Mining, as one of the major forms of large-scale land conversion, has significantly contributed to changes in agrarian structure, encompassing aspects of land ownership, control, and agricultural productivity. The presence of mining activities drives local communities to sell their dry agricultural land and overlook the potential negative impacts of mining on their wet agricultural land. This study aims to analyze the environmental transformation and the resulting changes in agrarian structure occurring in Batujajar Village. The research adopts an exploratory sequential mixed-method approach, beginning with a qualitative phase. In this phase, a comparison is made between two hamlets: Hamlet 3, which is located relatively far from mining sites, and Hamlet 5, which is closer to mining areas. The findings reveal that Hamlet 5 experiences more fluctuating changes in land ownership compared to Hamlet 3. Meanwhile, changes in land control and productivity display relatively similar patterns in both hamlets. These findings suggest that mining activities not only affect areas in close proximity to mining sites but may also influence the agrarian structure in more distant areas, albeit with varying degrees of intensity.   Pertambangan, sebagai salah satu bentuk konversi lahan berskala besar, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perubahan struktur agraria, yang mencakup aspek kepemilikan, penguasaan, hingga produktivitas lahan pertanian. Keberadaan aktivitas pertambangan mendorong sebagian masyarakat untuk menjual lahan pertanian kering dengan mengabaikan potensi dampak negatif yang ditimbulkan pertambangan terhadap lahan pertanian basah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis transformasi lingkungan serta perubahan struktur agraria yang terjadi di Desa Batujajar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah exploratory sequential mixed method, dengan mendahulukan fase kualitatif. Dalam tahap kualitatif dilakukan perbandingan antara dua dusun, yakni Dusun 3 yang relatif jauh dari lokasi pertambangan dan Dusun 5 yang berdekatan dengan areal pertambangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dusun 5 mengalami perubahan kepemilikan lahan yang lebih fluktuatif dibandingkan Dusun 3. Sementara itu, perubahan dalam aspek penguasaan dan produktivitas lahan menunjukkan pola yang relatif serupa di kedua dusun. Temuan ini mengindikasikan bahwa aktivitas pertambangan tidak hanya berdampak pada wilayah yang secara langsung berdekatan dengan areal tambang, tetapi juga dapat memengaruhi struktur agraria di wilayah yang berada pada jarak yang lebih jauh, meskipun dengan intensitas yang berbeda.