikan kondisi kesehatan seseorang agar dapat dideteksi sejak dini. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan pada saat MCU ialah pemeriksaan radiografi toraks (CXR). kesadaran Masyarakat untuk melakukan MCU masih rendah, karena menganggap dirinya sehat dan juga karena masalah biaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan hubungan usia, jenis kelamin, dan Body Mass Index dengan gambaran CXR pada pasien MCU di RS AMC Muhammadiyah, Yogyakarta.  Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel didapat sebanyak 96 pasien yang berasal dari data rekam medis pasien yang melakukan medical checkup di RS AMC Muhammdiyah Yogyakarta dan menggunakan teknik judgment/purposive sampling. Kemudian dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan gambaran radiografi toraks, hal tersebut ditunjukkan dengan nilai p=0,534 (p>0,05). Kemudian tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan gambaran radiografi toraks dengan didapatkan nilai p=0,061 (p>0,05). Selain itu, tidak terdapat hubungan juga antara body mass index dengan gambaran radiografi toraks, hal tersebut ditunjukkan dengan nilai p=0,756 (p>0,05). Tidak terdapat hubungan antara ketiga kelompok analisis multivariat, baik kelompok usia dengan gambaran radiografi toraks, jenis kelamin dengan gambaran radiografi toraks maupun body mass index dengan gambaran radiografi toraks. Kata Kunci: Medical Check Up, Usia, Jenis Kelamin, Body Mass Index, Gambaran Radiografi Toraks.