Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Semiotika Dalam Metode Penelitian Komunikasi Mudjiyanto, Bambang; Nur, Emilsyah
Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa Vol 16, No 1 (2013): April 2013
Publisher : BBPPKI MAKASSAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (50.139 KB)

Abstract

Penelitian ini merupakan kajian semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda, dimana persepsi dan pandangan tentang realitas, dikonstruksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial. Tanda membentuk persepsi manusia, lebih dari sekedar merefleksikan realitas yang ada. Tradisi semiotika mencakup teori utama mengenai bagaimana tanda mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan, dan sebagainya yang berada diluar diri. Metode yang digunakkan dalam penelitian ini adalah studi kajian literatur mengenai tanda pada kajian semiotika yang dilakuakan pada bulan Januari sampai Maret 2013 yang  tidak saja memberikan jalan atau cara dalam mempelajari komunikasi, tetapi juga memiliki efek besar pada hampir  setiap aspek (perspektif) yang digunakan dalam teori komunikasi.
HOAKS TEBAR BENIH KONFLIK ANTARWARGA DALAM PILKADA 2018 Mudjiyanto, Bambang
Majalah Komunikasi Massa Vol 15, No 1 (2019): Komunikasi Massa
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di era media sosial, rakyat butuh informasi terkait dengan para calon legislatif. Kampanye Pilkada bisa dilakukan dalam berbagai bentuk dan mediumnya. Apabila tujuannya mematangkan demokrasi, maka kampanye-kampanye politik dalam media sosial harus bijak, kontennya mendidik rakyat untuk berdemokrasi secara baik dan santun.  Maraknya berita hoaks menjelang pelaksanaan serentak Pilkada 2018 di media sosial, hal ini dapat mencederai iklim demokrasi yang ada di Indonesia. Tujuan dari observasi melalui media arus utama (surat kabar) ingin mengetahui mengenai pendapat tentang informasi hoaks yang ada di media sosial.  Hoaks mengandung makna berita bohong dan tak memiliki landasan faktual. Oleh karena itu, informasi yang disajikan sengaja disesatkan, namun dikemas seolah-olah sebagai serangkaian fakta. Berdasarkan indeks kerawanan Pilkada 2018, dari 17 provinsi, ada 12 provinsi yang rawan tersebar informasi hoaks dan isu berkonten negatif. Berita hoaks yang beredar tidak hanya menyerang pasangan calon, melainkan juga tata cara atau teknis penyelenggaraan Pemilu. Untuk menangkal informasi hoaks penegakan hukum harus dilakukan secara serius di media sosial, pasangan calon peserta Pilkada harus mempunyai komitmen untuk memerangi informasi hoaks dan penyelenggara Pilkada sayogyanya mengikuti ritme penggunaan media sosial dalam Pilkada. 
ANTISIPASI HOAKS MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM MENGHADAPI PILKADA 2018 Mudjiyanto, Bambang
Majalah Komunikasi Massa Vol 14, No 1 (2018): Komunikasi Massa
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berita hoaks dan ujaran kebencian bertebaran dimedia sosial  akan mempengaruhi preferensi pemilih yang menggunakan hak suaranya berdasarkan informasi kualitas dan visi dari perserta Pemilu. Penyebaran hoaks dan ujaran kebencian mengancam demokrasi untuk mencapai kesejahteraan bangsa. Terintegrasi dengan lanskap digital merupakan keniscayaan dan hoaks adalah bagian tak terpisahkan dari lanskap digital. Maka dibutuhkan mentalitas kritis dan verifikasi yang memungkinkan masyarakat hidup berdampingan dengan hoaks. Hoaks tidak ada kaitannya dengan kebebasan berekspresi karena itu merupakan manipulasi. Strategi terbaik melawan hoaks, pemerintah mendorong edukasi dan literasi digital masyarakat, pemuka masyarakat, komunitas dan media massa konvensional menyajikan informasi yang proporsional dan berkualitas, masyarakat menghasilkan dan berbagi konten positif, sehingga dapat menggeser suplai hoaks di media sosial, serta menerapkan tindakan hukum yang efektif bagi penyebar hoaks.
FENOMENA KECANDUAN GAWAI PADA USIA ANAK-ANAK Mudjiyanto, Bambang
Majalah Komunikasi Massa Vol 14, No 2 (2018): Komunikasi Massa
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Banyak masyarakat yang belum memahami bagaimana memanfaatkan gawai yang terhubung dengan jaringan internet secara benar. Gawai yang terhubung sistem daring dengan berbagai fitur ibarat pisau bermata dua, di satu sisi bermanfaat, di sisi lain bisa membahayakan kehidupan masa depan anak dan remaja bisa mengalami gangguan jiwa akibat kecanduan gawai. Kurangnya pemahaman anak menggunakan gawai secara benar dan minimnya kecakapan literasi digital orang tua dan guru sekolah menyebabkan anak mudah terpapar konten negatif lewat internet. Penggunaan gawai berinternet pada anak dan remaja harus ditangani bersama. Pengelola sekolah perlu memberikan edukasi soal gawai berinternet. Begitu juga orangtua harus bijak dalam memilih gawai untuk anak disesuaikan usianya dan memberikan teladan penggunaan gawai dan media sosial di hadapannya. Kecanduan gawai pada anak bisa dicegah melalui orangtua, pengelola sekolah dengan membatasi waktu penggunaan gawai pada anak dan remaja sejak dini, dan memberikan edukasi soal konten yang bermanfaat sesuai usia anak. Di sisi lain pemerintah
HOAKS DALAM BINGKAI BLACK CAMPAIGN Mudjiyanto, Bambang
Majalah Komunikasi Massa Vol 15, No 2 (2019): Komunikasi Massa
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyebaran berita hoaks melalui media sosial menjelang Pilkada serentak 2018, dapat memberikan efek negatif bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Berita hoaks yang diciptakan untuk kepentingan politik maupun ekonomi dapat menimbulkan isu yang berbahaya dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Beredarnya berita hoaks yang menjadikan konsumsi sehari-hari warganet, telah dianggap sebagai berita yang benar akibat masifnya berita tersebut. Hoaks sudah menjadi bagian dari politik dan tak bisa dipisahkan, apa lagi menjelang Pilkada.  Kecenderungan berita hoaks melalui media sosial secara sengaja digunakan untuk memprovokasi suara mayoritas Muslim. Berita hoaks yang marak menjelang Pilkada 2018 dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Hal ini dapat disikapi oleh para pengguna media sosial agar menjadi netter yang cerdas, selektif dan berhati-hati terhadap informasi atau berita yang diterima serta cari tahu kebenaran informasi sehingga tidak mudah terprovokasi dengan kampanye hitam. Kampanye hitam dimaksud kampanye yang bertujuan untuk membunuh karakter calon kandidat melalui media sosial dengan membingkai isu-isu informasi berupa hoaks dan fitnah atau tuduhan tanpa bukti.
Komunikasi Pendidikan: Analisis Persepsi Wali Kelas dan Guru Kelas Terkait Motivasi Belajar Siswa Di Sekolah Dasar Islam Uwais Al Qorni Depok Mudjiyanto, Bambang; launa; Shilbi, Muhammad Daffa; Al-Faruqi, Afkar Khaibar
JURNAL JENDELA PENDIDIKAN Vol. 4 No. 03 (2024): Jurnal Jendela Pendidikan: Edisi Agustus 2024
Publisher : CV. Jendela Edukasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57008/jjp.v4i03.777

Abstract

Motivasi belajar siswa adalah hal penting, termasuk motivasi belajar siswa di SDI Uwais Al Qorni Depok. Tujuan penelitian adalah menggali persepsi guru dan wali kelas terkait motivasi belajar siswa kelas 3 dan kelas 4 di SDI Uwais Al Qorni. Lokasi penelitian adalah SDI Uwais Al Qorni, subyek penelitian adalah motivasi belajar siswa, dan obyek penelitian adalah wali kelas dan guru kelas. Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan metode analisis deskriptif (pendekatan kasus), teknik pengambilan sampel purposif, dan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan motivasi belajar siswa SDI Uwais Al Qorni ditentukan oleh beberapa faktor, seperti penanaman motivasi tauhid dan kesadaran pada diri siswa, perhatian dan motivasi orang tua, memberikan apresiasi kepada siswa, metode pembelajaran yang tepat, dan kelengkapan sarana dan fasilitas belajar sekolah.
Multitafsir Undang-Undang ITE (Perspektif Edukasi Digitalisasi dan Kebebasan Berekspresi) Dunan, Amri; mudjiyanto, bambang
PRoMEDIA Vol 8, No 2 (2022): PROMEDIA
Publisher : UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/promedia.v8i2.6141

Abstract

Kontroversi mengenai UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) terus bergulir antara pihak yang menginginkan revisi dan menolak revisi. Pada dasarnya kedua belah pihak sepakat UU ITE masih diperlukan untuk memastikan ruang digital tetap bersih dan beretika, tidak kebablasan dengan dalih kebebasan berpendapat. Keberadaan UU ITE dinilai masih relevan dan penting untuk mengatur lalu lintas komunikasi melalui dunia digital. Revisi UU ITE dapat membawa keadilan dan kenyamanan bagi kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab dalam bingkai demokrasi Pancasila. UU ITE telah menyebabkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Berbagai aspirasi masyarakat terkait revisi UU ITE turut menambah krusialnya pengesahan RUU KUHP.  Jika menelisik fenomena hukum belakangan ini, misalnya pemidanaan dalam UU ITE, aspirasi publik atas revisi UU ITE ini membutuhkan juga revisi pada KUHP, khususnya terkait konstruksi pasal pencemaran nama baik.
Pemilu Berintegritas dan Malpraktik Pemilu Mudjiyanto, Bambang; Launa, Launa; Mansur, Mochammad
Jurnal Communitarian (Prodi Ilmu Politik) Vol 5, No 2 (2024): Jurnal Communitarian
Publisher : Universitas Bung Karno

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56985/jc.v5i2.495

Abstract

ABSTRACTElection malpractice is a frightening specter in democratic countries. As aconsequence, election integrity is often violated in the electoral process. This studyseeks to discuss the political dynamics of the concepts of electoral malpractice andelection integrity in an electoral setting in a flawed democratic regime withprocedural characteristics. Election malpractices which are widely practiced inflawed democratic regimes have been proven to not only distort the quality ofelections with integrity, but also slowly have the potential to kill democracy. In thepractice of elections that lack integrity, it is difficult to find a fair electoral process, which is free from interference and interference from the authorities. By using asearch of relevant literature, the concept of electoral malpractice is an integral partof the concept of political science which is characterized by illusion. It has thepotential to continue to disrupt the electoral process. It will be intertwined with thenature of populist autocratic regimes, weakening mass media and social networks tomobilize change. In fact, electoral malpractice has distorted the principles offreedom, fairness and competition of elections with integrity. Only through credibleand legitimate election channels, elections with integrity and quality democraticperformance will be realized.Keyword: election integrity, election malpractice, flawed democracy, undemocraticregimes
Cybercrime, Perlindungan Data Warga Negara, dan Integritas Pemilu Mudjiyanto, Bambang; Launa, Launa; Leonardi, Aska
Oratio Directa (Prodi Ilmu Komunikasi) Vol 5, No 2 (2023): Jurnal Oratio Directa
Publisher : FISIP Universitas Bung Karno

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract Theft of personal data ahead of an election is a criminal act that can damage public trust in the election process and results. The development of digital technology (including electronic election practices) has given new hope for the implementation of elections in the era of cyber society. Election technology provides a new space to support cyber society in virtual political activities of digital democracy. This study seeks to explain cybercrime that continues to operate in many countries (including Indonesia), the weak protection of citizens’ data, and its implications for the integrity of the 2024 simultaneous elections. This study is qualitative with a case study approach based on literature review and finds that the development of digital technology will always followed by an increase in data theft crimes (which are motivated by economic motives), weak protection of citizens’ personal data (a serious digital security problem which should be the responsibility of the state), and implications for election integrity due to data leaks which theoretically hackers use as space to delegitimizing state control over the hegemony of digital election technology.Keyword: Cybercrime, data protection, politik and economic implication, election integrity. 
Digitalisasi Informasi dan Keberlimpahan Berita di Era Pascakebenaran Mudjiyanto, Bambang; Launa, Launa; Yanuar, Fit
Oratio Directa (Prodi Ilmu Komunikasi) Vol 6, No 1 (2024): Jurnal Oratio Directa
Publisher : FISIP Universitas Bung Karno

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Information credibility in the era of digital society as an impact of the abundance of information is no longer a logical and ethical measure in the media sphere. Information truth and news accuracy are now only seen as a matter of public literacy, sharing errors, the negative impact of social media or legal problems; not a matter of fact integrity, news accuracy, and information ethics. This qualitative study with descriptive-interpretive analysis method characterized by virtual ethnography sees the erosion of logos and ethics as the cause of the digital society's easy exposure to the post-truth virus. Logos is the realm of facts, logic, truth, and valid reasoning. In the post-truth era, truth evaluation is postponed if not avoided; and lies have convincingly successfully masqueraded as valid arguments. In the post-truth era, truth and falsehood no longer have clear boundaries. Post-truth rhetoric and political agendas are certainly not only facilitated by social media, but by the reality where lies can wear the mask of truth. The multiplication of media and the spread of information sources in cyberspace are two crucial points that are most responsible for the growth of lies in the post-truth era.Keyword: Digital society, abudance of information, post-truth era, disinformed society