Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

ANALISIS EKSPLORASI KONSEP PENDIDIKAN KONSTRUKTIVIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK Amanda Elsa Syafila; Dya Qurotul A'yun
Jurnal Media Akademik (JMA) Vol. 2 No. 12 (2024): JURNAL MEDIA AKADEMIK Edisi Desember
Publisher : PT. Media Akademik Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62281/8c2r1516

Abstract

Penelitian ini menganalisis konsep Pendidikan konstruktivis dalam pembelajaran berbasis pyoyek. Penerapan pembelajaran berbasis proyek sering kali menghadapi tantangan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, seperti keterbatasan sumber daya, waktu, serta pemahaman dan pengalaman guru, yang dapat menghambat pengembangan keterampilan siswa dalam menyelesaikan permasalahan, kolaborasi, dan organisasi. Penelitian ini bertujuan mengkaji sejauh mana konsep pendidikan konstruktivis dapat diterapkan dalam proyek pembelajaran untuk mengoptimalkan kualitas proses belajar-mengajar serta hasil belajar peserta didik melalui pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi literatur untuk menggali berbagai teori, konsep, dan temuan penelitian yang relevan dengan topik yang dipilih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi prinsip konstruktivis dalam pembelajaran berbasis proyek efektif dalam meningkatkan keterlibatan siswa, kemampuan berpikir kritis, keterampilan kolaboratif, dan pengorganisasian, sekaligus membantu siswa memecahkan masalah secara mandiri serta mengaplikasikan pengetahuan dalam konteks nyata, yang secara keseluruhan dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi guru dalam merancang sistem pembelajaran yang lebih inovatif dan relevan. Implikasi praktis penelitian ini meliputi integrasi teori konstruktivis dalam pelatihan guru, yang membantu mereka memahami serta menerapkan pendekatan yang mendukung pembelajaran aktif dan partisipatif. Selain itu, perlu adanya penyediaan sumber daya yang memadai, seperti teknologi, materi pembelajaran, dan dukungan teknis, untuk mendukung pembelajaran berbasis proyek. Pengembangan kerangka evaluasi yang tepat sangat penting untuk mengukur efektivitas pembelajaran berbasis proyek. Hal ini memastikan bahwa siswa tidak hanya aktif terlibat dalam pembelajaran, tetapi juga dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memperoleh hasil belajar yang relevan dan bermakna.
PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KI HAJAR DEWANTARA : ANTARA KEBEBASAN, KEMANDIRIAN, KEBUDAYAAN Siti Maisaroh; Dya Qurotul A'yun
Jurnal Media Akademik (JMA) Vol. 2 No. 12 (2024): JURNAL MEDIA AKADEMIK Edisi Desember
Publisher : PT. Media Akademik Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62281/m0ep3k72

Abstract

Ki Hajar Dewantara, sebagai tokoh pendidikan nasional Indonesia, berpendapat bahwa pendidikan harus mampu membebaskan individu dari keterbatasan pemahaman dan ketergantungan. Ia menekankan bahwa kemandirian dalam proses belajar merupakan hal penting untuk mengembangkan potensi diri dan karakter siswa. Menurut Dewantara, pendidikan seharusnya memberikan kebebasan bagi setiap individu untuk tumbuh dan berkembang tanpa terkekang oleh norma atau tradisi yang membatasi. Artikel ini juga menyoroti bagaimana pendidikan harus berlandaskan pada kebudayaan lokal, untuk memperkuat identitas bangsa dan membangun rasa cinta tanah air. Dengan pendekatan yang menyeluruh ini, diharapkan pendidikan dapat menghasilkan generasi yang tidak hanya cakap dalam bidang akademik, tetapi juga memiliki moral yang kuat serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan menekankan pentingnya kebebasan, kemandirian, dan kebudayaan dalam proses pembelajaran, yang dapat membentuk karakter siswa secara utuh, menghasilkan individu yang tidak hanya pandai dalam aspek akademik, tetapi juga memiliki sikap positif, rasa tanggung jawab, dan kepedulian terhadap kehidupan sosial serta budaya di sekitarnya.
PERAN FILSAFAT DALAM MENGEMBANGKAN POLA PIKIR KRITIS SISWA DI ERA AI Nadhifah Mochtar; Dya Qurotul A'yun
Jurnal Media Akademik (JMA) Vol. 2 No. 12 (2024): JURNAL MEDIA AKADEMIK Edisi Desember
Publisher : PT. Media Akademik Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62281/xaydvn55

Abstract

Kemajuan teknologi, terutama dalam bidang kecerdasan buatan, telah membawa dampak besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam pendidikan. Menurut Hanila dan Alghaffaru, kecerdasan buatan adalah cabang ilmu komputer yang bertujuan untuk mengembangkan sistem yang cerdas dan dapat berpikir layaknya manusia. Salah satu contoh penerapannya adalah Chat GPT, yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan teks yang hampir serupa dengan tulisan manusia. Meskipun memberikan kemudahan, penggunaan AI yang tidak terkontrol bisa mengurangi kemampuan berpikir kritis dan kreativitas siswa akibat ketergantungan berlebihan terhadap teknologi. Dalam hal ini, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki peran filsafat pendidikan dalam mengembangkan pola pikir kritis siswa di zaman ketika AI mendominasi. Pendidikan sedang menghadapi tantangan besar untuk menggabungkan teknologi modern dengan pengembangan karakter dan kemampuan berpikir kritis. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan teknologi secara berlebihan dapat berdampak negatif terhadap konsentrasi, kreativitas, dan kemampuan analitis siswa. Filsafat pendidikan sangat penting karena memberikan dasar nilai, moral, dan etika yang dapat menjawab tuntutan zaman modern. Dalam penelitian ini, metode kualitatif dengan pendekatan tinjauan pustaka digunakan untuk menganalisis penerapan filsafat dalam pendidikan untuk mengatasi tantangan tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa filsafat, melalui pembelajaran logika, retorika, dan pendekatan reflektif, dapat membantu siswa dalam menilai argumen, mengidentifikasi kesalahan logika, serta memahami berbagai sudut pandang. Selain itu, peran guru sebagai fasilitator sangat penting dalam menciptakan suasana belajar yang mendukung eksplorasi, diskusi, dan refleksi yang mendalam. Sebagai kesimpulan, filsafat pendidikan memberikan jawaban strategis untuk mempersiapkan generasi dengan keterampilan berpikir kritis, karakter yang kuat, dan pemahaman moral yang solid. Penerapan filsafat dalam kurikulum serta pemanfaatan teknologi secara bijak merupakan langkah krusial untuk menghadapi kompleksitas di masa yang akan datang.
PERAN SEKOLAH DALAM MENGHIDUPKAN NILAI-NILAI DEMOKRASI PENDIDIKAN Lathifatuz Zakiyah; Dya Qurotul A'yun
Jurnal Media Akademik (JMA) Vol. 2 No. 12 (2024): JURNAL MEDIA AKADEMIK Edisi Desember
Publisher : PT. Media Akademik Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62281/qedr7006

Abstract

Pendidikan demokrasi merupakan elemen fundamental dalam membentuk generasi bangsa yang kritis, aktif, dan bertanggung jawab. Penelitian ini mengeksplorasi peran sekolah dalam menghidupkan nilai-nilai demokrasi melalui pendekatan kualitatif berbasis studi pustaka. Sekolah memiliki posisi strategis sebagai tempat pengajaran nilai-nilai demokrasi, seperti toleransi, kebebasan berpendapat, dan musyawarah. Hal ini dilakukan melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), aktivitas ekstrakurikuler, serta penciptaan budaya sekolah yang inklusif. Namun, implementasi nilai-nilai demokrasi menghadapi berbagai tantangan, seperti rendahnya pemahaman siswa tentang demokrasi, pendidikan politik yang minim, dan pengaruh lingkungan keluarga serta masyarakat yang kurang mendukung. Masalah lain yang dihadapi adalah diskriminasi, perundungan, dan kurangnya penghargaan terhadap pendapat orang lain, yang sering kali menghambat pengembangan sikap demokratis pada siswa. Guru, kepala sekolah, dan staf memiliki peran penting dalam memberikan teladan, menciptakan lingkungan yang mendukung diskusi, serta melibatkan siswa dalam proses pengambilan keputusan bersama. Metode pembelajaran yang interaktif, seperti simulasi pemilu, diskusi kelompok, dan musyawarah, direkomendasikan untuk meningkatkan pemahaman siswa akan hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara. Selain itu, kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung penerapan nilai-nilai demokrasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan demokrasi yang terintegrasi dengan baik mampu meminimalisir diskriminasi, perundungan, serta konflik di sekolah, sekaligus mencetak siswa yang memiliki pemahaman mendalam tentang hak dan kewajibannya. Implementasi nilai-nilai demokrasi secara konsisten di sekolah dapat membentuk karakter siswa yang menghargai perbedaan, berpikir kritis, dan aktif berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan pendekatan sistematis dan dukungan semua pihak, sekolah dapat menjadi wadah efektif dalam membangun generasi yang sadar akan pentingnya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari.
ANALISIS FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA SEBAGAI LANDASAN DI SEKOLAH DASAR UNTUK MENCAPAI TERCIPTANYA JOYFULL LEARNING Ningrum Novita Rahayu; Dya Qurotul A'yun
Jurnal Media Akademik (JMA) Vol. 2 No. 12 (2024): JURNAL MEDIA AKADEMIK Edisi Desember
Publisher : PT. Media Akademik Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62281/cxmbq036

Abstract

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Salah satu pendekatan yang dapat mendukung hal tersebut adalah dengan menekankan keseimbangan antara perkembangan jasmani dan rohani, seperti yang diungkapkan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam filsafat pendidikannya. Prinsip-prinsip yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara, seperti Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani, menunjukkan pentingnya peran pendidik dalam mendampingi dan memberikan arahan kepada peserta didik, baik dalam aspek akademik maupun non-akademik. Filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara, yang menempatkan siswa sebagai pusat dari prosesĀ  pendidikan, sangat relevan dengan konsep Joyful Learning. Konsep ini mengedepankan pengalaman belajar yang menyenankan dan tidak menekan, yang bertujuan untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa untuk berkembang dengan optimal. Dalam hal ini, pentingnya keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar akan sangat meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran serta memperkaya keterampilan sosial dan emosional mereka. Tri Pusat Pendidikan yang melibatkan keluarga, sekolah, dan masyarakat menjadi landasan yang kuat dalam penerapan Joyful Learning. Ketiga elemen ini harus saling mendukung dan bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan karakter dan kesejahteraan siswa secara menyeluruh. Selain itu, Tut Wuri Handayani, yang memberikan dukungan dari belakang agar siswa dapat bergerak maju dengan keyakinan diri, sangat penting untuk menumbuhkan rasa percaya diri siswa dalam menghadapi tantangan akademik dan sosial. Dengan pendekatan kualitatif melalui studi literatur, penelitian ini menggali lebih dalam tentang penerapan prinsip-prinsip Ki Hadjar Dewantara dalam Joyful Learning di sekolah dasar. Penelitian ini menemukan bahwa penerapan prinsip-prinsip tersebut mampu menciptakan ruang belajar yang mendukung siswa untuk berkembang secara holistik, baik dalam aspek akademik maupun karakter. Selain itu, pembelajaran yang menyenangkan akan meningkatkan motivasi belajar siswa, memperbaiki hasil belajar, dan membantu siswa membentuk karakter yang kuat serta siap menghadapi tantangan masa depan.
MENGHIDUPKAN NILAI-NILAI KI HAJAR DEWANTARA DALAM PEMBELAJARAN DEEP LEARNING Istihana Hoiris Zuhro; Dya Qurotul A'yun
Jurnal Media Akademik (JMA) Vol. 2 No. 12 (2024): JURNAL MEDIA AKADEMIK Edisi Desember
Publisher : PT. Media Akademik Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62281/qger7w37

Abstract

Pendidikan memiliki peran yang sangat vital dalam pengembangan sumber daya manusia dan dengan hadirnya era digital ini perkembangan teknologi, khususnya deep learning, membuka banyak peluang baru untuk merombak cara kita mengakses dan mengaplikasikan pembelajaran. Dalam hal ini, pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pionir pendidikan Indonesia memberikan dasar yang relevan dalam menciptakan sistem pendidikan yang lebih humanis dan terhubung dengan kemajuan teknologi. Ki Hajar Dewantara menekankan tiga nilai inti dalam pendidikan yang tetap menjadi pedoman hingga saat ini, yakni Ing Ngarso Sung Tuladha (menjadi teladan di depan), Ing Madyo Mangun Karso (memberikan semangat di tengah), dan Tut Wuri Handayani (memberikan dorongan dari belakang). Nilai-nilai ini menggaris bawahi peran penting pendidik dalam memberikan bimbingan, motivasi, serta contoh yang baik bagi siswa. Di era pendidikan abad ini penerapan deep learning sangat membantu dalam mewujudkan filosofi ini dengan lebih efisien. Teknologi ini memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih personal dan teradaptasi dengan kebutuhan setiap individu. Dengan demikian, teknologi ini mendukung nilai Ing Ngarso Sung Tuladha, karena pendidik dapat menjadi contoh dalam menggunakan teknologi untuk pendekatan pembelajaran yang lebih individual. Ing Madyo Mangun Karso, yang memungkinkan siswa berkembang secara aktif melalui sistem pembelajaran yang lebih dinamis dan responsif. Lebih jauh lagi, deep learning juga mendukung prinsip Tut Wuri Handayani, di mana teknologi dapat berfungsi sebagai pendorong bagi siswa untuk terus maju, memberikan mereka peluang untuk belajar secara mandiri dengan bantuan sistem yang memotivasi dan memberikan umpan balik otomatis. Dengan menggabungkan nilai-nilai pendidikan Ki Hajar Dewantara dengan potensi teknologi deep learning, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif, adaptif, dan responsif terhadap kebutuhan tiap individu, sehingga menjadikannya lebih efektif dan berkelanjutan.
Konsep Deep Learning dalam Perspektif Filsafat Ki Hadjar Dewantara Putri, Marsha Amelia; Dya Qurotul A'yun
JPUS: Jurnal Pendidikan Untuk Semua Vol 9 No 2 (2025): Jurnal Pendidikan Untuk Semua, Oktober 2025
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jpus.v9n2.p23-27

Abstract

This research aims to explore the integration of the concept of deep learning in the perspective of Ki Hadjar Dewantara's educational philosophy. The method used is descriptive qualitative through literature study. This research found that the concept of deep learning, which focuses on deep understanding, critical reflection, and practical application, has alignment with Ki Hadjar Dewantara's educational principles, such as freedom of learning, personalization of education, and character building. This integration not only improves students' intellectual abilities but also forms a personality with character and competence. In addition, the use of technology in deep learning opens up opportunities for personalization of learning and the application of local values that are relevant in the era of globalization.