Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pendidikan Etika Bermedia Sosial Melalui Literasi Media Anti Hoax, Hate Speech dan Bullying Wa Ode Lusianai; La Ode Muhammad Golok Jaya; Aryuni Salpiana Jabar
Jurnal PkM Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4, No 4 (2021): Jurnal PkM : Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30998/jurnalpkm.v4i4.6562

Abstract

Social media has become a platform for throwing issues at each other, which eventually make the community is invaded with various unclear and untrusted informations. Lack of awareness to create comfort and peaceful in the society through the use of healthy information encourages the present of this service program. Youth in RT 1 Kelurahan Mokoau as the main target of this activity should be able to be the driving force of information democracy, in fact they still have limited understanding in consuming and disseminating information as well as the ability to select and produce quality informations. The lack of ethics in using social media encourage the rise of fake news (hoaxes), hate speeches and bullies that currently become trend. For this reason, community service oriented activities would be the solution to the problem. This solution was implemented through training activities to shape partners' understanding and knowledge of the use of social media. After the training, there was a change in partners’ understanding and ability in knowing and identifying hoaxes, hate speeches and bullies in social media. Awareness in controlling the use of updates, shares, and likes features on social media began to grow. This activity was not only documented in video, but also published in online media. Through this service program, there comes a  social movement called healthy use of social media as a responsibility form in minimizing the misuse of information in the community with instagram account @antihoaxandhatespeech and facebook @antiHoax Bullying.
KOMODIFIKASI DAN MAKNA SIMBOLIK MOTIF TENUN MUNA SEBAGAI BENTUK KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT KABUPATEN MUNA Wa Ode Lusianai; Aryuni Salpiana Jabar; Ikrima Nurfikria; Sitti Hairani Idrus
Journal Publicuho Vol 2, No 2 (2019): May - July
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1153.685 KB) | DOI: 10.35817/jpu.v2i2.7227

Abstract

Local weaving is the identity and wealth inherent in some area. Muna Regency, Southeast Sulawesi, is known to have regional weaving with diverse and interesting qualities and motifs. There are many previous Muna weaving motifs such as dhalima, samasili, panino toghe, bhotu, bhia-bhia, ledha, finda ngkonini, mango-manggopa, lante-lante, kambheano bhanggai, tibha-tibha, kaholeno ghunteli, kambhampu, bharalu, kasokasopa. To balance the development of the fashion industry, through the creative ideas of weavers, Muna's weaving motifs undergo commodification called a series of motifs. The visual of the first Muna weaving and Muna weaving produced by commodification and also the symbolic meaning of Muna woven motifs as a result of commodification became a problem in this study. Located in Masalili Village, Muna Regency, researchers conducted observations and direct interviews with research informants. By using the qualitative descriptive analysis of Milles and Huberman's interactive model, it was found that from the visuals of Muna's weaving motifs, after experiencing commodification, the latest motifs have been produced. Whether it's a combination of samasili and butterfly motifs, samasili and kites and other types of motifs. The development of the commodification motif has its own symbolic meaning. It describes the regional identity, cultural preservation, openness with progress, diversity, and describes the value of local wisdom in integrating outside cultural elements into the development of the Muna weaving motif.     Keywords: commodification; symbolic meaning; local wisdom; Muna weaving.
Pelatihan dan Pendampingan Pengisian Konten Kelas Virtual Berbasis Web Blog Wa Ode Lusianai; La Surimi; Ikrima Nurfikria; Aryuni Salpiana Jabar; Siti Hairani Idrus; Hasriany Amin
JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat) VOL. 4 NOMOR 2 SEPTEMBER 2020 JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat)
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (939.304 KB) | DOI: 10.30595/jppm.v4i2.6009

Abstract

Perkembangan teknologi informasi telah diadopsi di berbagai bidang tidak terkecuali dunia pendidikan dalam bentuk e-learning. Universitas Halu Oleo (UHO) mendorong terlaksananya sistem pembelajaran berbasis online. Berbagai kegiatan pelatihan dan bimbingan teknis (bimtek) e-learning dilakukan namun tidak memberikan dampak yang signifikan. Kondisi ini terjadi dikarenakan keterbatasan waktu serta tidak adanya pendampingan pasca pelatihan dan bimtek. Dengan menggunakan metode pendekatan kemitraan melalui pelatihan dan pendampingan, kegiatan ini bermitra dengan perwakilan dosen dari setiap jurusan/program studi lingkup Fisip UHO. Kurangnya minat dan kemampuan dalam menggunakan kelas virtual baik dari segi pengelolaan dan desain tampilan kelas virtual hingga pengisian konten menjadi masalah prioritas yang dialami mitra. Hasil kegiatan menunjukkan perubahan pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan web blog yang terkoneksi dengan blog dosen UHO di lecture.uho.ac.id. Dosen yang mengikuti kegiatan pengabdian ini telah memanfaatkan kelas virtual blog dosen dalam beberapa mata kuliah baik sebagai sarana berbagi materi maupun tugas kuliah. Melalui pengabdian ini, telah ada sembilan web blog yang bisa menjadi blog dosen percontohan dari jurusan/Prodi lingkup Fisip dan bisa digunakan untuk menunjang akreditasi. Tidak hanya itu, tim pengabdian juga menyediakan ruang komunikasi bagi mitra dan tim untuk memastikan kelas virtual terus aktif dan produktif sebagai bentuk kegiatan pendampingan melalui grup WhatsApp.
INDUSTRI KREATIF “TENUN MUNA” DAN PEMASARAN ONLINE (studi deskriptif dinamika pemasaran hasil tenun daerah Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara) Wa Ode Lusianai; La Tarifu; Ikrima Nurfikria; Aryuni Salpiana Jabar
LONTAR: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 7 No. 2 (2019): Lontar: Jurnal Ilmu Komunikasi
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1145.111 KB) | DOI: 10.30656/lontar.v7i2.2048

Abstract

Weave is the identity and wealth inherent in a region. In Muna district, it is also known tohave high quality weave with diverse and interesting motifs. However the fundamental problem amongweavers is the limited media or means of promotion and sale of their weaving products. The lack ofknowledge and skills in utilizing the information technology; also the fear of weavers on motifs "theft"by other weavers are two major problems the Muna's weaving was unpublished. This research wasconducted to identify the marketing mode of Muna’s weaving and the use of IT-based communicationmedia in its marketing. Using a qualitative research model, research data was collected throughinterviews and observations and then analyzed using qualitative descriptive data analysis of Miles andHuberman's interactive models. The research findings indicated that the marketing mode of weavingwas carried out by weavers through collectors or gallery owners and also directly sold to the peoplewho come to the weave. In addition, weavers also labeled each weaving motif as intellectual propertyright, and then published it through their respective online media by filling out the account with thecontent profile type or weaving motifs produced, weaving activities, and woven drawings withcaptions or messages to illustrate the images. Serious steps are needed among the government,weavers and the public for the dissemination and education of use and the need for proposing anintellectual property right (haki) for each woven work motif produced so that there is no longer asense of fear of "theft" motifs.
Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Pendidikan Anak Pada Masyarakat Nelayan (Studi di Desa Liano Kecamatan Mataoleo Kabupaten Bombana) Tuti Santika Idrus; Damsid Damsid; Aryuni Salpiana Jabar
Gemeinschaft Vol 5, No 1 (2023): Edisi April
Publisher : Jurusan Sosiologi FISIP UHO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52423/gjmpp.v5i1.34510

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan anak pada masyarakat nelayan di Desa Liano Kecamatan Mataoleo Kabupaten Bombana. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah interview atau wawancara, observasi dan dokumentasi. Berdasarkan Hasil penelitian maka disimpulkan bahwa faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan anak pada masyarakat nelayan terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal 1. Faktor internal rendahnya minat atau kemauan anak untuk bersekolah disebabkan karena kurang motivasi dari orang tua. 2. Sekolah dianggap tidak menarik karena mereka merasa terbeani dengan tugas sekolah yang di berikan guru di sekolah dan peraturan sekolah yang mereka tidak bisa ikuti. 3. Ketidak mampuan mengikuti pelajaran disebabkan karena kemampuan belajar anak sangat rendah. Faktor eksternal 1. Faktor eksternal ekonomi keluarga kondisi ekonomi keluarga yang tidak memadai mengakibatkan banyak anak yang tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. 2. Kurangnya perhatian orang tua menyebabkan minat anak untuk sekolah tidak ada. 3. Lingkungan bermain yang negatif akan membuat anak ikut terpengaruh juga.
AKTOR LOKAL SEBAGAI AGEN OF CHANGE PEMBERDAYAAN PETANI TRANSMIGRAN (Studi Pada Komunitas Petani Transmigran di UPT. Arongo, Kabupaten Konawe Selatan) Aryuni Salpiana Jabar; Iwan P; Nur Israfian Sofyan; Danial Danial; Yoenita Jayadisastra; Wa Ode Lusianai; Amin Tunda
Welvaart : Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol 1, No 2 (2020): Edisi Desember
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (951.139 KB) | DOI: 10.52423/welvaart.v1i2.15300

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi upaya aktor penggerak pada komuitas petani transmigran UPT. Arongo dalam memberdayakan komunitasnya. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data dan informasi yang dibutuhkan dikumpulkan melalui tiga teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara mendalam serta rekaman arsip. Observasi dilalukan untuk Mengidentifikasi siapa saja para tokoh lokal (local hero) yang terlibat berperan dalam pemberdayaan masyarakat setempat, wawancara mendalam dilakukan untuk mengidentifikasi upaya-upaya yang dilakukan para tokoh lokal/aktor penggerak untuk memberdayakan anggota komunitanya. Dan Rekaman arsip, dilakukan untuk menelusuri data-data yang telah tersedia seputar pelaksanaan program transmigrasi serta informasi dan berita yang memuat kehidupan masyarakat UPT. Arongo, misalnya peta lokasi pelaksanaan program, peserta/anggota program, gerakan dan kegiatan yang dilakukan warga setempat, dan seluruh telaah arsip tersebut bertujuan untuk memahami setiap proses yang berjalan pada lokasi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan dapat diidentifikasi beberapa tokoh masyarakat setempat yang tampil sebagai figur-figur pemberi inisiatif dan pembawa perubahan di tengah masyarakat. dari berbagai aspek seperti aspek agama, pendidikan keluarga dan anak, pengetahuan seputar pertanian, kebudayaan dan kesenian serta pemberdayaan pada aspek kelembagaan, kelompok petani dan gerakan petani. Upaya aktor penggerak pada komunitas petani transmigran UPT. Arongo dalam memberdayakan komunitasnya telah menyasar dalam berbagai dimensi pemberdayaan yaitu dimensi proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih besar, telah membangun psikologis masyarakat petani yaitu rasa percaya diri, dan mampu mengendalikan diri dan orang lain, serta  melibatkan upaya-upaya kolektif dari petani tersebut untuk memperoleh hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan.