Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search
Journal : Bawal : Widya Riset Perikanan Tangkap

PARAMETER POPULASI DAN SPAWNING POTENTIAL RATIO (SPR) KEPITING MERAH (Scylla olivacea) DI PERAIRAN ASAHAN DAN SEKITARNYA, SUMATERA UTARA Andina Ramadhani Putri Pane; Duranta Diandria Kembaren; Ilham Marasabessy; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 13, No 1 (2021): (April) 2021
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.13.1.2021.33-43

Abstract

Kepiting bakau merupakan komoditas ekspor yang penangkapannya dilakukan dengan intensif, salah satunya adalah jenis kepiting merah (Scylla olivacea). Pengelolaan dalam pengendalian memerlukan analisa kajian ilmiah tentang ukuran layak tangkap dan spawning potential ratio (SPR) kepiting merah. Kajian ilmiah ini dilakukan terhadap 1.105 ekor kepiting merah di pusat pendaratan kepiting di Desa Silo Baru Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan, Sumatera Utara selama 28 bulan (April-Oktober 2018, Februari- Desember 2019 dan Maret-Desember 2020). Kepiting yang tertangkap memiliki ukuran 65-170 mm dengan 72,2% sudah dewasa dan telah melakukan pemijahan sebelum tertangkap (CWc< CWm). Hasil penelitian diperoleh bahwa kematian akibat penangkapan (F) lebih tinggi dibandingkan kematian alamiah (M), hal ini menunjukkan tingginya tekanan pemanfaatan (E = 0,54%). Nilai spawning potential ratio (SPR) mengalami peningkatan dari tahun 2018 ke tahun 2020 yaitu 11-17% namun masih dibawah nilai minimal 20%, artinya penambahan individu kepiting merah di perairan Asahan setelah ekspolitasi sudah mengalami penurunan sehingga diperlukan upaya dalam pengelolaan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan ukuran mesh size jaring dan bubu serta rehabilitasi hutan mangrove.Mud crabs are export commodities that have been harvested intensively; one of which is the red mud crab (Scylla olivacea). Management in controlling its exploitation requires scientific studies on the analysis of the legal size and the potential spawning ratio (SPR) of the crab. In this scientific study, a total of 1,105 red mud crabs were analyzed at the crab landing center in Silo Baru Village, Silau Laut District, Asahan Regency, North Sumatra for 28 months (April–October 2018, February–December 2019, and March–December 2020). The crabs caught were 65–170 mm in size, where 72.2% of which were already adults and had spawned before being caught (CWc < CWm). The results of this study suggested that the fishing mortality (F) was higher than the natural mortality (M), indicating a high exploitation (E = 0.54%). On the other hand, the potential spawning ratio (SPR) from 2018 to 2020 kept increasing, i.e. 11–17% (below the minimum SPR 20%), indicating that the addition of the individual red mud crabs in Asahan waters after exploitation had decreased. Therefore, several efforts are necessary in its management, among others by increasing the mesh size of the nets and the size of the traps as well as rehabilitating mangrove forests.
ASPEK BIOLOGI DAN STATUS PEMANFAATAN LOBSTER BAMBU (Panulirus versicolor) DI PERAIRAN KEPULAUAN ARU, MALUKU Andina Ramadhani Pane; Reza Alnanda; Ilham Marasabessy; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 13, No 2 (2021): (AGUSTUS) 2021
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.13.2.2021.85-96

Abstract

Lobster adalah komoditas bernilai tinggi yang di perdagangkan hingga ke mancanegara, bahkan dalam kondisi puerulus. Tingginya permintaan ini memacu peningkatan pemanfaatan sehingga diperlukan upaya untuk menjaga kelestarian populasinya. Kajian ini membahas tentang aspek biologi dan status pemanfaatan yang diharapkan menjadi dasar dalam pengelolaan lobster bambu (Panulirus versicolor) sehingga kelestarian dapat berkelanjutan. Pengumpulan data dilakukan Maret sampai dengan Desember 2020, diperoleh sampel sebanyak 2.040 ekor melalui sentra pendaratan ikan di Dobo, Kepulauan Aru. Penghitungan parameter populasi dilakukan melalui analisis secara analitik. Hasil penelitian diperoleh kisaran panjang karapas antara 45-120 mm, sebanyak 40% diantaranya mempunyai ukuran kurang dari 80 mm. Panjang karapas pertama kali lobster tertangkap (CLc) adalah 85,4 mm dengan panjang asimptotiknya (CL∞) adalah 130,85 mm dan laju pertumbuhan (K) = 0,45 per tahun. Tingkat pemanfaatan lobster sudah mencapai E=0,5, artinya sudah dalam status pemanfaatan penuh (fully exploited). Hal ini menyebabkan pemanfaatan lobster harus dilakukan dengan kehati-hatian dan perlu upaya dalam menjaga kelestariannya. Upaya-upaya yang dapat dilakukan mengendalikan penangkapan baik dari segi alat tangkap, waktu dan lokasi penangkapan. Upaya tersebut diharapkan akan memberikan kesempatan bagi lobster untuk mempertahankan kelestarian populasinya. Lobster is a high-value commodity traded to foreign countries, even their puerile. As the high demand for lobsters increases their exploitation, special measures are imperative to preserve their populations. This study discussed the biological aspects and exploitation status, which are expected to be the basis for managing painted spiny lobster (Panulirus versicolor). Data collection was carried out from March to December 2020, which is 2,040 lobsters collected at the landing center at Dobo, Aru Islands. Analytical methods were used to analyze population parameters. The results showed that the carapace length of lobsters landed was between 45–120 mm, where 40% of them were under 80 mm. Their size at first capture (CLc) was 85.4 mmCL, with asymptotic length (CL∞) was 130.85 mmCL and growth rate (K) was 0.45 per year. Their exploitation rate was E was 0.5 (fully exploited exploitation). Therefore, its exploitation has to be carried out with caution, and special measures are required to maintain its sustainability, i.e., by controlling lobster fishing efforts, including fishing gear, time, and location. Such actions are expected to allow lobsters to preserve the sustainability of their populations.
PARAMETER POPULASI UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI LAUT ARAFURA Ali Suman; Budi Iskandar Prisantoso; Duranta D. Kembaren
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 1 (2017): (April, 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.331 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.1.2017.57-62

Abstract

Sumber daya udang di perairan Arafura merupakan salah satu modal menuju kemakmuran bagi bangsa, apabila dikelola secara berkelanjutan. Kajian dinamika populasi udang, merupakan salah satu dasar utama dalam merumuskan pengelolaan tersebut menuju pemanfaatan sumber daya yang lestari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika populasi udang dogol dan udang windu di perairan Arafura dan sekitarnya. Penelitian dilakukan dari bulan Januari 2013 sampai dengan Nopember 2013 dan analisis dilakukan dengan menggunakan FAO-ICLARM Fisheris Stok Assessment Tools (FISAT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan (K) udang dogol sebagai 1,33 per tahun dan panjang karapas maksimum (L) sebagai 52,0 mm. Untuk udang windu didapatkan nilai K sebagai 1,45 per tahun dan nilai L sebagai 62,5 mm. Laju kematian total (Z) udang dogol sebagai 4,79 per tahun, laju kematian karena penangkapan (F) dan laju kematian alami (M) masing-masing 2,91 per tahun dan 1,88 per tahun. Untuk udang windu didapatkan nilai Z sebagai 6,13 per tahun, nilai F dan nilai M masing-masing 4,24 dan 1,89 per tahun. Laju pengusahaan (E) udang dogol 0,61 per tahun dan nilai E udang windu sebagai 0,69 per tahun. Tingkat pemanfaatan sudah berada dalam tahapan overfishing dan perlu dilakukan pengurangan jumlah upaya 22% untuk udang dogol dan 38% untuk udang windu.Shrimp resources within Arafura Sea if under sustainably management it would contribute a significant role as a source of nation welfare. Scientific advice on population dynamic are required as an input to support an apropriate fisheries management. The purpose of the study was to identify population parameters of the endeavour shrimp and tiger shrimp in Arafura Sea. Study on the population dynamic of endeavour shrimp and king tiger prawn were conducted in Arafura Sea based on data collected during period of survey, January 2013 to November 2013. The analysis is using the FAO-ICLAM Fisheries Stock Assessment Tools (FiSAT). Result showed that the growth parameter of endeavour shrimp was 1.33/year with maximum carapace length (L) of 52.0 mm. Instantenous total mortality (Z) and natural mortality (M) were 4.79/year and 1.88/year, respectively. While fishing mortality (F) and exploitation rate (E) of endeavour shrimp respectively were 2.91/year and 0.61/year. The growth parameter of king tiger prawn was 1.45/year with maximum carapace length (L) of 62.5 mm. Instantenous total mortality (Z) and natural mortality (M) were 6.13/year and 1.89/year, respectively. While fishing mortality (F) and exploitation rate (E) of king tiger prawn respectively were 4.24/year and 0.69/year. The exploitation rate of endeavour shrimp and king tiger prawn in Arafura Sea was overfishing. It was, therefore, recommended that fishing effort of 22% the endeavour shrimp and 38% king tiger prawn in that waters should be reduced in the next year.
BEBERAPA PARAMETER POPULASI UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis de Mann) DI PERAIRAN TARAKAN, KALIMANTAN UTARA Umi Chodrijah; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 2 (2017): (Agustus 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.127 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.2.2017.85-92

Abstract

Tingkat eksploitasi udang putih (Penaeus merguiensis) sangat intensif. Hal ini terindikasi dengan hasil tangkapan udang di WPP-NRI 716 selama 9 tahun terakhir meningkat. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji beberapa parameter populasi dan aspek biologi udang putih di perairan Tarakan. Data panjang karapas dan tingkat kematangan gonad udang putih dikumpulkan dari tempat pendaratan udang di Selumit Pantai, Tarakan, Kalimantan Utara pada Januari sampai dengan November 2016. Pendugaan parameter populasi dengan aplikasi model analisis menggunakan program ELEFAN 1. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata ukuran udang putih pertama kali tertangkap (Lc) pada panjang karapas 32,51 mm dan rata-rata ukuran pertama kali matang gonad 33,58 mm. Puncak musim pemijahan terjadi pada Maret dan Agustus. Laju pertumbuhan (K) sebesar 1,33 per tahun (betina) dan 1,55 per tahun (jantan). Laju kematian total (Z) sebesar 7,5 per tahun (betina) dan 8,85 per tahun (jantan), laju kematian alamiah (M) sebesar 1,82 per tahun (betina) dan 2,16 per tahun (jantan) serta laju kematian akibat penangkapan (F) sebesar 5,68 per tahun (betina) dan 6,69 per tahun (jantan). Laju pengusahaan (E) udang putih di perairan Tarakan adalah sebesar 0,76 per tahun. Hal ini menunjukkan tingkat pemanfaatan udang putih telah mengalami lebih tangkap (overfishing). Kondisi ini menggambarkan perlunya dilakukan pengurangan upaya sekitar 52 %.  The banana prawn (Penaeus merguiensis) have been exploited intensively. For instance, within nine years the number of shrimp production in FMA 716 increased dramatically. This research aims to identify the some population parameters of banana prawn in the Tarakan waters. This research was carried out from January to November 2016. Data were analyzed using the analytical model application with ELEFAN I. The result showed that the length at first capture (Lc) of banana prawn was 32,51 mmCL and the length at first maturity (Lm) was 33,58 mm CL. The peak season of spawning period was indicated on March and August. The growth rate (K) was 1,33 /year (female) and 1.55/year (male). Total mortality rate (Z) was 7.5/year (female) and 8,85/year (male), natural mortality rate (M) rate was 1.82/year (female) and 2.16/year (male) and fishing mortality rate ( F) were 5.68/ year (female) and 6.69/year (male). The exploitation rate (E) of banana prawn in the Tarakan waters was 0.76 per year. Therefore, level of existing fishing effort of the banana prawn should reduced about 52 % in the next year.
SEBARAN FREKUENSI PANJANG, HUBUNGAN PANJANG-BERAT, TINGKAT KEMATANGAN GONAD DAN RATA-RATA UKURAN PERTAMA KALI MATANG GONAD UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis De Man, 1888) DI PERAIRAN KOTABARU, KALIMANTAN SELATAN Tirtadanu Tirtadanu; Suprapto Suprapto; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 3 (2017): (Desember) 2017
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.058 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.3.2017.145-152

Abstract

Pengusahaan udang putih (Penaeus merguiensis De Man, 1888) di perairan sekitar Kotabaru memerlukan upaya pengelolaan agar perikanan udang dapat berkelanjutan.Salah satu informasi penting yang diperlukan sebagai dasar dalam pengelolaannya yaitu aspek biologi.Tujuan penelitian adalah mengkaji sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang-berat, tingkat kematangan gonad dan rata-rata ukuran pertama kali matang gonad udang putih di perairan sekitar Kotabaru. Pengumpulan data diperoleh dari tempat pendaratan udang di Kotabaru pada bulan Januari – November 2016. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling. Hasil penelitian menunjukkan ukuran udang putih yang tertangkap cenderung kecil dengan ukuran berkisar antara 14 - 46 mmCL dan rata-rata sebesar 26 ± 3,7 mmCL pada udang jantan dan 28,5 ± 5,3 mmCL pada udang betina. Pola pertumbuhan bersifat allometrik negatif dan telah terjadi penurunan bobot dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Proporsi tertinggi udang matang gonad terjadi pada bulan Maret sehingga diduga merupakan puncak pemijahan udang putih.Ukuran pertama kali tertangkap udang (Lc = 28,1 mmCL) lebih kecil dibandingkan ukuran pertama kali matang gonad (Lm = 35,3 mmCL) sehingga sebagian besar udang yang tertangkap belum melakukan pemijahan. Dalam rangka menjaga keberlanjutan sumberdaya udang putih di Kotabaru, disarankan melakukan penutupan penangkapan di bulan Maret dan penggunaan alat tangkap ramah lingkungan dengan ukuran minimum tertangkap lebih besar dari 35 mmCL atau kurang dari 27 ekor dalam 1 kg.The exploitation of banana prawn (Penaeus merguiensis De Man, 1888) in Kotabaru Waters need management strategy, so the prawn fisheries in Kotabaru waters could be sustainably exploited. The important information needed for its basis management are was biological aspects of banana prawn. The aim of this research were to study about length frequency, length-weight relationship, maturity stages and length at first first mature of banana prawn in Kotabaru Waters. The research was conducted at landing site of prawn in Kotabaru and the samples were collected in January – November 2016. The method used for sampling was random sampling. The results showed that the size of banana prawn tend to become smaller with the size between 14-46 mmCL and the mean size were 26 ± 3,7 mmCL for male and 28,5 ± 5,3 mmCL for female. The growth pattern of banana prawn was allometric negative and the weights decreased from the previous years. The highest proportion of mature prawns was in March, likely suggestes to be the spawning season of banana prawn. Length at first captured of banana prawns (Lc = 28,1 mmCL) was lower than length at first matured (Lm = 35,3 mmCL) so most of prawns captured has not spawn yet. For sustainability of banana prawn resources in Kotabaru Waters, it is suggested to close fishing season in March and minimum legal size should be bigger than 35 mmCL or less than 27 prawns in 1 kg.
SEBARAN DAN HUBUNGAN PARAMETER REPRODUKSI IKAN TUNA MADIDIHANG (Thunnus albacares) DENGAN SUHU DAN KLOROFIL-a DI LAUT BANDA Karsono Wagiyo; Ali Suman; Mufti Petala Patria
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 7, No 3 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (949.95 KB) | DOI: 10.15578/bawal.7.3.2015.183-191

Abstract

Laut Banda diketahui mempunyai kondisi lingkungan yangmendukung sebagai daerah pemijahan ikan tuna madidihang (Thunnus albacares). Sebaran parameter reproduksi dan hubungannya dengan lingkungan perlu diketahui sebagai dasar pengelolaan sumberdaya yang lestari. Penelitian dilakukan tahun 2011-2012 dengan basis pendataan di Bandaneira. Pengamatan parameter reproduksi dilakukan terhadap ikan sampel melalui observasi dan enumerasi. Suhu dan klorofil-a diperoleh = dari analisis citra satelit. Penelitian mendapatkan persentase gonad matang (100 %) dan indeks kematangan gonad tertinggi (3,75) serta nisbah kelamin seimbang, secara temporal ditemukan pada bulan antara September-Desember, secara spasial ditemukan di Perairan Gunung Api dan Selatan Kepulauan Lease. Tingkat kematangan gonad dan indeks kematangan gonad meningkat terjadi pada saat suhu mulai menghangat dan klorofil-a mulai menurun. Tingkat kematangan gonad dan indeks kematangan gonad menurun terjadi pada saat awal penurunan suhu dan awal kenaikan klorofil-a.Besides known as the Banda Sea region yellowfin tuna migration (Thunnus albacares) is also a spawning area. Distribution of Reproduction parameter and their relationship with environmental parameter should be known as the basis for sustainable resource management. The reproduction parameter obtaianed by observation and enumeration. Temperature and chlorophyll-a obtained by satellite image analysis. Research gets a high percentage of the gonads mature (100%) and gonad maturity index (3,75) and a balanced sex ratio, temporally be found in the September-December, spatially found in the waters of Pulau Gunung Api and Lease Islands. The maturity level of gonads and gonadal maturation index increases occurred when the temperatures begin to warm and chlorophyll-a start to decline. The maturity level of gonads and gonadal maturation index decreases occurred at the beginning of the early drop in temperature and increase in chlorophyll-a.
PARAMETER POPULASI LOBSTER BAMBU (Panulirus versicolor) DI PERAIRAN SIMEULUE Helman Nur Yusuf; Ali Suman; Thomas Hidayat; Anthony Sisco Panggabean
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 3 (2017): (Desember) 2017
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.404 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.3.2017.185-195

Abstract

Lobster bambu (Panulirus versicolor) merupakan komoditas perikanan penting yang telah diekspolitasi di perairan Simeulue. Peningkatan permintaan dan pengusahaan lobster menyebabkan tekanan penangkapan terhadap populasi lobster semakin intensif dan tidak terkendali. Untuk itu  diperlukan informasi tentang biologi reproduksi dan parameter populasi lobster dalam rangka pengelolaan sumberdaya lobster yang berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai dengan Desember 2015 diperairan Simeulue dengan tujuan untuk mengestimasi parameter populasi lobster bambu. Pengamatan dan pengukuran lobster dilakukan di tempat pengumpul lobster dengan sistem sampling acak (random sampling). Analisis data parameter populasi menggunakan software FiSAT (Stock Assessement Tools). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kondisi lobster bambu jantan dan betina tidak seimbang (1 : 1,5),  pola pertumbuhan bersifat alometrik negatif dengan nilai b sebesar 2,924 dan rata-rata pertama kali tertangkap (Lc) = 86 mmCL. Laju pertumbuhan (K) = 0,320 per tahun dan panjang karapas asimtotik (CL) 149,1 mm. Laju mortalitas alami (M) = 0,99 per tahun, laju kematian akibat penangkapan (F) sebesar 0,84 per tahun dan laju kematian total (Z) sebesar 1,83 per tahun. Tingkat eksploitasi (E) sebesar 0,46 atau pemanfaatan sumberdaya lobster bambu belum optimum. Penambahan baru dalam populasi berlangsung sepanjang tahun dan mencapai puncaknya pada Juni dan Juli bersamaan dengan musim timur. Untuk itu perlu adanya regulasi pemerintah dalam pengelolaan perikanan lobster yang berkelanjutan dengan menerapkan close season lobster pada puncak musim pemijahan.The painted green/bamboo lobster (Panulirus versicolor) is an important fish commodities that have been exploited in the waters of Simeulue. Increased utilization and uncontrolled exploitation of lobster causing pressure on the lobster population. For this reason, there is a need for information about the parameters of the lobster population in the management for the sustainability of lobster resource. The experiment was conducted in May to December 2015 Simeulue waters for the purpose of estimating the population parameters lobster green. Sampel collected randomly in the lobster landing site. Analysis of the data using FiSAT II software (FAO-ICLARM Stock Assessement Tools). The results obtained unbalanced condition of green lobster (1:1.5), the growth pattern is allometrically negative with value b of 2,924, length at fish first caught (Lc) = 86 mm CL. The lobster growth rate (K) = 0,320 per year and asymptotic carapace length (CL) 149.10 mm. The rate of natural mortality (M) = 0.99 per year, the mortality rate due to the arrest of (F) of 0.84 per year and total mortality rate (Z) of 1.83 per year. The rate of exploitation (E) 0,46 or green lobster resource was not optimum. Recruitment occur throughout the year with peak recruitment in June and July of the southeast monsoon. A government regulation is needed for the sustainable management of lobster resources by applying a close season during the peak spawning peri.
DINAMIKA POPULASI DAN TINGKAT PEMANFAATAN KEPITING BAKAU (Sylla serrata FORSKAL, 1775) DI PERAIRAN KEPULAUAN ARU, MALUKU Andina Ramadhani Putri Pane; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 11, No 3 (2019): (Desember) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.633 KB) | DOI: 10.15578/bawal.11.3.2019.127-136

Abstract

Peningkatan permintaan kepiting bakau (Scylla serrata) di Kepulauan Aru memacu peningkatan upaya penangkapannya. Untuk mendapatkan informasi terkini tentang dinamika populasi dan tingkat pemanfaatan kepiting bakau di perairan Kepulauan Aru, maka dilakukan penelitian selama 2 (dua) tahun yaitu Maret - Desember 2017 dan 2018 dengan pengamatan langsung di pengumpul kepiting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran lebar karapas pertama kali tertangkap (CWc) adalah 148,6 mm. Pola pertumbuhan kepiting bakau bersifat allometrik negatif dengan nisbah kelamin jantan dan betina tidak seimbang. Laju pertumbuhan (K) adalah 0,7 per tahun dengan tingkat kematian alamiah (M=0,84) lebih tinggi daripada kematian karena penangkapan (F=0,78). Tingkat pemanfaatan (E) sebesar 0,48 menunjukan bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya kepiting dalam kategori moderat. Upaya pelestarian sumberdaya kepiting dapat dilakukan melalui peningkatan kepatuhan masyarakat terhadap peraturan tentang batas ukuran lebar karapas minimum yang boleh ditangkap (150 mm) dan menjaga kelestarian hutan mangrove. Increased demand for mud crab (Scylla serrata) in the Kepuluan Aru spurred an increase in fishing efforts. To determine population dynamics and current exploitation level of mud crab in these area, research was conducted for 2 (two) years, March to December 2017 and 2018. The results showed that carapace width at first capture (CWc) of mud crab was 148,6 mm. The growth pattern of the species was allometric negative with an unbalanced sex ratio between males and females. The growth rates (K) was estimted at 0.7 per year with natural mortality rates (M=0,84) more higher than fishing mortality rates (F=78). The exploitation level (E) was 0.48, indicating that the catch was in a sustainable condition. Efforts to maintain sustainability of mud crab resources can be done by increasing community compliance with regulations of the minimum size limit of mud crabs that can be caught (150 mmCW) and preserving mangrove forests.
PARAMETER POPULASI DAN TINGKAT PENGUSAHAAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PERAIRAN ASAHAN, SELAT MALAKA Andina Ramadhani Putri Pane; Heri Widiyastuti; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 2 (2017): (Agustus 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.467 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.2.2017.93-102

Abstract

Tingginya permintaan pasar terhadap rajungan mengakibatkan aktivitas penangkapannya berlangsung secara intensif. Selat Malaka merupakan salah satu daerah penangkapan rajungan yang penting di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi parameter populasi dan tingkat eksploitasi rajungan (Portunus pelagicus) di perairan Asahan dan sekitarnya. Pengumpulan data bulanan dilakukan pada bulan Juni 2015 sampai dengan Nopember 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musim penangkapan berlangsung sepanjang tahun dengan puncak pada bulan Juli dan Oktober, puncak pemijahan terjadi pada bulan Januari dan Agustus. Ukuran lebar karapas pertama kali tertangkap dengan gillnet (Lc) dan ukuran pertama kali matang gonad (Lm) masing-masing sebesar 109,6 mm dan 104,1 mm. Laju pertumbuhan (K) sebesar 1,38/tahun dan lebar karapas asimtotik (L) sebesar 183,10 mm. Laju kematian total (Z) rajungan sebagai 4,31 per tahun, laju kematian karena penangkapan (F) dan laju kematian alami (M) masing-masing 2,96 per tahun dan 1,35 per tahun; laju eksploitasi (E) diestimasi sebesar 0,69. Tingkat pemanfaatan rajungan di perairan Asahan diduga telah melewati optimal, sehingga perlu dilakukan pengelolaan melalui pengurangan jumlah unit gillnet rajungan sebanyak 38% dari kondisi saat ini. Blue swimming crab faced intensive fishing pressure due to the high market demand. The Malacca Strait is one of important fishing area for blue swimming crab. The research aims to estimate the population parameters and exploitation rate of blue swimming crab (Portunus pelagicus) in the Asahan and adjacent waters. A monthly data were collected from June 2015 to November 2016 that caught by Gillnet. The results showed that the fishing season takes place throughout the year with peaks in July and October, meanwhile peak of spawning season in January and August. The carapace width at first capture (Lc) and first mature (Lm) were 109.6 mm and 104.1 mm, respectively. The growth rate (K) was 1.38 / year and the asymptotic length (L) was 183.10 mm. Total mortality rate (Z) was 4.31 per year, fishing mortality rate (F) and natural mortality rate (M) were 2.96 per year and 1.35 per year respectively; Exploitation rate (E) was estimated at 0.69. It means that the exploitation rate of swimming crab in the Asahan waters found exceed the optimum level, therefore the management measures needs to reduce effort (unit) of gillnet by a 38% of actual level.