Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang penting di dunia, terutama di negara-negara berkembang. Tanaman jagung memiliki nilai ekonomi tinggi baik untuk konsumsi manusia, pakan ternak, maupun bahan baku industri. Namun, tanaman jagung sangat rentan terhadap cekaman lingkungan, salah satunya adalah cekaman kekeringan. Kekeringan memengaruhi berbagai proses fisiologis utama tanaman jagung, termasuk fotosintesis, transpirasi, dan transportasi air dan nutrisi. Salah satu efek langsungnya adalah penutupan stomata untuk mengurangi kehilangan air, yang juga mengurangi kemampuan tanaman menyerap karbon dioksida (COâ‚‚), sehingga menurunkan efisiensi fotosintesis. Akibatnya, proses metabolisme terganggu, dan produksi energi untuk pertumbuhan tanaman menurun drastis. Pada tahap perkecambahan, cekaman kekeringan dapat menghambat proses perkecambahan benih jagung. Benih yang kekurangan air akan sulit memulai proses perkecambahan, yang berpotensi mengurangi jumlah bibit yang tumbuh. Selain itu, kekeringan pada fase awal pertumbuhan dapat menyebabkan akar dan daun menjadi lebih pendek. Adaptasi tanaman jagung terhadap kekeringan meliputi adaptasi morfologi, fisiologi, genetik, dan perilaku tanaman meliputi menggulung daun untuk mengurangi penguapan, memperdalam dan memperbanyak akar untuk mencari air, serta perubahan fisiologis dan biokimiawi dalam sel tanaman