Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

وليمة الزواج في العرف البوغيسي في منظور الفقه الإسلامي (دراسة حول الهدية في الوليمة) Imron Rosyadi; Dewi Indriani
Profetika: Jurnal Studi Islam Vol. 20, No. 1, Juni 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/profetika.v0i0.8953

Abstract

The perfection of Islam as a guideline of human being appears in the instructions that cover all aspects of human life both personal and social; one of them is wedding ceremony and its procedure. However, the implementation of wedding ceremony is influenced by custom and culture of the local community which has been done from generation to generation. Bugis people have a habit of giving wedding gift to the bride or the bride's family which is called passolo. That habit is intended to share happiness and help to the bride's family in carrying out the wedding ceremony, which as time passed, that habit is develop like debt with recording and replying passolo to each other. Therefore, this paper aims to find out the essence of this habit according to the Bugis community, and then examine this habit from the side of the Sharia, so that the law can be concluded. To obtain the legal conclusions of this problem, the author uses a qualitative method with an inductive analysis approach. The results of the study show that the habit of Bugis people in giving passolo to the bride is not a debt agreement but more like unexpected gift, the law is permissible and not prohibited. Abstrak: Kesempurnaan Islam sebagai pedoman hidup manusia nampak dalam petunjuknya yang menyentuh segala aspek kehidupan manusia baik yang sifatnya pribadi maupun yang bersifat sosial,salah satu diantaranya adalah pernikahan dan tata caranya.Namun hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa pelaksanaan pernikahan tidak lepas dari kebiasaan dan adat masyarakat setempat yang telah dilakukan secara turun temurun.Masyarakt suku Bugis memiliki kebiasaan memberikan hadiah pernikahan kepada mempelai atau keluarga mempelai yang mereka sebut dengan istilah passolo.Kebiasaan yang dimaksudkan untuk berbagi kebahagian dan membantu keluarga mempelai dalam pelaksanaan pesta pernikahan seiring waktu kemudian berkembang menjadi seperti layaknya hutang piutang dengan adanya pencatatan dan kebiasaan saling membalas passolo.Karena itu,makalah ini bertujuan untuk mengetahui hakikat kebiasaan ini menurut masyarakat Bugis untuk kemudian mengkaji kebiasaan ini dari sisi syariat sehingga dapat disimpulkan hukummya. Untuk memperoleh kesimpulan hukum masalah ini,penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis induktif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan masyarakat bugis memberikan passolo kepada mempelai bukan sebuah aqad hutang piutang melainkan hadiah yang tidak diharapkan balasannya,maka secara syariat hukumnya boleh dan tidak terlarang.الملخص: إن من دلائل كمال دين الإسلام هي شموليته لجميع نواحي حياة الإنسان إما متعلق بنفسه كالفرد أو متعلق بغيره لكونه كائن اجتماعي، ومن هذه الناحية هي الزواج وما يتعلق به من الأحكام.والقضية التي لا ننكرها أن هناك ثمة العادات والتقاليد حول الزواج وكيفية تنفيذه يتقيّد بها المجتمع جيلا بعد جيل.جرى العرف عند المجتمع البوغيسي في الزواج بتقديم الهدية للعرسين أو صاحب الوليمة ما يُسمونها بهدية الوليمة بسولو(passolo). وكان هذا العرف يهدف إلى إعانة أهل العروسين في سداد حوائج وتكاليف الزواج والوليمة، هذا بالإضافة إلى إدخال السّرور عليهم.وقد تحوّل الحال في الوقت الحاضر حيث صار الأمر كالدَين حيث يسجل اسم كل من قدم هدية الوليمة بسولو (passolo) في دفتر خاص يتم العودة إليه عند دعوة أهل العريس لمناسبة مماثلة لدى من قدّمها.لوجود تلك الظاهرة،فهذه المقالة تهدف إلى معرفة حقيقة هذا العرف عند المجتمع البوغيسي للحصول على حكمه في الشرع. كان البحث كيفي المنهج باستخدم الطريقة الاستقرائية في حلّ البيانات، وينتج النتائج، منها: أن المجتمع البوغيسي يعتبرون هدية الوليمة بسولو(passolo) هي هدية مجردة وليست دينا يجب سداده بالمثل،وقد يتوفر في هذا العرف شروط اعتباره محكما ولا يخالف أصلا قطعيا في الشرع فيكون حكمه جائز شرعا لأن العادة محكمة والمعروف عرفا كامشروط شرطا.
PEMIKIRAN ASY-SYÂTIBÎ TENTANG MASLAHAH MURSALAH Imron Rosyadi
Profetika: Jurnal Studi Islam Vol. 14, No. 1, Juni 2013
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/profetika.v14i1.2009

Abstract

This paper discusses the application of maslahahmursalahmethod inestablishing an Islamic law. The writerstudies AsySyatibi’s thought that defines maslahahmursalah.He writes thatmaslahahmursalahis a new case that has not beenstated in a certain argumentation (nash) but it has benefits which are in line with (almunâsib)Islamic law. The conformity in deed to the Islamic law (tasharrufât) doesnot have to be always supported by certain argumentation (nash) that underlies andrefers to the conformity but it can be a collection of argumentations that give certainbenefits (qat’i). The new cases that contain benefits and have not had their confirmationare decided by maslahahmursalah, whether accepted or refused. The cases are relatedto muamalat not to rituals. The use of maslahahmursalahas the argumentation todecide a law is just for the need that is dharûrî and hâjî. Deciding the benefits from anaction that will be used as argumentation on maslahahmursalah can use commonsensemaximallyKey words: Asy-Syatibi, maslahahmursalah, argumentationMakalah ini membahas penerapan metode maslahah mursalah dalampenetapan suatu hukum Islam. Penulis mengkaji pemikirana sy-Syâtibî, yang mendefinisikanmaslahah mursalah adalah maslahah yang ditemukan pada kasus baruyang tidak ditunjuk oleh nash tertentu tetapi ia mengandung kemaslahatan yang sejalan(al-munâsib) dengan tindakan syara.» Kesejalanan dengan tindakan (tasharrufât)syara» dalam hal ini tidak harus didukung dengan dalil tertentu yang berdiri sendiridan menunjuk pada maslahahtersebut tetapi dapat merupakan kumpulan dalil yangmemberikan faedah yang pasti (qat»î). Masalah-masalah baru yang belum adakonfirmasinya, baik dibenarkan maupun ditolak, dan mengandung kemaslahatan yangdiputuskan dengan maslahah mursalah adalah berkaitan dengan masalah-masalahmuamalat, bukan berkaitan dengan ibadah. Penggunaan maslahah mursalah sebagaidalil penetapan hukum hanya untuk kebutuhan yang sifatnya dharûrî dan hâjî.Menentukan kemaslahatan dari suatu tindakan yang nantinya akan dijadikan dasarpertimbangan dalam dalil maslahah mursalah dapat menggunakan akal secaramaksimal.Kata Kunci: Asy-Syatibi, masalahah mursalah, dalil hukum
تكفير أهل الشهادتين وعلاقتها بقاعدة اليقين لا يزول بالشك والآثار الدينية المترتبة عليهم Dzulfikar Syam; Imron Rosyadi; M. Muinudinillah
Profetika: Jurnal Studi Islam Vol. 20, No. 2, Desember 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/profetika.v20i2.9957

Abstract

Abstract: There is no doubt that the science of qowaid fiqh is a different science from that of aqidah, because the contents of the former are different. Aqidah knowledge discusses matters of iman and ghaib, as for the science of qowaid fiqh is about the case of rules or dhowabit and laws of Shariat. But it is undeniable that there are some principles of fiqh relating to matters of iman, including the laws about takfir (sentencing kaafir). Among the basic principles of fiqh is "Al Yaqinu Laa Ya Zuulu Bi Syak" which means something convincing cannot be lost only by doubt, in which this rule correlates with the matters of iman and takfir, because we have no right to exclude someone convinced of his faith from his iman except if there is convincing evidence. Due to the importance of this discussion, the writer is compelled to investigate this issue titled “Sentencing kaafir for those saying shahada dan its relation to the rules of al yaqinu la yazulu bi syak and its influence in religious matters.” This research is a type of library research because it refers to the data and sources of knowledge from various books, magazines, journals and articles that are related to the discussion of this paper, both those that are basic (main) and which is tsanawi (additional). Whereas, the type of research method conducted by the writer is descriptive qualitative method. The results obtained by the writer in this paper is that the law of origin for those who say the two sentences of the shahada is that he is still a Muslim, but if he falls in an act of disbelief, it needs to be clarified in advance, if he does so. Because of his denial of the Shari'a of Allah and the conditions of disbelief he had fulfilled, he was therefore unbeliever and caused him to exclude from Islam. Thus, with the authentic arguments, the agreement of the ulama on this case, and the fulfilled conditions in sentencing kaafir, then this shows a convincing case, in addition to that case we punish this by kafir and murtad using the principles of fiqh of "Maa tsabata bi yakiin laa yurtafa illa bi yakiin" which means everything that is established by belief cannot be lost except by belief, and this is a branch of the rule: "Al yakiinu laa yazuulu bi syak", and vice versa. The effect on religion, if he has been convicted of infidels is, among other things, that he could have been sentenced to riddah or killed, among other things, if he dies, the Islamic Shari'a will not be applied to him, including other matters that have been agreed upon by the ulama as a result of their kafir and murtad.  Abstrak: Sesungguhnya ilmu tentang kaidah-kaidah fiqh merupakan ilmu yang berbeda dengan ilmu akidah, karena isi kandungan didalamnya berbeda. Ilmu akidah membahas perkara iman dan perkara yang ghaib, namun ilmu kaidah fiqh membahas kaidah atau dhowabit dan hukum-hukum seputar syariat. Dalam perjalanannya, ada beberapa kaidah fiqh yang memiliki hubungan dengan perkara akidah, diantaranya adalah hukum seputar pengkafiran. Diantara kaidah yang pokok dalam fiqh tersebut adalah "Al Yaqinu Laa Ya Zuulu Bi Syak" yang artinya sesuatu yang meyakinkan tidak dapat hilang hanya dengan keraguan. Kaidah ini memiliki hubungan dengan perkara iman dan takfir, sehingga barang siapa yang yakin dengan imannya, maka tidaklah pantas bagi seseorang untuk mengkafirkan orang lain kecuali adanya bukti yang meyakinkan. Maka dari itu, penelitian ini dapat mengetahui permasalahan pengkafiran terhadap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat dan kaitannya dengan kaidah fiqh al yaqinu la yazulu bi syak serta pengaruhnya dalam urusan agama. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library), karena penelitian ini mengacu pada data-data dan sumber-sumber ilmu dari berbagai buku, majalah, jurnal dan artikel-artikel yang ada hubungannya dengan pembahasan di dalam tulisan ini, baik itu yang sifatnya asasi(pokok) maupun yang sifatnya tsanawi(tambahan). Adapun jenis metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian pustaka yang bersifat kualitatif deskriptif. Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah bahwa hukum asal bagi seseorang yang mengucapkan dua kalimat syahadat adalah dia masih seorang muslim, adapun jika ia terjatuh dalam perkara kekafiran, maka perlu diperjelas terlebih dahulu, jika ia melakukannya karena pengingkaran terhadap syariat Allah dan telah terpenuhi syarat-syarat pengkafiran atas dirinya maka dengan sebab itu ia kafir dan menyebabkan ia keluar dari islam. Dengan adanya dalil-dalil yang shahih, sepakatnya ulama atas perkara tersebut, terpenuhinya syarat-syarat dalam pengkafiran, dan tidak adanya kontraindikasi, maka perkara ini dihukumi kafir dan murtad dengan menggunakan kaidah fiqh "Maa tsabata bi yakiin laa yurtafa' illa bi yakiin" yang artinya apa yang ditetapkan dengan keyakinan maka ia tidak bisa hilang kecuali dengan adanya keyakinan, dan ini merupakan cabang dari kaidah: "Al yakiinu laa yazuulu bi syak", demikian pula sebaliknya. Adapun pengaruhnya terhadap agama jika ia telah divonis kafir adalah: diantaranya, bisa saja ia mendapatkan hukuman had riddah yaitu dibunuh, diantara yang lain juga adalah jika ia meninggal dunia, maka tidak diberlakukan hak-hal muslim atas dirinya, termasuk juga hal-hal lain yang telah disepakati ulama akan akibat yang ditimbulkan bagi orang yang kafir atau murtad.  الملخص: إن علم القواعد الفقهية علم مستقل عن علم العقيدة، إذ إن موضوعهما مختلف، فإن علم العقيدة يختص بمسائل الإيمان والغيبيات، أما علم القواعد الفقهية هو علم عن ضوابط وكليات للمسائل الفقهية، التي تختص بالأحكام الشرعية العملية، لا الاعتقادية. ولكن لا ينكر أن يكون لبعض القواعد الفقهية اتصالٌ ما بعلم العقيدة، ومنها أحكام الكفر والإيمان, ومن القواعد الفقهية الشهيرة قاعدة: (اليقين لا يزول بالشك)، وهذه القاعدة لها اتصال بقضايا الكفر والإيمان، لأن من ثبت إيمانه بيقين، فلا يحق لنا أن نخرجه عنه إلا بيقين أيضا. فمن هذا البحث سوف نعرف المسألة في تكفير أهل الشهادتين وعلاقتها بقاعدة اليقين لا يزول بالشك والآثار الدينية المترتبة عليهم. وهذا البحث يكون بحثا مكتبيا من حيث أنه معتمدا على البيانات والمعلومات المنشورة في الكتب والرسائل العلمية ذات علاقة بموضوع البحث. ومنهج البحث الذي يسلكه الباحث هو المنهج التحليلي الإستنباطي. والنتائج التي حصل عليها الباحث من هذا البحث أن الأصل في الحكم لأهل الشهادتين أنه مسلم, فإذا وقع في عملية الكفرية, فننظر: إن كان فعله جحودا لشريعة الله, وتوفر شروط التكفير وانتفت الموانع فهذا كفر مخرج من الملة. فبوجود الأدلة الصحيحة وباتفاق العلماء على الكفر من فعلها, وبتوفر شروط التكفير وانتفاء الموانع يدل على اليقين, فنحكمه بالكفر أو الردة لاستعمال قاعدة "ما ثبت بيقين لا يرتفع إلا بيقين" وهذه من فروع قاعدة "اليقين لا يزال بالشك". وأما الآثار الدينية على من وقع فيها, منها: قد يكون حد الردة والقتل, وإذا مات لا يستحق له حقوق المسلمين، وإلى غير ذلك مما اتفق عليه العلماء.الكلمات الرئيسة: تكفير, أهل الشهادتين, اليقين لا يزول بالشك
اختيارات مجلس ترجيح محمدية ولجنة بحث مسائل دينيةنهضة العلماء مع المقارنة بالمذاهب الأربعة في مسائل تحرير المرأة Beni Setyawan; Imron Rosyadi; M. Muinudinillah
Profetika: Jurnal Studi Islam Vol. 20, No. 2, Desember 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/profetika.v20i2.9958

Abstract

Abstract: This study is focused on the option of either Majelis Tarjih Muhammadiyah or Lajnah Bahsul Masaail Nahdatul Ulama about Women Freedom, taken from the book of collected-tarjih verdicts, ajkamul Fuqoha’ and others. It is to describe clearly Fiqh or Islamic jurisprudence related  to Women freedom according to the both from similar and different sides, four opinion of imam madzhab, correct reasons and responses to different opinions. This is a descriptive qualitative literature research using the comparison method.The findings showed that Majelis tarjih (mubah)  permits women to wear veils and to be leaders, and tawaqquf in the matter of travelling without mahram, obliged to limit the validity of talaq in court. As well as forbidden to marry a scribe. Meanwhile, Bahsul Masaail Lajnah stated that it is obligatory to wear the veil according to mu’tamad, permit the women as leaders, traveling without mahram and legitimated divorce out of court and forbidden to marry a scribe. Tarjih councils agreed with Lajnah bahsul masail in three issues but different from two. Lajnah bahsul masaail had different choices with four madzab in four issues, but the same as one issue. In the mean time, Lajnah bahsul masaail had similar choices with four madzab in two issues, but agreed with madzab syafi’I and hanbali on one issue.The reasons of different of opinions are the differences to understand text of proposition , the application of Islamic jurisprudence based on time and place, maslahah mursalah, saddu dzari’ah, and maqashid asy-shari’ah. The right attitude to face differences are that it is ijtihadiyah problem which should not be the causes of dissension, fanatics, and denial since all agreed that the women freedom is muthlaq, but limited to sharia requirements so that they have different opinions in the application of the shari’.  Abstrak: Penelitian ini berfokus pada pilihan Majelis Tarjih Muhammadiyah dan Lajnah Bahsul Masaail Nahdlatul Ulama dalam masalah kebebasan wanita. Yang diambil dari kitab himpunan putusan tarjih, ahkamul Fuqoha’ dan selainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran yang jelas tentang masalah fiqih yang berkaitan dengan kebebasan wanita menurut keduanya, sisi persamaan dan perbedaannya, pendapat empat imam madzhab, sebab dan sikap yang benar dalam perbedaan pendapat. Penelitian ini adalah penelitian pustaka yang bersifat kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode perbandingan..Temuan-temuan dalam masalah ini adalah bahwa majelis tarjih berpendapat mubah dalam masalah memakai cadar, menjadikan wanita sebagai pemimpin, dan tawaqquf dalam masalah bepergian tanpa mahram dengan kecenderungan boleh, dan wajibnya membatasi sahnya talaq di pengadilan, dan haramnya menikah dengan ahli kitab. Sedangkan lajnah bahsul masail berpendapat wajibnya memakai cadar menurut pendapat yang mu’tamad, mubah dalam masalah menjadikan wanita sebagai pemimpin, bepergian tanpa mahram, dan berpendapat sahnya perceraian di luar pengadilan, dan haramnya menikah dengan ahli kitab. Majelis tarjih sependapat dengan lajnah bahsul masail dalam tiga masalah dan berbedapendapat pada duamasalah.Pilihan majelis tarjih tidak sependapat dengan empat madzhab dalam empat masalah, dan sependapat dalam satu masalah. Sedangkan pilihan lajnah bahsul masail sependapat dengan empat madzhab dalam dua masalah dan tidak sependapat dalam dua masalah, dan sependapat dengan madzhab madzhab syafi’i dan hanbali pada satu masalah.Adapun sebab perbedaan pendapat dalam masalah tersebut adalah perbedaan dalam memahami teks dalil, penerapan kaidah fiqih perubahan hukum sesuai dengan perubahan waktu dan tempat, maslahah mursalah, saddu dzari’ah, dan maqashid asy-syari’ah. Dan sikap yang benar dalam perbedaan pendapat tersebut adalah bahwasanya itu termasuk masalah ijtihadiyah yang tidak sepantasnya menjadi sebab perpecahan, fanatik, dan pengingkaran, karena semua sepakat bahwa kebebasan wanita dalam islam tidaklah bersifat muthlaq, akan tetapi dibatasi rambu-rambu syari’at. Sehingga hanyaberbeda pendapat dalam penerapan dalil syari’.Kata kunci: kebebasan wanita,majelis tarjih,lajnah bahsul masail,empat imam madzhab.   الملخص: يتركز هذا البحث في اختيارات مجلس ترجيح محمديةولجنة بحث مسائل دينيةنهضة العلماء في مسائل تحرير المرأة، من كتاب مجموعة مقررات الترجيح، وأحكام الفقهاء وغيرهما، ويهدف هذا البحث إلى إعطاء الصورة الواضحة في اختيارات مجلس الترجيح وبحث المسائل في مسائل تحرير المرأة، ومدى الموافقة من عدمها مع مقارنة اختياراتهما بآراء المذاهب الأربعة، وأسباب الاختلاف والموقف الصحيح فيه. وهذا البحث بحث مكتبي كيفي ووصفي وينهج منهجا تحليليا مقارنة.والنتائج التي حصل عليها الباحث أنه اختار مجلس الترجيح بالجواز في لبس النقاب، وتولي المرأة الرئاسة، والتوقف في السفر بغير محرم مع الميل إلى الجواز، والواجب في تقييد صحة الطلاق في المحكمة، والحرام في الزواج بكتابي. واختار لجنة بحث المسائل بالواجب في لبس النقاب على القول المعتمد، والجواز في تولي المرأة الرئاسة، والسفر بغير محرم، وصحة الطلاق خارج المحكمة، والحرام في الزواج بكتابي. واتفق مجلس الترجيح بلجنة بحث المسائل في ثلاث مسائل واختلفا في مسأتين. واختيارات مجلس الترجيح لا توافق المذاهب الأربعة في أربع المسائل، وتوافق في مسألة واحدة. وأما اختيارات لجنة بحث المسائل توافق المذاهب الأربعة في مسألتين ولا توافقهم في مسألين، وتوافق الشافعية والحنابلة في مسألة واحدة.وأما أسباب الاختلاف في مسائل تحرير المرأة منها الاختلاف في فهم النص، وتطبيق القواعد الفقهية تغيّر الحكم بتغير الزمان والمكان، والمصلحة المرسلة، وسد الذريعة، ومقاصد الشريعة. والموقف الصحيح فيه إنها من المسائل الاجتهادية، فلا ينبغي أن يكون سبباً للتَّفرق والتعصب والإنكار لأنهم اتفقوا على أن تحرير المرأة في الإسلام ليس مطلقا بل مقيّدا بقيود الشريعة، وإنما اختلفوا في التطبيق فيهذه المسائل حينما توزن بميزان الشريعة.الكلمات الرئيسة: تحرير المرأة، ومجلس الترجيح، ولجنة بحث المسائل، المذاهب الأربعة.
DAKWAH BIL-HẦL PESANTREN WALISONGO NGABAR PONOROGO JAWA TIMUR DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT TAHUN 2013-2014 Sudarno Shobron; Imron Rosyadi; Mohammad Zaki Suaidy
Profetika: Jurnal Studi Islam Vol. 16, No. 1, Juni 2015
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/profetika.v16i1.1797

Abstract

Penelitian ini berkaitan   dakwah bil hâlsebagai sebuah model dakwah yang berorientasi kepada pemberdayaan dan pengembangan masyarakat (community empowerment) melalui ekonomi. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana implementasi dan peran dakwah bil-hâl Pondok Pesanten “Wali Songo” dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat Ngabar Tahun: 2013-2014 .Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan implementasi dan peran dakwah bil-hâl PPWS dalam pemberdayaan masyarakat Ngabar dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera dan mandiri secara ekonomi. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, karena peneliti langsung menggali data di lapangan yaitu PPWS Ngabar Ponorogo. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan empat tahapan yaitu, pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi Dakwah bil-hâl dilaksanakan melalui program pemberdayaan ekonomi. Pemberdayaan ekonomi dilakukan spesifik melalui YPPW-PPWS diharapkan mampu menjembatani dan membantu masyarakat Ngabar keluar dari kemiskinan melalui model-model pemberdayaan yang dilakukan antara lain: (1) Pemberdayaan tenaga kerja sekitar pesantren, (2) Pemberdayaan pertanian, (3)Pemberdayaan peternakan sapi, (4) Pemberdayaan kesehatan masyarakat, (5) Pemberdayaan penyiaran dan komunikasi dan (6) Pemberdayaan kelompok usaha rumahan. Adapun peran dakwah bil-hâl Dakwah bil-hâl menghasilkan perubahan dan pencapaian dalam masyarakat Ngabar, khususnya di bidang ekonomi. Dakwah bil-hâl memiliki peransebagai motivator, dinamisator dan fasilitator program pemberdayaan ekonomi masyarakat Ngabar, dengan melibatkan peran institusi agama, kyai dan pesantren.Kata kunci: dakwah bil-hâl, pesantren, pemberdayaan ekonomi.
قاعدة" اقتضاء النهي الفساد و البطلان " عند المذاهب الأربعة " و تطبيقاتها في المناكحات Suranto Suranto; Imron Rosyadi; Muinudinillah Basri
Profetika: Jurnal Studi Islam Vol. 21, No. 1, Special Issue 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/profetika.v21i1.11656

Abstract

This research is motivated by the curiosity of the law of marriage of a pregnant adulter to cover up her shame and family disgrace, which sometimes occurs in the community, while the Prophet Muhammad “peace be upon him” has forbidden men to marry a pregnant woman until she gives birth.And many other forbidden marriages that occur in the community. The formulation of the problems of this research are: 1) What are the opinions of the four ideology of thought towards the rule of "iqtidhou annahyi alfasad wal butlan"? 2) How is the application of this rule in prohibited marriages, such as marriages of men with adulterers who are pregnant, mut'ah marriages, marriages of men who have been proposed by other men, marriages in ihrom conditions, syigor marriages, bid'iy marriages, marriages without marriages proxy, marriage without witnesses, marriage by combining women who still have mahrom relations. This research was conducted by the literature review method, collecting and studying various references, especially from the four ideology of thought, then conducting in-depth analysis. The conclusions of this study are 1) the four ideology of thought differ on the the rule of "iqtidhou annahyi alfasad wal butlan" in some circumstances annahyu, and have the same view of this Qoidah in several circumstances annahyu. 2) In applying this rule in the case of marriage, they agree on its validity or sleaze in some marital matters, but also differing opinions in several other issues. Usually, their opinions on the issue of marriage are in line with their opinions on the issue of the rule of ushul, but sometimes they don’t.Penelitian ini dilatarbelakangi keingintahuan hukum nikahnya pezina yang hamil untuk menutupi aibnya dan aib keluarganya, yang kadang terjadi di masyarakat, sedangkan Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa salam telah melarang lelaki untuk menikahi perempuan yang hamil sampai dia melahirkan. Dan banyak pernikahan-pernikahan terlarang lainya yang terjadi di masyarakat. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1) Apa pendapat empat madzhab terhadap qoidah “ iqtidhou annahyi alfasad wal butlan”? 2) Bagaimana penerapan qoidah ini dalam masalah pernikahan yang terlarang, seperti nikahnya lelaki dengan pezina yang hamil, nikah mut’ah, nikahnya lelaki atas perempuan yang sudah dilamar lelaki lain, nikah dalam kondisi ihrom, nikah syigor, tholak bid’iy, nikah tanpa wali, nikah tanpa saksi, nikah dengan menggabungkan perempuan yang masih ada hubungan mahrom. Penelitian ini dilakukan dengan metode kajian pustaka, dengan mengumpulkan dan mentelaah berbagai referensi terutama dari empat madzhab, dan menganalisanya. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah 1) empatmadzhab berbeda pendapat tentang qoidah “ iqtidhou annahyi alfasad wal butlan” di beberapa keadaan annahyu, dan sama pandanganya tentang kaidah ini dalam beberapa keadaan annahyu. 2) Dalam penerapan qoidah ini dalam masalah pernikahan, mereka sepakat tentang keabsahanya atau kebatilanya dalam beberapa masalah pernikahan, dan kadang mereka juga berbeda pendapat dalam beberapa masalah lainya. Biasanya pendapat mereka dalam masalah pernikahan ini selaras dengan pendapat mereka dalam masalah qoidah ushul tersebut, tapi kadang tidak selaras. الملخص: قاعدة" اقتضاء النهي الفساد و البطلان " عند المذاهب الأربعة و تطبيقاتها في المناكحات، رسالة مقدمة لاستيفاء أحد الشروط للحصول على درجة الماجستير في تخصص الفقه و أصوله، إعداد الطالب: سورا تنو، رقم القيد:O200170020  تحت إشراف: د.عمران رشادي و د.معين دين الله بصري، عام:1441 ه / 2019م. قامت فكرة البحث على معرفة حكم نكاح الحامل بسبب الزنى لستر عيبها و عيب عائلتها الواقع في المجتمع ، مع أن النبي – صلى الله عليه و سلم – نهى عن نكاح الحامل حتى تلد كي لا يختلط النسب. قد وقعت الأنكحة الممنوعة الأخرى في المجتمع. تدور مشكلة البحث حول الأمرين التاليين: 1) ما أقوال المذاهب الأربعة في قاعدة " اقتضاء النهي الفساد و البطلان"؟ 2)كيف تطبيق هذه القاعدة  في مسائل المناكحات؟ اتّبع الباحث في هذه الرسالة البحث المكتبي، و ينهج هذا البحث منهج استقرائي و تحليلي. و توصل الباحث إلى النتائج الآتية: 1) اختلف المذاهب الأربعة في القاعدة الأصولية " اقتضاء النهي الفساد و البطلان " في بعض أحوال النهي، و اتفق في بعضها. 2) تطبيقات هذه القاعدة في المناكحات المنهي عنها في نكاح الزانية الحامل، نكاح المتعة، الخطبة على الخطبة، نكاح المحرم، نكاح الشغار، الطلاق البدعي، النكاح بدون ولي، النكاح بدون الشهود، الجمع بين المحارم في النكاح، اتفق المذاهب الأربعة على صحة بعضها أو فساده، و اختلفوا في بعضها، غالبا أن رأيهم موافق لرأيهم في القاعدة " اقتضاء النهي الفساد و البطلان"، و أحيانا مخالف لرأيهم في هذه القاعدة.  
Macro Variable Effect Analysis and Non-Performing Financing (NPF) Against the Return On Asset (ROA) Islamic Banks In Indonesia Year 2008-2017 Fikri Ainul Qolbi; Dwi Pratika Karisma; Imron Rosyadi
Journal of Islamic Economic Laws Vol 3, No 1: January 2020
Publisher : Muhammadiyah University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/jisel.v3i1.10170

Abstract

Islamic Banks is a business entity that raises and distributes funds from the community and for the community. The study was conducted to analyze the macro variables and NPF (Non-Performing Finance) to ROA (Return on Assets) to determine the relationship between short-term and long-term between variables. The analysis model used is the Eagle Granger ECM Stage Two test that uses secondary data from the serial data (time series). The results of this study indicate that NPF simultaneously, GDP, and interest rates affect the ROA. Partially GDP positive and significant effects in the long term and short term, NPF positive and significant effect in the long term, interest rate, and no significant positive effect on ROA.
Manajemen Kinerja dalam Mencapai Competitive Advantage Sekolah Muhammadiyah Rio Estetika; Imron Rosyadi; Muh. Nur Rochim Maksum
Jurnal Basicedu Vol 6, No 3 (2022): June Pages 3200-5500
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i3.3064

Abstract

Problem manajemen kinerja pada lembaga pendidikan Islam masih kerap sekedar untuk penilaian formal berkala demi kenaikan pangkat/jabatan. Lembaga pendidikan Muhammadiyah yang berjumlah fantastis, ternyata tidak serta merta secara keseluruhan memperlihatkan competitive advantage-nya (keunggulan bersaing). Sekolah-sekolah Muhammadiyah di wilayah pedesaan Wonogiri kerap dinilai tata kelolanya asal jalan, dilabel sekolah buangan, kalah bersaing dengan sekolah negeri, dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Lembaga pendidikan Muhammadiyah diharapkan keluar dari situasi tersebut dengan keunggulan bersaing melalui manajemen kinerja Penelitian lapangan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menekankan analisis data berupa kata-kata tertulis maupun lisan dan gambar. Data dikumpulkan melalui metode wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan metode induktif melalui beberapa langkah, yaitu: pengumpulan data dibarengi dengan reduksi data, menyajikan data dalam bentuk narasi dan deskripsi, lalu menarik kesimpulan. Kajian ini menemukan bahwa manajemen kinerja dalam mencapai competitive advantage pada SD Muhammadiyah PK Pracimantoro dan SD Muhammadiyah Inovatif Baturetno, dilakukan dengan tiga tahapan. Pertama, perencanaan meliputi: penentuan tujuan, rekrutmen guru dan tenaga kependidikan, perjanjian kinerja. Kedua, pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan manajemen kinerja mengandung beberapa aktivitas, yaitu: pembinaan disiplin, motivasi, pengembangan kompetensi, dan penghargaan. Ketiga, evaluasi kinerja ditempuh dengan dua pendekatan, yaitu formal dan informal. Proses tersebut dilakukan untuk mewujudkan keunggulan sekolah pada aspek-aspek pendidikan antara lain: (1) Lokasi; (2) Keunggulan nilai, yang meliputi: kurikulum, layanan pendidikan, tenaga pendidik, sarana-prasarana, program pendidikan, dan prestasi lulusan.
ANALISIS KONSEP AKAD MURABAHAH DAN AKAD RAHN DALAM PRODUK EMAS ANTAM PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG SOLO BARU MENURUT HUKUM EKONOMI SYARIAH Siti Nur Asia; Rizka Rizka; Imron Rosyadi
Jurnal Justisia Ekonomika: Magister Hukum Ekonomi Syariah Vol 6 No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/justeko.v6i1.12540

Abstract

Abstrak Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis konsep murabahah dan rahn pada produk emas Antam pada Pegadaian Syariah cabang baru solo dan menganalisis kesesuaian penerapan murabahah dan rahn dengan Fatwa DSN-MUI, jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Konsep murabahah dalam penjualan produk emas Antam di Pegadaian Syariah Cabang Solo Baru mengandung konsep murabahah lil amiir bis syria', yaitu konsep pembiayaan yang mendominasi praktik keuangan Lembaga Keuangan Syariah. dibandingkan dengan konsep pembiayaan lainnya. Kemudian ada dua bentuk murabahah, yaitu: murabahah bersama dengan rahn (pembelian emas dengan sistem angsuran) dan murabahah bersama dengan wakalah (pembelian emas yang diwakili). 2) konsep rahn akad qardh dengan jaminan emas Antam di cabang baru pegadaian syariah solo memiliki tiga akad, yaitu: qard dalam pemberian pinjaman, kemudian rahn dalam memegang agunan emas, dan ijarah sebagai jasa pemeliharaan bagi yang digadaikan. barang-barang. 3) pelaksanaan murabahah dan rahn sesuai dengan Fatwa DSN MUI, baik Fatwa No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah maupun Fatwa No.25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn. Kata kunci: Konsep, Murabahah, Rahn, Produk Emas Mulia, DSN MUI.
Telaah Kritis terhadap Pembiayaan Murabahah Imron Rosyadi
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 8th University Research Colloquium 2018: Bidang Sosial Ekonomi dan Psikologi
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (576.222 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah melakukan telaah kritis terhadap pembiayaan murabahah pada Bank Syariah di Indonesia. Metode deskriptif analitik digunakan untuk mecapai tujuan tersebut. Hasil telaah menunjukkan bahwa pada awal berdirinya, khittah bank syariah sebenarnya merupakan bank yang beroperasi dengan prinsip dasar Profit Loss Sharing (PLS), yang lebih adil dan bebas riba. Namun dalam berkembangannya, seiring dengan kesulitan dalam hal-hal teknis penerapan PLS, bisnis bank syariah kemudian bergeser, tidak lagi berbasis PLS tetapi berbasis mark-up (margin). Hal ini bisa dibuktikan berdasarkan data komposisi pembiayaan perbankan syariah, yang menunjukkan bahwa komposisi terbesar ditempati akad murabahah. Maknanya pembiayaan murabahah merupakan bisnis utama perbankan syariah. Dikemudian hari muncul dua kubu yang saling berseberangan pandangan, yaitu para pendukung perbankan syariah, yang sering distereotip revivalis dan kubu pengkritik, yang sering disebut dengan modernis. Kedua kubu berbeda pendapat dalam persoalan praktik perbankan syariah, walaupun dalam tataran teori (idealisme) keduanya bisa dipertemukan. Sejumlah perbedaan pandangan yang cukup tajam terutama terletak pada pembiayaan murabahah dan persoalan derivasinya seperti, ada-tidaknya landasan syariah tentang murabahah; harga kredit yang lebih tinggi; penentuan margin; mark-up versus bunga dan sebagainya.