Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

PENGARUH AKTIVITAS BERLARI TERHADAP TEKANAN DARAH DAN SUHU PADA PRIA DEWASA NORMAL Handayani, Go; Lintong, Fransiska; Rumampuk, Jimmy F.
eBiomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.1.2016.11044

Abstract

Abstract: Movement is a certain habit that never gone from every human being. A Person never stop to move even when he was asleep, because without realizing our heart is settled to pump out blood going to entire body. The quick heart beat can be feel on some situation for example; run, bike or heavy lifting. While run the heartbeat feel faster. Beside heartbeat, breathing and body temperature is also rise where breathing get deeper and faster resembling with body that feel hotter. The aim of this study is to see the influence of running activity toward blood pressure and body temperature. The research methodology used is cross sectional design. The research was conducted between September to November 2015. Subjects are 30 teenager attain the age of 18- 25 years old that selected through inclusion and exclusion criteria. Data analysis performed by Wilcoxon test using SPSS.The result showed that there are 24 people that has rise blood pressure and on the measuring body temperature there are 20 people has decrease of blood temperature after run. Conclusion: Research shows that there are significant contradiction of blood pressure before and after run. On the measure body temperature there are no significant contradiction before and after run.Keywords: run, blood pressure, body temperatureAbstrak: Gerak merupakan suatu kebiasaan yang tidak lepas dari setiap manusia. Manusia tidak pernah berhenti bergerak bahkan disaat seorang tidur, karena tanpa disadari jantung manusia tetap bergerak untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Detak jantung yang kencang dapat kita rasakan pada keadaan-keadaan tertentu, contohnya; berlari, bersepeda atau mengangkat beban. Saat berlari, detak jantung terasa lebih kencang dan lebih cepat. Selain detak jantung, pernapasan dan suhu tubuh juga meningkat, dimana pernapasan lebih dalam dan cepat bersamaan dengan tubuh yang terasa panas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh berlari terhadap tekanan darah dan suhu. Metode penelitian yang digunakan adalah design potong lintang (cross sectional) yang dilaksanakan pada bulan September sampai November 2015. Subjek penelitian adalah 30 orang remaja yang berumur 18-25 tahun melalui kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data dilakukan uji statistik Wilcoxon dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 24 orang yang mengalami peningkatan pada pengukuran tekanan darah dan pada pengukuran suhu ditemukan 20 orang yang mengalami penurunan suhu setelah berlari. Simpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan pada pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah berlari. Pada pengukuran suhu, tidak terjadi perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah berlari.Kata kunci: berlari, tekanan darah, suhu
Perbandingan saturasi oksigen pada orang yang tinggal di pesisir pantai dan yang tinggal di daerah pegunungan Kaprawi, Taufik; Moningka, Maya; Rumampuk, Jimmy
eBiomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.1.2016.10816

Abstract

Abstract: Oxygen is a basic requirement for survival. Normal blood oxygen level is a measurement of oxygen saturation in the blood. This study aimed to determine the oxygen saturation value of people who lived in highlands and of people who lived in lowlands. This study eas conducted in two places: Girian village Bitung and Wulurmaatus village South Minahasa in October-December 2014. Sampels were 60 people: 30 people living in the highland and 30 people living in the lowland. Data were analyzed by using SPSS 20 and Mann-Whitney test. The Mann-Whitney test showed that there was a difference in oxygen saturation between the highland people and the lowland people with a p value of 0.0001 <α = 0.05. The lowland people had higher value of oxygen saturation than the highland people. Conclusion: There was a difference in oxygen saturation value between the highland people and the lowland people.Keywords: oxygen saturation, highlands, lowlandsAbstrak: Oksigen merupakan kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup. Tingkat oksigen darah normal adalah pengukuran saturasi oksigen dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai saturasi oksigen pada orang yang tinggal di dataran tinggi dan yang tinggal di dataran rendah. Penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu Kelurahan Girian Bawah Kota Bitung dan Desa Wulurmaatus Kabupaten Minahasa Selatan pada bulan Oktober-Desember 2014. Sampel penelitian berjumlah 60 orang yaitu 30 orang yang tinggal di dataran tinggi dan 30 orang yang tinggal di dataran rendah. Data dianalisis menggunakan SPSS 20 dan uji Mann-Whitney. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan saturasi oksigen antara orang yang bertempat tinggal di dataran tinggi dan orang yang bertempat tinggal di dataran rendah dengan nilai p = 0.0001 < α = 0,05. Yang tinggal di dataran rendah lebih tinggi nilai saturasi oksigennya daripada dataran tinggi. Simpulan: Terdapat perbedaan nilai saturasi oksigen pada orang yang tinggal di dataran tinggi dan yang tinggal di dataran rendah.Kata kunci: saturasi oksigen, dataran tinggi, dataran rendah
Hubungan antara senam zumba terhadap nilai FEV1 pada mahasiswa semester 1 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Suwongso, Harvey L.; Rumampuk, Jimmy F.; Danes, Vennetia R.
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.10819

Abstract

Abstract: Zumba is one of the physical activities that inspired by a variety of dances in Latin America and was developed in Colombia. Increasing of respiratory muscle endurance can be achieved by physical excersices. Respiratory function measured by FEV1 (Forced Expiratory Volume in One Second) value gives information about the maximum speed of air flow within the lungs. This study used one group pre and post test design plan and experimentally. Respondents were the first year female students of Medical Faculty Sam Ratulangi University Manado. Data were analyzed by using the T-pair test and SPSS. The bivariate analysis showed a P value 0.000 between the FEV1 between 2 weeks before zumba excercise and 2 weeks after zumba excercise. Conclusion: There was a positive correlation between zumba excercise and the FEV1.Keywords: physical activity, zumba, FEV1Abstrak: Zumba merupakan salah satu contoh aktifitas fisik yang terinspirasi dari tarian-tarian Amerika Latin dan di kembangkan di Colombia. Peningkatan daya tahan otot pernapasan dapat diperoleh dari latihan fisik. Salah satu penilaian fungsi paru-paru adalah pengukuran nilai FEV1 (Forced Expiratory Volume in One Second) yang memberikan informasi tentang kecepatan aliran udara maksimal di dalam paru-paru. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan one group pre and post test. Data dianalisis dengan uji T berpasangan menggunakan SPSS. Responden ialah mahasiswi semester 1 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Hasil penelitian memperlihatkan peningkatan nilai rerata Ekspirasi Paksa Satu Detik Pertama (FEV1) setelah diberikan latihan zumba selama 2 minggu secara rutin. Analisis Bivariat menunjukkan nilai P = 0,000. Simpulan: Terdapat hubungan antara latihan Zumba dengan nilai FEV1.Kata kunci: aktifitas fisik, zumba, FEV1
Pengaruh lamanya paparan energi panas terhadap suhu tubuh dengan metode mandi uap pada wanita dewasa Wangean, Lesley Z.; Lintong, Fransiska; Rumampuk, Jimmy F.
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.10871

Abstract

Abstract: In the medical field, heat energy has been often used in the treatment of various types of diseases. The steam bath is one example of the methods of treatment with heat energy by conduction. If there is a temperature difference between two objects, the heat is transferred by conduction from the hotter object to the colder object. This study aimed to obtain the effect of steam on changes of body temperature during a 20-minute steam bath. This was an analytical study with a cross sectional design. Samples were obtained by using random sampling. There were 40 adult women aged 20-25 years who met the inclusion criteria: having a normal BMI, and without hypertension, asthma, or heart disease. The study was conducted at Tikala Shiatsu Sario Manado. Data were analyzed by using SPSS and Paired T Test. The results showed a very significant difference in temperatures before and after the steam bath in the 10th minute (p < 0.001), 15th minute (p < 0.001), and the 20th minute (p < 0.001). Conclusion: There was a very significant difference between the body temperatures before and after the steam bath.Keywords: temperature , steam bathAbstrak. Dalam bidang kedokteran, energi panas sudah sering dimanfaatkan dalam penyembuhan berbagai macam jenis penyakit. Mandi uap termasuk dalam salah satu contoh pengobatan energi panas dengan metoda konduksi. Bila terdapat perbedaan temperatur antara kedua benda maka panas akan ditransfer secara konduksi yaitu dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mandi uap terhadap perubahan suhu tubuh selama mandi uap selama 20 menit. Jenis penelitian ini yaitu analitik dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel secara simple random sampling berjumlah 40 orang wanita dewasa usia 20-25 tahun yang memenuhi kriteria inklusi yaitu tidak terdapat penyakit Hipertensi, Asma dan Penyakit Jantung, serta memiliki IMT normal. Lokasi penelitian bertempat di Tikala Shiatsu Sario Manado. Data dianalisis dengan SPSS dan Uji T Berpasangan. Hasil penelitian mendapatkan adanya perbedaan yang sangat bermakna antara suhu sebelum dan sesudah mandi uap pada menit ke-10 (p < 0,001), menit ke-15 (p < 0,001), dan menit ke-20 (p < 0,001). Simpulan: Terdapat perbedaan yang sangat bermakna antara hasil pengukuran suhu tubuh sebelum mandi uap dan sesudah mandi uap.Kata kunci: suhu tubuh, mandi uap
Uji kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan cuka aren Sormin, Learny T.M.; Rumampuk, Jimmy F.; Wowor, Vonny N.S.
e-GiGi Vol 5, No 1 (2017): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.5.1.2017.14771

Abstract

Abstract: Acrylic resin is a material used for denture base frequently used in field dentistry. One characteristic of an acrylic resin is its strength against pressure. Strength is needed in a denture withstand the force from chewing received by the denture. The strength of a denture base material can be affected by the user’s habit of eating acidic food and beverages. Palm vinegar is an acidic kitchen ingredient obtained from the fermentation of palm sap and is usually used in North Sulawesi’s snack called gohu which is widely consumed by the population. This study was aimed to determine the transverse strength of an acrylic resin plate after being soaked in a palm vinegar solution. This was a laboratory study with a post-test control group design. There were 24 samples distributed in one control group and three treament groups. The samples were immersed for 5 and 10 days in the palm vinegar solution. The transverse test used a Universal Testing Machine. The results showed that after 5 days, the average transverse strength of acrylic resin plate was 94 N/mm2 in the less acidic palm vinegar solution; 88.3 N/mm2 in the acidic solution; and 80 N/mm2 in the highly acidic solution. After 10 days the average transverse of acrylic resin plate was 89.3 N/mm2 in the less acidic palm vinegar solution; 87.7 N/mm2 in the acidic solution, 46,3 N/mm2 in the high acidic solution. Conclusions: The higher the concentration levels of palm vinegar in the solution, the lower the transverse strength of acrylic resin.Keywords: acrylic resin, palm vinegar solution, transverse strength  Abstrak: Resin akrilik merupakan bahan basis gigi tiruan yang sudah sering dipakai di bidang kedokteran gigi. Salah satu sifat resin akrilik ialah kuat terhadap tekanan. Kekuatan basis dibutuhkan antara lain untuk menahan kekuatan daya kunyah yang diterima oleh gigi tiruan. Kekuatan bahan basis gigi tiruan dapat dipengaruhi oleh kebiasaan pengguna gigi tiruan dalam mengonsumsi makanan dan minuman bersifat asam. Cuka aren ialah salah satu bahan dapur yang bersifat asam yang didapat dari hasil fermentasi nira aren dan biasanya dipakai dalam jajanan tradisional khas Sulawesi Utara yakni gohu. Jajanan tersebut banyak dikonsumsi oleh masyarakat Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan transversal plat resin akrilik setelah direndam dalam larutan cuka aren. Jenis penelitian ialah laboratorik dengan post-test control group design. Sampel penelitian sebanyak 24 buah plat resin akrilik yang didistribusikan dalam 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan. Perendaman plat tersebut dilakukan selama 5 dan 10 hari. Uji kekuatan transversal dilakukan menggunakan alat Universal Testing Machine. Hasil penelitian mendapatkan setelah 5 hari perendaman dalam larutan cuka aren kurang asam rerata kekuatan transversal plat resin akrilik sebesar 94 N/mm2; sebesar 88,3 N/mm2 dalam larutan asam; dan sebesar 80 N/mm2 dalam larutan sangat asam. Setelah 10 hari perendaman dalam larutan cuka aren kurang asam rerata kekuatan transversal plat resin akrilik sebesar 89,3 N/mm2 sebesar 87,7 N/mm2 dalam larutan asam dan sebesar 46,3 N/mm2 dalam larutan sangat asam. Simpulan: Semakin tinggi kadar konsentrasi keasaman larutan cuka aren, semakin rendah kekuatan transversal resin akrilik.Kata kunci: resin akrilik, larutan cuka aren, kekuatan transversal
ANALISIS GANGGUAN PENDENGARAN PADA PENYELAM DI DANAU TONDANO DESA WATUMEA KECAMATAN ERIS KABUPATEN MINAHASA PROVINSI SULAWESI UTARA 2014 Ruslam, Rahayu D. C.; Rumampuk, Jimmy F.; Danes, Vennetia R.
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.7409

Abstract

Abstract: Hearing disorder is the change in the level of hearing which resulted in difficulties in carrying out a normal life, usually in terms of understanding speech. This study aimed to analyze hearing disorder that may arise among the divers in Watumea Eris, North Sulawesi, in 2014. This was an analytical study using a cross sectional approach. Population consisted of all divers in Lake Tondano during 2014. Samples were 20 people, obtained by using a purposive sampling technique based on the needs of researcher. The results of the analysis in the form of age (p = 0.157), education (p = 0.662), tenure (p = 0.850), history of the disease (p = 0.897), diving frequency (p = 0.577), using protective equipment (p = 0.075), diving depth (p = 0.526), and duration of diving (p = 0.964). Conclusion: There was no correlation of diving and hearing disorder among divers at lake Tondano Watumea Eris village district of Minahasa North Sulawesi Province during 2014.Keywords: hearing disorder, diversAbstrak: Gangguan pendengaran adalah perubahan tingkat pendengaran yangmengakibatkan kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalamhal memahami pembicaraan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gangguan pendengaran yang dapat timbul pada penyelam di desa Watumea Kecamatan Eris Provinsi Sulawesi Utara 2014. Penelitian ini merupakan jenis analitik dengan pendekatan potong lintang. Populasi ialah semua penyelam di danau Tondano selama 2014. Jumlah sampel 20 orang, diperoleh dengan teknik purposive sampling berdasarkan kebutuhan penelitian. Hasil penelitian memperlihatkan nilai p untuk umur p=0,157, pendidikan p=0,662, masa kerja p=0,850, riwayat penyakit p=0,897, frekuensi menyelam p=0,577, menggunakan alat pelindung p=0,075, kedalaman menyelam p=0,526, dan lama menyelam p=0,964. Simpulan: Tidak terdapat hubungan menyelam dengan gangguan pendengaran pada penyelam di danau Tondano desa Watumea Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara selama 2014.Kata kunci: gangguan pendengaran, penyelam
Perbandingan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Olahraga Angkat Berat Manansang, Griffta R.; Rumampuk, Jimmy F.; Moningka, Maya E. W.
e-Biomedik Vol 6, No 2 (2018): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v6i2.21585

Abstract

Abstract: Physical exercise involves musculoskeletal system as well as the other systems inter alia cardiovascular system, respiratory system, and excretory system. During exercise, the organs experience acute adaptation, one of which is the increased work of the heart which can be monitored through blood pressure. Blood pressure can vary depending on the situations including physical exercise. This study was aimed to obtain the difference in blood pressure of weight lifters before and after weight lifting. A non-random sampling technique was performed with a cross-sectional design. This study was conducted at Hardcore Gym Manado from November to December 2015. There were 38 subjects consisting of 27 males (71.1%) and 11 females (28.9%). The results showed that there were differences in systolic and diastolic blood pressures between before and after weight lifting, as follows: the means of systolic blood pressure before and after weight lifting were 113.947±7.8290 vs 197.315±9.4871 mmHg and the means of diastolic blood pressure before and after weight lifting were 77.157±5.3551 vs. 95.473±4.0983 mmHg. The Wilcoxon signed rank test showed a significant difference in blood pressure before and after weight lifting (P=0.000). Conclusion: There are differences in blood pressure before and after weight lifting among weight lifters.Keywords: blood pressure, weight lifting Abstrak: Olahraga tidak hanya melibatkan sistem muskuloskeletal semata, namun juga mengikutsertakan sistem lain seperti sistem kardiovaskular, sistem respirasi, sistem ekskresi. Organ-organ tubuh mengalami adaptasi akut, salah satunya meningkatkanya kerja jantung yang dapat dilihat melalui tekanan darah. Tekanan darah dapat berubah-ubah bergantung situasi seperti olahraga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tekanan darah sebelum dan sesudah olahraga angkat berat. Penelitian ini dilakukan pada pelaku olahraga angkat berat di Hardcore Gym Manado yang dilaksanakan pada bulan November-Desember 2015. Penelitian ini menggunakan teknik non random sampling dengan desain potong lintang yang dilakukan pada 38 subyek. Subyek berjenis kelamin laki-laki sebanyak 27 orang (71,1%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 11 orang (28,9%). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan hasil pengukuran tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD) sebelum dan sesudah olahraga angkat berat yaitu TDS sebelum dan sesudah olahraga angkat berat sebesar 113,947±7,8290 vs 197,315±9,4871 mmHg dan TDD sebelum dan sesudah olahraga angkat berat sebesar 77,157±5,3551 vs 95,473±4,0983 mmHg. Hasil uji Wilcoxon signed rank test menunjukkan perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah olahraga angkat berat yang bermakna dengan nilai P=0,000. Simpulan: Terdapat perbedaan tekanan darah yang bermakna sebelum dan sesudah olahraga angkat berat pada pelaku olahraga angkat berat.Kata kunci: tekanan darah, olahraga angkat berat
Hubungan penggunaan smartphone dengan fungsi penglihatan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado angkatan 2016 Bawelle, Christo F.N.; Lintong, Fransiska; Rumampuk, Jimmy
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14865

Abstract

Abstract: Smartphone is a kind of cellular phone that has high capability, and worked by radiate the electromagnetic radiation of radio frequency. The eye is visual sense that can capture the reflected light beam of an object. The increased of using smartphone nowadays made the community worry about the effects of smartphone radiation for health especially on the visual function. Objective: To know the correlation between the duration of using smartphone with visual function, and to know the correlation between the intensity of using smartphone with visual function in students of Medical Faculty Unsrat 2016 generation. Method: The research conducted was analytic survey with used cross sectional approach, the research conducted on Oktober 2016 at Department of Physics in Medical Faculty of Manado Sam Ratulangi University. Result: Based on the analysis result by Chi Square test obtained p= 0,033 which means there was the correlation between the duration of using smartphone with the visual function, and there was no correlation the between intensity of using smartphone with visual function with score p=0,786. Conclusion: There was a correlation between the duration of using smartphone with visual function in students of Medical Faculty Manado Sam Ratulangi University. There was no correlation between the intensity of using smartphone with visual function in students of Medical Faculty Manado Sam Ratulangi University.Keywords: smartphone, visual function Abstrak: Smartphone merupakan sejenis telepon seluler yang mempunyai kemampuan tinggi, dan bekerja dengan cara memancarkan sejenis radiasi elektromagnetik radio frekuensi. Mata merupakan indra penglihatan yang dapat menangkap berkas cahaya yang dipantulkan dari sebuah benda. Peningkatan penggunaan smartphone di era sekarang ini menimbulkan kekhawatiran pada masyarakat tentang efek radiasi sinar smartphone terhadap kesehatan terutama fungsi penglihatan. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara lama penggunaan smartphone dengan fungsi penglihatan, dan untuk mengetahui hubungan antara intensitas penggunaan smartphone dengan fungsi penglihatan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2016. Metode: Penelitian yang dilakukan bersifat survei analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional, penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2016 di Bagian Fisika Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Hasil: Berdasarkan hasil analisis dengan uji Chi Square diperoleh p=0,033 yang artinya ada hubungan lama penggunaan smartphone dengan fungsi penglihatan. Tidak terdapat hubungan secara statistik antara intensitas pengguanaan smartphone dengan fungsi penglihatan dengan nilai p=0,786. Simpulan: Ada hubungan antara lama penggunaan smartphone dengan fungsi penglihatan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Tidak ada hubungan antara intensitas penggunaan smartphone dengan fungsi penglihatan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.Kata kunci: smartphone, fungsi penglihatan
ANALISIS PERBEDAAN PADA UJI KUALITAS AIR SUMUR DI KELURAHAN MADIDIR URE KOTA BITUNG BERDASARKAN PARAMETER FISIKA Parera, Melati J.; Supit, Wenny; Rumampuk, Jimmy F.
eBiomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.1.1.2013.4584

Abstract

Abstract: Limited availability of raw water is one of the problems encountered in the provision of water services in Indonesia. The purpose of this study is to determine the difference in the quality of well water within 0-100 meters and within 101-200 meters from the beach by measuring physical parameters, i.e.unclearness. The number of samples in this study were 65 wells owned by residents in the Village of Madidir Ure and from those wells there are 25 with a distance of 0-100 meters and 40 with a distance of 101-200 meters from the beach.The parameters were observed referring to the Regulation of the Minister of Health of Indonesia Number 479/Menkes/Per/IV/2010 about the Terms and Water Quality Monitoring, including the physical parameters such as unclearness measured by using turbidity. Data collection methods used in this study is a cross sectional and the laboratory analysis was done in “Badan Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL)” Manado.  The results, show water quality from the well within distance of 0-100 meters exceeds a set of maximum levels of more than 5 NTU, while the result of the water quality within 101-200 meters does not exceed the maximum of 5 NTU. Conclusion: there is a difference in the quality of water in the Village of Madidir Bitung City Ure taken from the well within a distance of 0-100 meters and the well within 101-200 meters from the beach. Keywords: Water Quality, Well, Parameter physics     Abstrak: Terbatasnya ketersediaan air baku adalah salah satu masalah yang dihadapi dalam penyediaan layanan air bersih di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kualitas air sumur yang berjarak 0-100 meter dan 101-200 meter dari tepi pantai dengan parameter ukur fisika. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 65 sumur milik penduduk di Kelurahan Madidir Ure dan keseluruhan sumur tersebut ada 25 sumur dengan jarak 0-100 meter dan 40 sumur dengan jarak 101-200 meter dari tepi pantai. Adapun parameter yang diamati mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 479/Menkes/ Per/IV/2010 tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air yang meliputi parameter fisika seperti kekeruhan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross sectional atau potong lintang dan dianalisis di laboratorium Badan Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Manado. Hasil penelitian menunjukkan kualitas air dengan jarak 0-100 meter melebihi kadar maksimum yang ditetapkan yaitu lebih dari 5 NTU (Nephlometer Turbidity Unit), sedangkan kualitas air dengan jarak 101-200 meter hasilnya tidak melebihi kadar maksimum yang telah ditetapkan yaitu kurang dari 5 NTU (Nephlometer Turbidity Unit). Simpulan: terdapat perbedaan kualitas air sumur di Kelurahan Madidir Ure Kota Bitung yang diukur dari jarak 0-100 meter dan 101-200 meter dari tepi pantai. Kata kunci: Kualitas air, Sumur, Parameter fisika
Pengaruh perendaman plat resin akrilik dalam larutan kopi dengan berbagai kekentalan terhadap perubahan volume larutan kopi Togatorop, Rachel S.; Rumampuk, Jimmy F.; Wowor, Vonny N.S.
e-GiGi Vol 5, No 1 (2017): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.5.1.2017.14738

Abstract

Abstract: Acrylic resin is a denture base material that is still used in the field of dentistry. Porosity, one of the properties of a denture base material, can lead to absorption of fluid in the mouth, one of them is coffee. Porosity that occurs in a denture base material can cause discoloration. Coffee is favored by most people. Coffee contains tannins, a polyphenol compound, that can be absorbed through the porous of the denture base which can cause discoloration of the denture base. This study was aimed to determine the effect of acrylic resin plate immersed in coffee solution with various viscosity to the changes in volume of coffee solution. This was a pre laboratory experimental study with a pre and post test only control group design. Samples were 18 acrylic resin plates with a size of 65 x 10 x 2.5 mm. Each treatment group consisted of 6 samples. The samples were divided into 3 treatment groups that were soaked in coffee 2 g, 4 g, and 6 g for 7 days. The results showed that after 7 days of immersing resin acrylic plates in coffee solution with various viscosity, the changes of the volumes of coffee solution had a mean of 0.064 for 2 g; 0.147 for 4 g; and 0.244 for 6 g. The one-way ANOVA test resulted in a p value of 0.00. Conclusion: There was a significant effect of resin acrylic immersed in a coffee solution with various viscosity to the changes in the volume of coffee solution.Keywords: acrylic resin, changes in volume of the solution of coffee, coffee Abstrak: Resin akrilik merupakan bahan basis gigi tiruan yang sampai saat ini masih digunakan dalam bidang Kedokteran Gigi. Porositas merupakan salah satu sifat basis gigi tiruan. Adanya porositas pada basis gigi tiruan dapat mengakibatkan terserapnya cairan yang masuk dalam mulut salah satunya yaitu kopi. Porositas yang terjadi pada basis gigi tiruan dapat menyebabkan perubahan warna pada basis gigi tiruan. Kopi merupakan salah satu minuman yang banyak digemari masyarakat. Kopi mengandung tanin suatu senyawa polifenol yang dapat terserap masuk melalui porus pada basis gigi tiruan dan menyebabkan perubahan warna pada basis gigi tiruan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman plat resin akrilik dalam larutan kopi dengan berbagai kekentalan terhadap perubahan volume larutan kopi. Jenis penelitian ialah pra eksperimental laboratorium dengan pre and post test only control group design. Sampel terdiri dari 18 plat resin akrilik dengan ukuran 65 x 10 x 2,5 mm. Sampel dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan yang di rendam dalam kopi 2gr, 4gr, dan 6gr selama 7 hari. Masing-masing kelompok perlakuan terdiri dari 6 sampel. Hasil penelitian mendapatkan setelah 7 hari perendaman plat akrilik dalam larutan kopi dengan berbagai kekentalan terhadap perubahan volume larutan kopi memiliki rerata kopi 2 gr sebesar 0,064, kopi 4 gr sebesar 0,147. dan kopi 6 gr sebesar 0,244. Uji One-way Anova menunjukkan adanya pengaruh perendaman resin akrilik dalam larutan kopi dengan berbagai kekentalan terhadap perubahan volume larutan kopi dengan p=0,00. Simpulan: Terdapat pengaruh bermakna dari perendaman resin akrilik dalam larutan kopi dengan berbagai kekentalan terhadap perubahan volume larutan kopiKata kunci: resin akrilik, perubahan volume larutan kopi, kopi