This research aims to analyze the representation of local culture in the Legend of Lake Toba as presented through blog media in the digital era. The background of this study is rooted in concerns about the potential reduction of cultural values in the process of digitizing folktales, as well as the importance of preserving local cultural identity amid globalization and the advancement of information technology. The research employs a descriptive-analytical qualitative approach, with primary data consisting of two versions of the Legend of Lake Toba: the original text version and the digital version from the blog "Cerita Nusantara". The findings reveal that while some cultural elements such as the agrarian setting, family structure, spiritual values, and geographical symbolism are preserved, significant changes occur in narrative delivery, the reduction of local vocabulary, and the addition of visual and narrative elements. These changes impact cultural interpretation and may lead to the loss of depth in local cultural values. However, digitization also presents opportunities for broader cultural preservation and dissemination, particularly among younger generations. The digital transformation of folk literature like the Legend of Lake Toba is a complex process that requires caution to ensure cultural values are not diminished by the demands of modern media. Therefore, culturally sensitive adaptation strategies are necessary to ensure that digital media serves as a means of preservation rather than a distortion of local culture. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis representasi budaya lokal dalam Legenda Danau Toba yang disajikan melalui media blog di era digital. Latar belakang penelitian ini dilandasi oleh kekhawatiran terhadap kemungkinan terjadinya reduksi nilai-nilai budaya dalam proses digitalisasi cerita rakyat, serta pentingnya menjaga identitas budaya lokal di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi informasi. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif-analitis, dengan data utama berupa dua versi cerita Legenda Danau Toba: versi teks asli dan versi digital dari blog “Cerita Nusantara”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun beberapa unsur budaya seperti latar agraris, struktur keluarga, nilai spiritual, dan simbolisme geografis tetap dipertahankan, terdapat perubahan signifikan dalam bentuk penyampaian narasi, pengurangan kosakata lokal, serta penambahan elemen visual dan naratif. Perubahan ini berdampak pada pemaknaan budaya dan dapat menyebabkan hilangnya kedalaman nilai-nilai budaya lokal. Namun, digitalisasi juga membuka peluang bagi pelestarian dan penyebaran budaya kepada generasi muda secara lebih luas. Transformasi digital terhadap sastra rakyat seperti Legenda Danau Toba merupakan proses yang kompleks, yang memerlukan kehati-hatian agar nilai-nilai budaya tidak tereduksi oleh tuntutan media modern. Oleh karena itu, diperlukan strategi adaptasi yang sensitif terhadap konteks budaya untuk memastikan bahwa media digital berfungsi sebagai wahana pelestarian, bukan pengaburan, budaya lokal.