Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Syntax Transformation

Landasan Antropologis Pedagogik Spiritual Goldy Septa Prawira; Syahidin Syahidin; Elan Sumarna
Jurnal Syntax Transformation Vol 3 No 07 (2022): Jurnal Syntax Transformation
Publisher : CV. Syntax Corporation Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/jst.v3i7.581

Abstract

Bicara pendidikan, tentu tidak luput dari pembicaraan tentang manusia. Manusia sebagai pelaku dalam pendidikan memegang peranan yang urgen dalam menentukan arah sebuah sistem maupun model pendidikan, termasuk pendidikan Islam. Pendidikan dapat dirumuskan sebagai upaya terprogram mengantisipasi perubahan sosial oleh pendidik dan membantu subyek didik dan satuan sosial berkembang ke tingkat yang lebih baik dengan cara/jalan yang juga baik. Antropologi berasal dari bahasa Inggris “anthropology”, berarti “ilmu tentang manusia”. Pada awalnya istilah ini dipergunakan dalam arti yang lain, yaitu “ilmu tentang ciri-ciri tubuh manusia” atau disebut sebagai “ilmu anatomi”). Dalam pendidikan Islam, konsep tentang manusia sering diistilahkan dengan al-insān, al-nās, al-basyār, serta bani adam yang masing-masing memiliki makna yang berbeda-beda satu sama lain. Kesemuanya merupakan istilah-istilah yang diambil dari al-Qur‟an. Kata insan digunakan al-Qur‟an untuk menunjuk kepada manusia dengan segala totalitasnya, jiwa, dan raga. Selain kata al-insan, al-Quran juga menyebut istilah al-nas yang memiliki makna berkaitan dengan interaksi kehidupan manusia yang bersifat kolektif, seperti kepemimpinan, perubahan sosial, dan perubahan alam, al-basyar yang menunjukkan pada gambaran manusia secara materi yang dapat dilihat seperti makan, minum, berjalan, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. sedangkan bani adam yang menunjukkan manusia dari sudut keturunannya, yaitu manusia keturunan dari Nabi Adam a.s. Berkaitan dengan pendidik dan peserta didik, tentu tidak bisa dilepaskan dari pembicaran tentang manusia, lebih khusus lagi tentang fitrah manusia. Pendidik dan peserta didik merupakan dua unsur dalam pendidikan yang diperankan oleh manusia. Dalam hal ini keduanya merupakan unsur yang paling sering mengadakan interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung. Pendidik dan peserta didik dalam hal ini selalu terlibat dalam aktivitas kebudayaan khususnya budaya pendidikan. Dalam pendidikan Islam, pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afekti (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).
Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dan Kesiapannya Untuk Menghadapi Era Disrupsi Muhammad Irfan Ilmy; Syahidin Syahidin; Wawan Hermawan
Jurnal Syntax Transformation Vol 3 No 07 (2022): Jurnal Syntax Transformation
Publisher : CV. Syntax Corporation Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/jst.v3i7.583

Abstract

Guru dituntut tampil ideal dalam segala hal baik di depan siswa maupun saat bersinggungan dengan komunitas di sekitar lingkungan persekolahan. Era disrupsi yang kini sedang dihadapi memaksa guru untuk menyesuaikan diri secara gesit. Sebab, perubahan yang terjadi di dalamnya sangat cepat sehingga pola-pola lama dalam sistem kehidupan dengan segera tergantikan dengan pola-pola baru. Memang yang paling terdampak pertama kali adalah bidang bisnis. Akan tetapi, institusi pendidikan pun dengan segera akan juga terkena imbas dari perubahan yang sangat cepat dari era disrupsi ini. Artikel ini berusaha mengkaji tentang bagaimana seharusnya guru menampilkan dirinya dengan beragam kompetensi sehingga benar-benar dapat bertransformasi menjadi sosok guru teladan yang dapat menggerakkan orang-orang di sekitarnya ke arah kebaikan. Terlebih pada kondisi sekarang yang segalanya perlu penyesuaian sesegera mungkin agar tidak lantas tergantikan perannya oleh keberadaan produk-produk teknologi seperti artificial intellegence, dan semacamnya. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan berbasis pada studi kepustakaan (library research). Temuan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru PAI di era disrupsi harus meningkatkan berbagai kompetensinya (kepribadian, profesional, pedagogik, sosial) agar bisa terus eksis di tengah tantangan kehidupan karena gencarnya penggunaan teknologi yang ternyata di samping bisa meningkatkan produktivitas karena bisa mempermudah kerja manusia juga memiliki peluang untuk dimanfaakan dalam hal-hal negatif