Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Heterosis Effect and Outbreeding Analysis of Boer and PE Goat Crosses Based on Birth Weight in F1 and F2 Rosidi Azis; Gatot Ciptadi; Suyadi Suyadi
Journal of Development Research Vol. 4 No. 1 (2020): Volume 4, Number 1, May 2020
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Nahdlatul Ulama Blitar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1313.267 KB) | DOI: 10.28926/jdr.v4i1.102

Abstract

Single Nucleotide Polymorphims (snps) Identification of Inhibin Sub Unit-α (inha) Gene on Madura Bulls Irida Novianti; Chairdin Dwi Nugraha; Rafika Febriani Putri; Ahmad Furqon; Wike Andre Septian; S. Rahayu; V. M. A. Nurgiartiningsih; Suyadi Suyadi
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 22, No 1 (2021): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtapro.2021.022.01.10

Abstract

INHA gene is a gene that is suggested to have role in reproductive system. Single Nucleotide Polymorphisms (SNPs) of Madura Bulls were identified in this study. Polymerase Chain Reactions (PCR) was used to amplify INHA gene region and MEGA 7 program was utilized to align the amplified region sequences with sequence from Ensembl database. Four SNPs found in INHA and they are located at the first exon. Two SNPs were misssense mutations that causing the substitution of amino acid leucine21 by proline, and amino acid valine63 by methionine and the other two SNPs were synonymous mutation. One of the synonymous SNPs was a novel mutation. Based on those identified SNPs, they could be suggested as potential candidate markers of reproduction traits for Madura bulls. Moreover, through heterozygosity value from the observed bulls, it was indicated that the genotype was varied in population. Therefore a molecular selection program could be designed to determine the Madura superior bull.
Identifikasi Keragaman Genetik Gen Inhibin Subunit Alpha (INHA) dan Inhibin Subunit Beta A (INHBA) Pada Sapi Peranakan Ongole (PO) Rafika Febriani Putri; Chairdin Dwi Nugraha; Ahmad Furqon; Wike Andre Septian; Suyadi Suyadi
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 22, No 1 (2021): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtapro.2021.022.01.9

Abstract

Gen Inhibin berperan dalam mengatur proliferasi sel, pertumbuhan kelenjar adrenal, hematopoiesis dan metabolisme tulang. Inhibin subunit alpha juga diketahui memiliki dampak yang signifikan terhadap berat badan, panjang tubuh dan lingkar badan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keragaman gen INHA dan INHBA pada Sapi PO yang berturut-turut sebanyak 68 ekor sapi PO yang berasal dari UPT PT HMT Tuban dan 11 ekor sapi PO BBIB Singosari. Metode pendeteksian keragaman gen menggunakan metode sequencing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sapi PO populasi UPT Tuban ditemukan tiga genotipe (AA, AB dan BB) pada fragmen gen INHA dan INHBA, sapi PO populasi BBIB Singosari memiliki satu genotipe (AA) pada fragmen gen INHA serta dua genotipe (AA dan BB) pada fragmen gen INHBA. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa gen INHA dan INHBA pada sapi PO populasi UPT Tuban dalam kondisi beragam (polimorfik). Informasi dalam penelitian ini dapat dijadikan dasar atau landasan dalam memulai program seleksi dan perkawinan sapi potong lokal Indonesia berbasis teknologi molekuler.
EKSPRESI PRODUKSI SUSU PADA SAPI PERAH MASTITIS Puguh Surjowardojo; Suyadi Suyadi; Lukman Hakim; Aulani'am Aulani'am
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 9, No 2 (2008): Ternak Tropika
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.533 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja KUTT Suka Makmur diKecamatan Grati Kabupaten Pasuruan bulan Oktober 2007, dengan tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mastitis terhadap produksi sususapi perah.Materi penelitian yang digunakan adalah 35 ekor sapi perah FriesienHolstein (FH) pada bulan laktasi 2 – 3 dan tingkat laktasi 2 – 3. Metode penelitianmenggunakan metode survey pada sapi perah yang ada di KUTT Suka Makmur,dengan penentuan sampel sapi perah secara purposive random sampling, yaitusapi perah dengan tingkat laktasi 2 – 3, dan bulan laktasi 2 – 3. Variable yangdiukur adalah produksi susu dan tingkat mastitis. Data dianalisis dengan metodedeskriptif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 14 ekor sapi yang tidakterinfeksi dan 21 ekor yang terinfeksi mastitis. Jumlah puting yang terinfeksimastitis sebanyak 40 puting atau 47,6% yang berada pada tingkat mastitis satu,dua, tiga dan empat masing-masing adalah sebesar 37,5%, 32,5%, 7,5% dan22,5%. Ditinjau dari jumlah puting yang terinfeksi mastitis pada satu, dua, tigadan empat puting masing-masing 42,9%, 33,3%, 14,3% dan 9,5%. Rata – rataproduksi susu pada sapi yang tidak terinfeksi mastitis 15,5 lt sedangkan produksisusu rata-rata pada sapi yang terinfeksi mastitis satu sampai empat putingmengalami penurunan, masing-masing sebesar 28,4%, 39,4%, 53,5% dan 51,6%.Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa mastitis dapatmenurunkan produksi susu sebesar 4,4 - 8,3 lt/hr/ekor atau 28,4% - 53,5% danberdampak pada kerugian peternak Rp.6.160 - Rp.11.620 / hr/ ekor. Semakintinggi tingkat mastitis semakin besar penurunan produksi susu, sehingga kerugianpeternak semakin besar. Disarankan untuk melakukan perbaikan tatalaksanapemeliharaan, sanitasi dan hygiene agar tingkat kejadian mastitis maupun tingkatmastitis dapat diturunkan.EXPRESSION OF MILK PRODUCTION ON MASTITIS DAIRYCATTLEABSTRACTThis research was experimental study to find out the effect of mastitis tomilk yield in KUTT Suka Makmur Grati, Pasuruan during October 2007.The research showed that 14 cow uninfected and 21 cow infected mastitis.The amount of teat infected mastitis are 40 or 47.6% from 21 cow. Thisobservation showed that the infected teat of mastitis on level mastitis one, two,three and four are 37.5%, 32.5%, 7.5% and 22.5%. The average of milkproduction that uninfected mastitis are 15.5 lt per day and for infected mastitishave decreased milk production on one until four teat which are 28.4%, 39.4%,53.5% and 51.6%.Masttitis decreased milk yield as much as 4.4 – 8.3 lt/day/cow or 28.4% -53.5% and affected on earning loss until Rp.6,160 - Rp.11,620 / day/ cow. It canbe conclusion that level of mastitis more high affected on decreased milk yieldand earning loss farmer. Increasing sanitation and milking hygiene to beconducted to depress incident and mastitis level.Keyword : mastitis, milk yield, CMT.
Analisis Hubungan Bobot Badan Terhadap Produksi Semen Segar Sapi Bali di Balai Besar Inseminasi Buatan-Singosari Chairdin Dwi Nugraha; Enniek Herwijanti; Irida Novianti; Ahmad Furqon; Wike Andre Septian; Woro Busono; Suyadi Suyadi
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 20, No 1 (2019): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtapro.2019.020.01.9

Abstract

Sapi asli indonesia dengan populasi terbesar dibandingkan sapi lokal lainnya yaitu sapi Bali. Pengembangan sapi Bali secara berkelanjutan dengan cara meningkatkan kualitas genetik melalui aspek reproduksi dalam pemilihan pejantan unggul. Bobot badan adalah salah satu kriteria dalam memilih pejantan unggul. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan bobot badan dengan kualitas semen. Materi yang digunakan yaitu data sekunder mulai tahun 2012-2018 dari 50 ekor pejantan sapi Bali meliputi data kualitas semen sebanyak (n=1204) ejakulasi di Balai Besar Inseminasi Buatan, Singosari, Jawa Timur, Indonesia. Metode penelitian adalah studi kasus. Variabel yang diamati yaitu bobot badan, volume semen, motilitas individu dan konsentrasi semen. Data dianalisa dengan menggunakan SPSS 24 dengan metode One-Way ANOVA. Uji korelasi menggunakan korelasi Pearson (r) dan analisis statistik model regresi linier untuk menduga kualitas semen berdasarkan bobot badan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot badan sapi Bali mempengaruhi secara signifikan (p<0,05) terhadap kualitas semen. Semakin tinggi bobot badan maka nilai volume dan motilitas meningkat kecuali konsentrasi semen yang sangat fluktuatif. Bobot badan berkorelasi secara signifikan (p<0,05) dengan volume (r=0,317) dan motilitas individu (r=0,229), tetapi tidak signifikan (p>0,05) terhadap konsentrasi semen (r=0,046). Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan sapi dengan bobot badan tinggi memiliki nilai kualitas semen yang lebih baik.
Interaksi Antara Bentuk Ambing dan Paritas Terhadap Produksi Susu Kambing Senduro Jisril Palayukan; Ali Murthadho; Nanda Dwi Putra; Ahmad Furqon; Aswah Ridhowi; Tri Eko Susilorini; Suyadi Suyadi
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 21, No 1 (2020): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtapro.2020.021.01.7

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi antara bentuk ambing dan paritas terhadap produksi susu pada kambing Senduro. Materi yang digunakan adalah 69 ekor induk kambing Senduro yang sedang laktasi pada paritas 1 – 4. Metode penelitian adalah metode observasional dan penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling. Variabel penelitian adalah bentuk ambing, paritas, dan produksi susu. Produksi susu diperoleh dengan cara mengukur volume susu dari tiap ternak pada pagi hari. Analisi data menggunakan uji T-test tidak berpasangan untuk bentuk ambing terhadap produksi susu, sedangkan untuk mengetahui korelasi antara paritas dengan produksi susu menggunakan analisis regresi korelasi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua bentuk ambing pada kambing Senduro, yaitu ambing berbentuk botol sebanyak 56 ekor dan ambing berbentuk kendi sebanyak 13 ekor. Hasil uji T-test tidak berpasangan menunjukkan bahwa bentuk ambing tidak berpengaruh nyata terhadap produksi susu. Hasil uji regresi korelasi linier sederhana menunjukkan bahwa paritas dan produksi susu memiliki korelasi yang sedang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa tidak ada interaksi antara bentuk ambing dengan produksi susu. Korelasi antara paritas dengan produksi susu adalah semakin bertambah paritas maka semakin tinggi produksi susu yang dihasilkan.
Hubungan Antara Umur, Bobot Badan, Lingkar Skrotum Dengan Produksi Spermatozoa Sapi Peranakan Ongole Chairdin Dwi Nugraha; Rafika Febriani Putri; Ahmad Furqon; Wike Andre Septian; Suyadi Suyadi
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 22, No 1 (2021): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtapro.2021.022.01.3

Abstract

Sapi peranakan Ongole atau lebih dikenal dengan sapi PO merupakan salah satu ras sapi lokal yang banyak dipelihara di Indonesia. Pengembangan pada aspek reproduksi dalam pemilihan pejantan unggul menjadi sangat penting. Umur, bobot badan (BB), lingkar skrotum (LS) dan produksi semen merupakan kriteria dalam pemilihan pejantan unggul. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai korelasi antara umur, bobot badan dan lingkar skrotum terhadap total spermatozoa (TS) dan total spermatozoa motil (TSM). 11 ekor pejantan sapi PO di UPT PT & HMT Tuban dengan umur 2-8 tahun digunakan dalam penelitian ini. Total 48 ejakulasi dikoleksi selama empat minggu. Metode penelitian adalah observasional. Data dianalisis menggunakan SPSS 24 dengan metode OneWay ANOVA serta hubungan antar variabel menggunakan korelasi pearson (r). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa umur berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai TS dan TSM. Umur, BB dan LS berkorelasi signifikan (p<0,05) terhadap TS dengan nilai masing masing secara berurutan yaitu (r=0,444), (r=0,615) dan (r=0,404). Umur, BB dan LS berkorelasi signifikan (p<0,05) terhadap TSM dengan nilai (r=0,459), (r=0,635) dan (r=0,402). Pemilihan pejantan unggul sapi PO perlu mempertimbangkan BB, umur dan LS yang tinggi sesuai Standar Nasional Indonesia.
PERFORMAN REPRODUKSI KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) DI KABUPATEN MALANG. D.W. Suhendro; G. Ciptadi; Suyadi Suyadi
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 14, No 1 (2013): Ternak Tropika
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.131 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui performan reproduksi ternak kerbau lumpur (Bubalus bubalis) yang ada di 4 kecamatan Kabupaten Malang. Materi penelitian ini adalah 23 ekor kerbau induk yang sudah beranak 2 kali yang menyebar di kecamatan Karang Ploso (KP, n=8 ekor), Pakisaji (PS, n= 2 ekor), Kromengan (KM, n=5 ekor), Sumber Pucung (SP, n=8 ekor). Penelitian ini dilakukan dengan metode survey dan sampel diambil secara purposive random sampling. Hasil penelitian menunjukkan berturut-turut rata-rata umur induk beranak pertama (KP=44,0 ± 2,6; PS=46,5 ± 2,1; KM=46,4 ± 1,1; SP=45,5 ± 2,2) bulan, birahi kembali setelah melahirkan (KP=4,5 ± 0,5; PS=4,5 ± 0,7; KM=4,6 ± 0,5; SP=4,6 ± 0,5) bulan, perkawinan sampai bunting (KP=1,5 ± 0,5; PS=1,5 ± 0,7; KM=1,6 ± 0,5; SP=1,6 ± 0,5) bulan dan jarak beranak (KP=16,6 ± 0,9; PS=16,5 ± 0,7; KM=16,6 ± 0,5; SP=16,5 ± 0,5) bulan. Disimpulkan bahwa performan reproduksi di Kabupaten Malang masih dalam keadaan cukup baik dan juga menunjukkan bahwa perbedaan lokasi (kecamatan) tidak berpengaruh terhadap performan reproduksi kerbau lumpur di Kabupaten Malang.Kata kunci : Kerbau lumpur, beranak pertama, berahi pertama setelah beranak, selang beranakREPRODUCTIVE PERFORMANCE OF SWAMP BUFFALO (BUBALUS BUBALIS) IN MALANG REGENCYABSTRACTThis reseach was conducted to determine the reproductive performance of swamp buffalo (Bubalus bubalis) in 4 districts at Malang Regency. This research material was 23 female mature buffaloes who at least has been twice calving. The buffalos spread in 4 districts of Karang Ploso (KP, n=8 ekor), Pakisaji (PS, n= 2 ekor), Kromengan (KM, n=5 ekor), Sumber Pucung (SP, n=8 ekor), respectively. The research was conducted by survey and sample ws determined by purposive random sampling. The results showed that average age of first calving were (KP=44,0 ± 2,6; PS=46,5 ± 2,1; KM=46,4 ± 1,1; SP=45,5 ± 2,2) months, first estrus after a calving (KP=4,5 ± 0,5; PS=4,5 ± 0,7; KM=4,6 ± 0,5; SP=4,6 ± 0,5) months, service per conception (KP=1,5 ± 0,5; PS=1,5 ± 0,7; KM=1,6 ± 0,5; SP=1,6 ± 0,5) months and calving interval (KP=16,6 ± 0,9; PS=16,5 ± 0,7; KM=16,6 ± 0,5; SP=16,5 ± 0,5) months, respectively.The reproductive performance of swamp buffalo was similar in four district areas of study and was in normal condition to support normal population increase.Keywords: swamp buffalo, first calving, first estrus after calving, calving interval
Efisiensi reproduksi sapi perah PFH pada berbagai umur di CV. Milkindo Berka Abadi Desa Tegalsari Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang M. Zainudin; M. Nur Ihsan; Suyadi Suyadi
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan (Indonesian Journal of Animal Science) Vol 24, No 3 (2014)
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this experiment was to investigate the effect of different age of Holstein Friesian Cross Breed dairy cows on reproductive efficiency at CV. Milkindo Berka Abadi, Tegalsari Village, Kepanjen Sub District, Malang Regency. The materials of the research used 82 heads of dairy cows which had at least two times of parturition. Data used reproductive data which were collected from Artificial Insemination practices at CV. Milkindo Berka Abadi. Descriptive analysis was used to determine average and deviation standard of Service per Conception (S/C), Days Open (DO) and Calving Interval (CI). Data were analyzed using Multiplet-test. The age of animal influenced significantly (P<0.05) the reproductive parameters e.g. S/C (2.6±1.2 times, 3.6±1.8 times, 4.2±2.8 times and 2.9±2.6 times), DO (184.4±97.2 days, 260.6±159.6 days, 396.9±296.2 days and 263.1±125.2 days) and CI (460.9±97.2 days, 538.8±160 days, 674±296.1 days and 539.7±124.6 days) for the age of 3, 4, 5 and 6 years respectively. It was concluded that the young cows at CV. Milkindo Berka Abadi had more efficient reproductive performance than those for older cows. Keywords : Days Open, Service per Conception, Calving Interval
Twinning and Ovulation Rate for Sustainable Production in Cattle Kamalludin Mamat Hamidi; Anjas Asmara Samsudin; Suyadi Suyadi
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan (Indonesian Journal of Animal Science) Vol 32, No 1 (2022): April 2022
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jiip.2022.032.01.15

Abstract

Profits is very important in most industries and determined by the cost and amount of products generated. In the livestock industries, higher number of viable animals produced will improve the economies of scale, hence, their profit. In general, twinning can be a good approach to increase reproductive capacity, and consequently the production volume. Cattle are monovular animal, typically give birth to one offspring and multiple birth is rare. Multiple gestation is mostly unfavorable in the dairy industry due to their negative impact on reproductive and production performance on cow and calf. Twinning is highly correlated to ovulation rate and various genes that are affecting hyperprolificacy in sheep have been identified. Many studies have reported quantitative trait loci (QTL) that are associated with high ovulation rate and twinning in cattle. Besides the genetic factor, twinning can also be induced via hormonal methods. Knowledge on the factors that causing hyperprolificacy can assist the breeders or farmers for their selection, based on their objectives and strategy.