Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENERAPAN BAITUL ARQAM UNTUK PENGUATAN NILAI BAGI DOSEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM Ilham Ilham; Palahuddin Palahuddin; Rudi Arrahman; Mardiyah Hayati
JCES (Journal of Character Education Society) Vol 3, No 1 (2020): Januari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.127 KB) | DOI: 10.31764/jces.v3i1.1520

Abstract

Abstrak: Baitul Arqam Dosen merupakan kegiatan kaderisasi pokok yang diselenggarakan untuk menyatukan visi serta membangun pemahaman nilai ideologis, sistem, dam aksi gerakan bagi dosen di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Kegiatan Baitul Arqam dosen Universitas Muhammadiyah Mataram ini dalam rangka penanaman pemahaman tentang ideologi Muhammadiyah, memperteguh identitas diri sebagai warga persyarikatan Muhammadiyah, peningkatan komitmen dan integritas dalam mengembangkan amal usaha dan persyarikatan Muhammadiyah, dan membentuk staf pengajar perguruan tinggi Muhammadiyah yang unggul dan Islami. Peserta Baitul Arqam adalah dosen kontrak Universitas Muhammadiyah Mataram yang berjumlah 32 orang. Metode yang digunakan pada kegiatan pengabdian ini adalah ceramah bevariasi, demonstrasi, simulasi, dan diskusi. Penilaian keadaan peserta menggunakan model Konteks, Input, Proses dan Produk (CIPP) pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berdasarkan hasil analisis, rata-rata nilai peserta pada aspek kognitif 75.7, afektif 76.5 dan psikomotorik 74.13. Dengan demikian, tingkat pemahaman dosen kontrak Universitas Muhammadiyah Mataram tentang nilai Al Islam dan Kemuhammadiyah berada pada level baik. Artinya, penerapan Baitul Arqam memiliki pengaruh terhadap peningkatan pemahaman nilai Al Islam dan Kemuhammadiyah bagi dosen Universitas Muhammadiyah Mataram.Abstract: Baitul Arqam for lecturers is the principal regeneration training held to unify the vision and build understanding of ideological values, systems, and real movement for lecturers within the Muhammadiyah Universities. The Baitul Arqam training for lecturers of the Muhammadiyah University of Mataram is to build an understanding ideology of Muhammadiyah, strengthening self-identity as a Muhammadiyah community, increasing commitment and integrity in developing Muhammadiyah's charities and organizations, and to build an excellent and Islamic teaching staff of Muhammadiyah University of Mataram. Participants of Baitul Arqam are 32 lecturers. The methods used in this training are varied lectures, demonstrations, simulations, and discussions. For assessment the participants was using the Context, Input, Process and Product (CIPP) model based on cognitive, affective, and psychomotor aspects. Based on the analysis results, the average score of participants in the cognitive aspect was 75.7, affective 76.5 and psychomotor 74.13. Thus, the level of understanding of contract lecturers at Muhammadiyah University of Mataram was good. So, the applied of Baitul Arqam has effect in increasing the participants’ understanding towards Al Islam and Kemuhammadiyahan values for the lectures of Muhammadiyah University of Mataram.
FOSTERING TRAUMA HEALING THERAPY WITH A LITERARY APPROACH TO STUDENTS AFFECTED BY THE LOMBOK EARTHQUAKE Ilham Ilham; Habiburrahman Habiburrahman; Rudi Arrahman; Akhmad H. Mus; Supratman Supratman
JCES (Journal of Character Education Society) Vol 4, No 3 (2021): Juli
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jces.v4i3.5670

Abstract

Abstrak: Bencana alam berupa gempa bumi yang menimpa masyarakat Lombok NTB pada tanggal 29 Juli 2018 dengan kekuatan 6,8 SR kemudian disusul dengan gempa bumi pada tanggal 5 Agustus 2018 dengan kekuatan 7,0 SR. Desa Pohgading merupakan salah satu bagian dari daerah kabupaten Lombok Timur berdekatan dengan desa Batuyang Kecamatan Pringgabaya yang termasuk salah satu desa yang terdampak bencana alam berupa gempa bumi. Hal ini dibuktikan dengan adanya kegiatan psikososial support di Posko SMA Muhammadiyah Pohgading Kecamatan Pringgabaya pada tanggal 18 Oktober 2018 yang dilakukan oleh Tim Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Lombok Timur. Pada kegiatan tersebut, Tim memberikan berbagai macam permainan edukasi serta ada kegiatan membaca buku-buku cerita anak sekaligus pembagian hadiah bagi seluruh anak yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Rasa senang dan gembira terpancar dari raut wajah para adik-adik hari itu. Dalam hal ini tim pengabdian UMMAT kembali melakukan pemulihan trauma healing lewat cara-cara yang familiar di mata masyarakat dengan pendekatan sastra. Pendekatan sastra yang diberikan untuk mengungkapkan gejolak jiwa mereka dan mewakili ungkapan hati mereka lewat puisi yang diungkapkan sehingga titik jenuh dari trauma tersebut menjadi hilang. Hal ini sesuai dengan manfaat sastra dalam kehidupan yaitu memperkaya rohani penikmatnya.Abstract: Natural disasters in the form of an earthquake that struck the people of Lombok NTB on July 29, 2018 with a magnitude of 6.8 SR and then followed by an earthquake on August 5, 2018 with a magnitude of 7.0 SR. Pohgading Village is one part of the East Lombok regency area adjacent to Batuyang Village, Pringgabaya District, which is one of the villages affected by natural disasters in the form of earthquakes. This is evidenced by the existence of psychosocial support activities at the Muhammadiyah Pohgading High School Pringgabaya Subdistrict on October 18, 2018 conducted by the East Lombok Regency Library and Archives Service Team. In this activity, the Team provided various educational games and there were activities to read children's story books as well as the distribution of prizes to all children participating in the activity. Joy and joy emanated from the faces of the younger siblings that day. In this case, the UMMAT service team returned to trauma recovery through ways that were familiar to the public with a literary approach. Literary approach to express the turmoil of their souls and represent their heart's expressions through poetry that is expressed so that the saturation point of the trauma disappears. This is in accordance with the benefits of literature in life that is to enrich the spiritual audience.
WUJUD DAN FUNGSI TINDAK TUTUR DIREKTIF DI KALANGAN JAMAAH TABLIG DALAM BERDAKWAH habiburrahman Habiburrahman; Rudi Arrahman; Siti Lamusiah
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 6, No 1: Januari 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v6i1.3870

Abstract

Abstrak: Teori tindak tutur dikembangkan dari keyakinan dasar bahwa bahasa digunakan untuk melakukan tindakan. Jadi, faham fundamentalnya berfokus pada bagaimana makna dan tindakan dihubungkan dengan bahasa. Jika kegiatan bertutur dianggap sebagai tindakan, berarti setiap kegiatan bertutur atau menggunakan tuturan terjadi tindak tutur. Hakikat tindak tutur itu adalah tindakan yang dinyatakan dengan makna atau fungsi (maksud dan tujuan) yang melekat pada tuturan. Tindak tutur merupakan unit terkecil aktivitas bertutur (percakapan atau wacana) yang terjadi dalam interaksi sosial. Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mendeskripsikan dan menjelaskan fungsi tindak tutur direktif di kalangan jamaah tablig dalam berdakwah; 2) untuk mendeskripsikan dan menjelaskan strategi kesantunan tindak tutur direktif di kalangan jamaah tablig dalam berdakwah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat dideskripsikan fungsi tindak tutur direktif di kalangan Jamaah Tablig dalam berdakwah menjadi 9, yaitu: (1) fungsi tindak tutur direktif untuk menyatakan ajakan, (2) suruhan, (3) peringatan, (4) seruan, (5) imbauan, (6) persilaan, (7) anjuran, (8) harapan, dan (9) larangan.Abstract: Speech act theory is developed from the basic belief that language is used to perform actions. So, its fundamentalism focuses on how meaning and action are related to language. If the speaking activity is considered an action, it means that every speaking activity or using speech occurs a speech act. The essence of said speech act is an action which is expressed by the meaning or function (purpose and objective) attached to the speech. Speech act is the smallest unit of speech activity (conversation or discourse) that occurs in social interactions. The objectives of this study were: 1) to describe and explain the function of directive speech acts among the tablig congregation in preaching; 2) to describe and explain the strategy of directive speech act politeness among the tablig congregation in preaching. In this study, researchers used qualitative research methods. Based on the research results, it can be described that the function of directive speech acts among Jamaah Tablig in preaching into 9, namely: (1) the function of directive speech acts to express invitations, (2) orders, (3) warnings, (4) calls, (5) appeals , (6) morality, (7) suggestions, (8) hopes, and (9) prohibitions.
Konflik Sosial Penanganan Covid-19 dalam Kajian Kesantunan Habiburrahman Habiburrahman; Akhmad H. Mus; Rudi Arrahman; Siti Lamusiah; Supratman Supratman
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 6, No 2: Juli 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v6i2.5473

Abstract

Pada hakikatnya, realisasi prinsip kesantunan digunakan untuk menunjukkan citra baik aparatur desa sebagai orang yang santun di tengah masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, aparatur desa mengendalikan percakapan dengan cara mengatur pola tutur, memberikan, mengambil giliran tutur, mengatasi penyimpangan, dan mengatasi kesalahpahaman.  Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunanaan kesantuanan tindak tutur penyelesaian konflik sosial penanganan covid-19. Penelitian kesantunan ini merupakan salah satu penelitian dalam kajian sosiopragmatik. Sesuai dengan pandangan tersebut, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut: (1) persiapan pengumpulan data, (2) teknik observasi, dan (3) teknik wawancara. Analisis. Hasil peneltian menunjukkan bahwa aparatur desa bajur merealisasikan enam maksim kesantunan untuk menyelesaikan masalah konflik sosial penanganan covid-19. Keenam maksim tersebut yaitu, yakni maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan atau kecocokan, dan maksim kesimpatian. Keenam maksim tersebut sangat erat kaitannya dengan jiwa besar seorang pemimpin yang patut diteladani dan dihormati dalam bertutur sehingga permasalahan dalam masyarakat dapat terselesaikan dengan baik dan pemimpin tersebut dikategorikan sebagai seorang yang santun. Selain itu, keenam maksim tersebut cocok untuk diterapkan di tengah masyarakat pedesaan dalam menciptakan keharmonisasian antar warga masyarakat dan tokoh masyarakat.   In essence, the realization of the principle of politeness is used to show a good image of the village apparatus as a polite person in the community. To achieve this goal, village officials control the conversation by regulating speech patterns, giving, taking turns, overcoming deviations, and overcoming misunderstandings. The purpose of this study is to describe the use of politeness speech acts to resolve social conflicts in the handling of COVID-19. This politeness research is one of the studies in sociopragmatic studies. In accordance with this view, this research is classified as a qualitative descriptive study. The data collection in this study relates to the following matters: (1) preparation of data collection, (2) observation techniques, and (3) interview techniques. Analysis. The results of the study show that the Bajur village apparatus realizes the six maxims of politeness to solve the problem of social conflict in handling COVID-19. The six maxims are the maxim of wisdom, the maxim of generosity, the maxim of appreciation, the maxim of simplicity, the maxim of agreement or compatibility, and the maxim of sympathy. The six maxims are closely related to the great spirit of a leader who should be imitated and respected in speaking so that problems in society can be resolved properly and the leader is categorized as a polite person. In addition, the six maxims are suitable to be applied in rural communities in creating harmony between community members and community leaders.
Penguatan Pendidikan Karakter Siswa dalam Kesantunan Berbahasa Rudi Arrahman; habiburrahman Habiburrahman; Arsyad Abd Gani; Siti Lamusiah; Halus Mandala
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 7, No 1: Januari 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v7i1.7453

Abstract

Abstrak: Pada hakikatnya, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetis), olah pikir (literasi),dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Realisasi prinsip kesantunan digunakan untuk membangun budaya santun yang berbasis kelas, budaya sekolah, dan budaya masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, penguatan pendidikan karakter dapat dicapai dengan  cara mengatur pola tutur, memberikan, mengambil giliran tutur, mengatasi penyimpangan, dan mengatasi kesalahpahaman.  Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunanaan kesantuanan tindak tutur dalam penguatan pendidikan karakter siswa. Penelitian kesantunan ini merupakan salah satu penelitian dalam kajian pragmatik. Sesuai dengan pandangan tersebut, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut: (1) persiapan pengumpulan data, (2) teknik observasi, dan (3) teknik wawancara. Hasil peneltian menunjukkan bahwa penguatan pendidikan karakter pada siswa dapat dilakukan dengan menanamkan enam maksim kesantunan. Keenam maksim tersebut yaitu, yakni maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan atau kecocokan, dan maksim kesimpatian. Keenam maksim tersebut dapat direalisasikan di dalam kelas, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, kreatif, mandiri dan percaya diri siswa sesungguhnya dapat tertanam dengan kuat dari keenam maksim tersebut. Abstract: In essence, Strengthening Character Education (PPK) is an educational movement in schools to strengthen the character of students through harmonization of heart (ethics), taste (aesthetics), thought (literacy),and sports (kinesthetic) with the support of public involvement and collaboration between schools, families, and communities. The realization of politeness principles is used to build a polite culture based on class, school culture, and community culture. To achieve this goal, strengthening character education can be achieved by regulating speech patterns, giving, taking speech turns, overcoming deviations, and overcoming misunderstandings. The purpose of this study is to describe the use of politeness of speech acts in strengthening student character education. This politeness research is one of the studies in pragmatic studies. In accordance with this view, this research is classified as a qualitative descriptive study. The data collection in this study relates to the following matters: (1) preparation of data collection, (2) observation techniques, and (3) interview techniques. The results of the research show that strengthening character education in students can be done by instilling the six maxims of politeness. The six maxims are the maxim of wisdom, the maxim of generosity, the maxim of appreciation, the maxim of simplicity, the maxim of agreement or compatibility, and the maxim of sympathy. The six maxims can be realized in the classroom, school environment, and community environment. Discipline, honesty, responsibility, creativity, independence and self-confidence of students can actually be strongly embedded in the six maxims.
Estetika Ragam Hias Batik Sasambo di Sentral Kerajinan SMKN 5 Pagesangan Mataram Siti Lamusiah; Rudi Arrahman; Akhmad Akhmad
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 5, No 1: Januari 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.979 KB) | DOI: 10.31764/telaah.v5i1.1677

Abstract

Abstrak: Batik SaSaMbo tidak hanya menjadi ciri khas dari Bima, tetapi juga merupakan ciri khas Lombok, Sumbawa. Batik SaSaMbo yang ada di Bima memiliki motif yang berbeda dari motif batik yang dimiliki oleh Lombok dan Sumbawa terutama ragam hiasnya yang lebih banyak variasinya. Motif batik pada zaman dahulu di Bima hanya menggunakan motif ba  wang, kupu-kupu, kepiting, dan cabe, tetap seiring dengan perkembangan zaman corak dan ragam hiasnya makin beragam, seperti motif umalengge (rumah adat), motif renda (nama kampung), kabateto’i (sarambi kecil), madasahe, (mata kerbau), kakando (tunas bambu), dan lain-lain. Berdasarkan  latar belakang di atas, adapun rumusan masalahnya adalah ”Bagaimanakah estetika ragam hias batik SaSaMbo  di sentral kerajinan SMK 5 Mataram? Hasil penelitian ini diharapkan dapa tmemberikan konstribusi terhadap pengembangan model batik SaSaMbo dengan berbagai macam ragam hias yang sesuai dengan ciri khas daerah NTB, dapat memberikan konstribusi terhadap pengetahuan tentang keindahan ragam hias batik SaSaMbo yang bermanfaat bagi masyarakat NTB, serta dapat memberikan masukan terhadap pengrajin yang ada di SMK 5 Mataram mengenai keterampilan/kerajinan batik SaSaMbo yang menjadi ciri khas masyarakat NTB (Sasak, Sumbawa, Mbojo). Pendekatan penelitian yang di gunakan adalah pendekatan kualitatif. Jenis penelitian dengan menggunakan penelitian etnografi. Instrument penelitian dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumen Abstract: SaSaMbo Batik is not only a hallmark of Bima, but also a characteristic of Lombok, Sumbawa. SaSaMbo batik in Bima has a different motif from the batik motifs owned by Lombok and Sumbawa, especially the more varied variations of the decoration. Batik motifs in Bima are more likely to use motifs that are closely related to local culture. Batik motifs in ancient times in Bima only used ba wang motifs, butterflies, crabs, and chillies, still in line with the development of the era and the variety of decoration more diverse, such as umalengge motifs (traditional houses), lace motifs (village names), kabateto 'i (small sarambi), madasahe, (buffalo eyes), kakando (bamboo shoots), etc. Based on the background above, the problem formulation is "What is the aesthetic variety of SaSaMbo batik in the handicraft center of SMK 5 Mataram? The results of this study are expected to contribute to the development of the SaSaMbo batik model with a variety of decorations that are in line with the characteristics of the NTB region, can contribute to knowledge about the beauty of the SaSaMbo batik variety that is beneficial to the NTB community, and can provide input to existing craftsmen at SMK 5 Mataram regarding the skills / crafts of SaSaMbo batik which are characteristic of the people of NTB (Sasak, Sumbawa, Mbojo). The research approach used is a qualitative approach. This type of research using ethnographic research. The research instrument was carried out by observation, in-depth interviews, and document studies
Pelayanan Integratif Dengan Model Readycation Terhadap Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Di Yayasan LombokCare Senggigi Rudi Arrahman; Riadi Riadi; Arsyad Abd Gani; Habiburrahman Habiburrahman; Supratman Supratman
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 7, No 2: Juli 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v7i2.10816

Abstract

Abstrak: Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki perbedaan dengan anak normal pada umumnya. Sehingga, dalam penanganannya dibutuhkan perhatian dua kali lebih serius dan kompetensi khusus dibanding menangani anak normal. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) membutuhkan pelayanan optimal dan pendampingan intensif untuk mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki .tujuan penelitian, adalah pertama mengetahui pelayanan integratif dengan model readycation tehadap penanganan anak berkebutuhan khusus (ABK) di Yayasan Lombok Care Senggigi. Kedua, mengetahui kendala dalam pelayanan integratif dengan model readycation terhadap penanganan anak berkebutuhan khusus (ABK) di Yayasan Lombok Care Senggigi. metode penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. hasil penelitian pelayanan integratif dengan model readycation tehadap penanganan anak berkebutuhan khusus (ABK) di Yayasan Lombok Care Senggigi (a). Peserta   didik, SLB Pelangi Lombok Care sebagai penyelenggara pendidikan berkebutuhan khusus di bawah Yayasan Lombok Care Senggigi memberikan pelayanan berupa   identifikasi   dan assesmen.. (b). Sarana dan prasarana di SLB Pelangi Lombok Care sudah sangat memadai untuk sarana dan prasarana untuk anak berkebutuhan khusus sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan ABK. (c) Pendidik di SLB Lombok Care yang berada di bawah Yayasan Lombok Care Senggigi sudah sesuai dengan tugas yang seharusnya dilaksanakan. (d). Pengembangan life skills, sudah mengembangkan bakat dan minat peserta didik pada bidang Dran Band, pramuka, tari, gambar, dan lukis. (e). Kegiatan ekstrakurikuler, sudah melaksanakan beberapa kegiatan untuk mengembangkan kemampuan dan bakat yang dimiliki peserta didik.
Kajian Tindak Tutur Terhadap Konflik Sosial dalam Proses Hibah, Waris, Wakaf, Dan Wasiat Habiburrahman Habiburrahman; Siti Lamusiah; Rudi Arrahman; Arsyad Abd Gani; Supratman Supratman
Jurnal Ilmiah Telaah Vol 8, No 2: July 2023
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/telaah.v8i2.17197

Abstract

  Abstrak: Penggunaan bentuk, fungsi dan strategi tindak tutur telah diungkap oleh peneliti dalam kasus mendalam tentang pelaksanaan penggunaan tutur dalam proses penanganan konflik di masyarakat dalam proses hibah, warisan, wakaf dan wasiat. Dengan demikian, tujuan penelitian ini telah tercapai, yaitu untuk mendeskripsikan penggunaan bentuk, fungsi, dan strategi tindak tutur dalam proses hibah, warisan, wakaf dan wasiat. Penelitian ini merupakan penelitian pragmatis dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. 1) Penggunaan ucapan dalam proses hibah dapat dalam mode deklaratif dan interogatif dengan fungsi memberi dan pertanyaan yang diucapkan dengan strategi langsung. 2) Penggunaan ucapan dalam proses pewarisan dapat dalam mode deklaratif, interogatif, dan imperatif dengan fungsi memberitahu, bertanya, memesan, dan menuntut yang diucapkan dengan strategi langsung dan tidak langsung. 3) Penggunaan tutur kata dalam proses wakaf dapat dilakukan secara deklaratif dan interogatif dengan maksud memberi dan mengajukan pertanyaan yang diucapkan dengan strategi langsung. Dan 4) Penggunaan bentuk, fungsi, dan strategi dalam proses wasiat di desa Bajur tidak ditemukan penggunaannya karena tidak didukung oleh data yang lengkap, mengingat konteks pidato tidak didukung oleh adanya acara wasiat di masyarakat desa Bajur. Dari keempat hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan bentuk, fungsi dan strategi tindak tutur penting diperhatikan untuk mendapatkan kejelasan makna setiap ujaran dalam proses hibah, warisan, wakaf dan wasiat agar memperoleh pemahaman bersama dan menciptakan kerukunan serta menghindari konflik sosial Abstract: The use of forms, functions and strategies of speech acts has been revealed by researchers in in-depth cases about the implementation of speech use in the process of handling conflicts in the community in the process of grants, inheritances, endowments and wills. Thus, the purpose of this study has been achieved, which is to describe the use of forms, functions, and strategies of speech acts in the process of grants, inheritances, endowments and wills. This research is a pragmatic research with a qualitative descriptive approach. The results showed the following. 1) The use of speech in the grant process can be in both declarative and interrogative modes with the function of giving and questions spoken with a direct strategy. 2) The use of speech in the inheritance process can be in declarative, interrogative, and imperative modes with the functions of telling, asking, ordering and demanding spoken with direct and indirect strategies. 3) The use of speech in the waqf process can be done declaratively and interrogatively with the intention of giving and asking questions spoken with a direct strategy. And 4) The use of forms, functions, and strategies in the testamentary process in Bajur village is not found to be used because it is not supported by complete data, considering that the context of speech is not supported by the existence of a will event in the Bajur village community. From the four research results, it can be concluded that the use of forms, functions and strategies of speech acts is important to pay attention to get clarity on the meaning of each speech in the process of grants, inheritances, endowments and wills in order to gain mutual understanding and create harmony and avoid social conflicts  
Upaya Peningkatan Literasi Sains Siswa Siswi SMPN 2 Narmada Melalui Pelatihan Jurnalistik Sejak Dini Rudi Arrahman; Baiq Ruru Malani; Muhamad Alfin Tarmizi; Taufik Bahari; Nurita Ulfa; Maratin Konita
Faedah : Jurnal Hasil Kegiatan Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol. 1 No. 4 (2023): November: Jurnal Hasil Kegiatan Pengabdian Masyarakat Indonesia
Publisher : FKIP, Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59024/faedah.v1i4.326

Abstract

To This training service tries to solve the challenge of how students can read, watch, and write in a fun, pressure-free way, and are able to express their thoughts in the form of writing and content. The purpose of the Socialization is to provide an understanding to grade IX students about Efforts to Improve Science Literacy of SMPN 2 Narmada Students Through Early Journalism Training. This service activity was carried out at SMPN 2 Narmada, Sesaot Village, Narmada District, West Lombok Regency on Tuesday, September 12, 2023 which was attended by ninth grade students of SMPN 2 NARMADA totaling 90 people as the target of service with planning, implementation and evaluation methods. From the results of this service, students' knowledge before and after the socialization shows a difference, from the beginning the students did not know what Literacy and Journalism were, so it can be concluded that this socialization can be said to be successful because it has achieved its goals
PELATIHAN PEMASARAN DIGITAL UNTUK PEREMPUAN DALAM MENEKAN ANGKA PERNIKAHAN ANAK DI DESA PENGENJEK Rangga Maulana; Baiq Azqiana Satirah; Sucipto Ramdani; Muh Rafly Jusuf Ramdhani; Baiq Harly Widayanti; Rudi Arrahman
Journal of Community Empowerment Vol 1, No 2 (2022): Desember
Publisher : Journal of Community Empowerment

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK                                                                                     Pernikahan anak yang marak terjadi di Desa Pengenjek, Kabupaten Lombok Tengah membutuhkan langkah penyelesaian yang harus disegerakan. Angka pernikahan dini yang terjadi di Desa Pengenjek cukup tinggi dan selama 5 (lima) tahun terakhir tercatat 80 kasus. Selain permasalahan tersebut juga terdapat beberapa masalah lain diantaranya masih terdapat angka putus sekolah sampai tingkat SD, terdapat masyarakat yang buta aksara, kurangnya keterampilan masyarakat terutama kelompok perempuan, sebanyak 825 keluarga memiliki kepala keluarga dengan jenis kelamin perempuan, dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih kurang. Tujuan pengabdian ini adalah memberikan pelatihan bagi masyarakat perempuan terutama dalam kegiatan pemasaran digital guna untuk menekan angka pernikahan anak. Metode yang digunakan adalah dengan memberikan materi mengenai pemasaran digital dan praktik pembuatan akun pemasaran. Hasil dari kegiatan ini adalah kelompok perempuan di Desa Pengenjek mengetahui manfaat dari pemasaran digital dan langkah-langkah dalam pembuatan akun. Selain itu terjadi peningkatan keterampilan peserta dalam praktik pengambilan foto produk yang dipasarkan melalui media sosial. Masing-masing peserta memiliki akun pemasaran e-commerce di akun shopee. Kata kunci: E-commerce; Marketing; Masyarakat; Perempuan; Produk. ABSTRACTChild marriages that are rife in Penajek Village, Central Lombok Regency require immediate settlement steps that must be moved. The number of early marriages that occurred in Pengenjek Village was quite high and over the last 5 (five) years there were 80 cases recorded. In addition to these problems, there are also several other problems including the dropout rate up to elementary school level, there are people who are illiterate, lack of community skills, especially women's groups, as many as 825 families have female heads of household, and the level of community welfare is still lacking. The purpose of this service is to provide training for the female community, especially in digital marketing activities to reduce the number of child marriages. The method used is to provide material on digital marketing and marketing account creation practices. The result of this activity is that the women's group in Pengenjek Village knows the benefits of digital marketing and the steps in creating an account. There was an increase in participants' skills in the practice of taking photos of products marketed through social media. Each participant has an e-commerse marketing account in the shopee account.  Keywords: E-commerce; Marketing; Products; Society; Women.