Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

MEMBRAN ALGINAT SEBAGAI PEMBALUT LUKA PRIMER DAN MEDIA PENYAMPAIAN OBAT TOPIKAL UNTUK LUKA YANG TERINFEKSI Mutia, Theresia; Eriningsih, Rifaida; Safitri, Ratu
Jurnal Riset Industri Vol 5, No 2 (2011): Penelitian Untuk Meningkatkan Daya Saing Industri
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (786.795 KB)

Abstract

Alginat sampai saat ini belum dimanfaatkan untuk tekstil medis, terutama sebagai produk alternatif pembalut luka primer. Dari penelitian terdahulu diperoleh membran alginat berdaya serap tinggi, bersifat anti bakteri dan dapat mempercepat  penyembuhan  luka,  namun  bukan  antibiotik.   Penelitian  ini  adalah  penelitian  lanjutan  yang bertujuan untuk membuat membran alginat yang mengandung obat (Basitrasin dan Neomisin), agar dihasilkan membran  dengan  kualitas  lebih  baik,  karena  dapat  menyembuhkan  luka  yang  terinfeksi.  Oleh  karenanya diperlukan penelitian  lanjutan.  Pengujian yang dilakukan meliputi uji fisika, analisa gugus fungsi dan struktur mikro serta uji pre klinis.Penelitian ini berhasil mendapatkan membran yang dapat mempercepat penyembuhan luka yang  terinfeksi. Diharapkan, produk ini dapat digunakan untuk mensubstitusi kebutuhan pembalut luka impor. Dengan demikian, apabila   bahan   bakunya berasal dari sumber daya alam yang ada,  maka selain akan lebih ekonomis lagi, diharapkan terciptanya diversifikasi produk yang mempunyai nilai tambah.Dari  hasil  uji  ternyata kualitas produk  dipengaruhi  oleh  kondisi  proses.  Semakin  besar  konsentrasi  alginat, membran semakin kuat, berat dan tebal, namun mulurnya berkurang.  Membran memenuhi beberapa kriteria sebagai pembalut luka dan media penyampaian obat topikal, yaitu berdaya absorpsi tinggi, berpori, memiliki sifat fisik yang memadai, dan dapat mempercepat penyembuhan luka yang terinfeksi.Kata kunci: tekstil medis, pembalut luka primer, media penyampaian obat topikal, alginat, Sargassum Sp
PENGGUNAAN MEMBRAN ALGINAT SEBAGAI PRODUK ALTERNATIF TEKSTIL MEDIS PEMBALUT LUKA PRIMER PADA KELINCI ALBINO JANTAN Mutia, Theresia; Safitri, Ratu; Eriningsih, Rifaida
Arena Tekstil Vol 26, No 1 (2011)
Publisher : Arena Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (601.372 KB)

Abstract

Untuk mengetahui apakah membran alginat dapat digunakan sebagai produk alternatif tekstil medispembalut luka primer, maka telah dilakukan uji pre klinis untuk mengobati luka pada kulit kelinci albino jantan,sesuai dengan standar yang berlaku (OCDC Guidelines for the testing of Chemicals, 404). Percobaan dilakukanterhadap tiga ekor kelinci albino jantan, yaitu dengan melukai bagian kiri dan kanan punggung kelinci. Bagiankanan punggung kelinci ditempelkan pembalut luka yang kontak langsung dengan luka, sedangkan bagian kirinyatidak (sebagai kontrol). Adapun waktu pengamatannya adalah 1 jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Dari hasilpercobaan diketahui bahwa membran dapat mempercepat penyembuhan luka dan tidak menyebabkan iritasi kulit,bahkan setelah tiga hari hampir tidak terlihat adanya goresan bekas luka.
SERAT NANO GELATIN/POLIVINIL ALKOHOL UNTUK KEPERLUAN TEKSTIL MEDIS Mutia, Theresia; Eriningsih, Rifaida; Safitri, Ratu
Jurnal Riset Industri Vol 7, No 3 (2013): Pengembangan Subtitusi Impor Mendukung Kemandirian Bangsa
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Material berserat nano penting dalam rangka mencari bahan yang kompetitif, strategis dan ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang. Serat nano untuk produk teksti medis  berukuran  lebih kecil dari 500 nm. Di bidang medis, biomaterial yang banyak digunakan antara lain alginat, chitosan dan gelatin, karena sifatnya yang nontoksik, biodegradable, biocompatible dan dapat mempercepat pertumbuhan sel baru. Gelatin merupakan protein yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen yang terdapat pada kulit, otot dan tulang. Gelatin banyak digunakan di berbagai bidang, termasuk bidang medis, misalnya untuk pembalut luka, scafold (untuk rekayasa jaringan) dan lain sebagainya. Namun,  sampai saat ini produk tersebut belum dimanfaatkan sebagai bahan baku tekstil medis melalui proses elektrospining. Padahal produk akhirnya akan berkualitas tinggi, karena memiliki luas permukaan yang sangat besar dan berpori. Tujuan penelitian ini adalah membuat lembaran tipis (membran) dari serat gelatin/polivinil alkohol dengan metoda elektrospining untuk produk tekstil medis berkualitas nano, yang dapat digunakan sebagai  pembalut luka.  Percobaan dilakukan menggunakan variasi kondisi proses agar diperoleh kondisi yang optimal. Pengujian yang dilakukan  meliputi analisa gugus fungsi dan struktur mikro serta uji pre klinis. Dari hasil uji diketahui bahwa produk dapat digolongkan sebagai produk tekstil medis berkualitas nano. Produk hasil penelitian ini telah lolos uji pre klinis dan dapat digunakan sebagai pembalut luka, karena tidak menyebabkan iritasi serta dapat mempercepat penyembuhan luka. Kata kunci:  gelatin, serat berskala mikro hingga nano, elektrospining, tekstil medis, pembalut luka
SERAT NANO GELATIN/POLIVINIL ALKOHOL UNTUK KEPERLUAN TEKSTIL MEDIS Mutia, Theresia; Eriningsih, Rifaida; Safitri, Ratu
Jurnal Riset Industri Vol 7, No 3 (2013): Pengembangan Subtitusi Impor Mendukung Kemandirian Bangsa
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Material berserat nano penting dalam rangka mencari bahan yang kompetitif, strategis dan ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang. Serat nano untuk produk teksti medis  berukuran  lebih kecil dari 500 nm. Di bidang medis, biomaterial yang banyak digunakan antara lain alginat, chitosan dan gelatin, karena sifatnya yang nontoksik, biodegradable, biocompatible dan dapat mempercepat pertumbuhan sel baru. Gelatin merupakan protein yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen yang terdapat pada kulit, otot dan tulang. Gelatin banyak digunakan di berbagai bidang, termasuk bidang medis, misalnya untuk pembalut luka, scafold (untuk rekayasa jaringan) dan lain sebagainya. Namun,  sampai saat ini produk tersebut belum dimanfaatkan sebagai bahan baku tekstil medis melalui proses elektrospining. Padahal produk akhirnya akan berkualitas tinggi, karena memiliki luas permukaan yang sangat besar dan berpori. Tujuan penelitian ini adalah membuat lembaran tipis (membran) dari serat gelatin/polivinil alkohol dengan metoda elektrospining untuk produk tekstil medis berkualitas nano, yang dapat digunakan sebagai  pembalut luka.  Percobaan dilakukan menggunakan variasi kondisi proses agar diperoleh kondisi yang optimal. Pengujian yang dilakukan  meliputi analisa gugus fungsi dan struktur mikro serta uji pre klinis. Dari hasil uji diketahui bahwa produk dapat digolongkan sebagai produk tekstil medis berkualitas nano. Produk hasil penelitian ini telah lolos uji pre klinis dan dapat digunakan sebagai pembalut luka, karena tidak menyebabkan iritasi serta dapat mempercepat penyembuhan luka. Kata kunci:  gelatin, serat berskala mikro hingga nano, elektrospining, tekstil medis, pembalut luka
Analisis Filogenetik Gen L1 Human Papillomavirus 16 pada Penderita Kanker Serviks di Bandung Fadhilah, Fitri Rahmi; Sahiratmadja, Edhyana K.; Safitri, Ratu; Maskoen, Ani Melani; Susanto, Herman
Majalah Kedokteran Bandung Vol 47, No 3 (2015)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (668.585 KB)

Abstract

Infeksi human papillomavirus (HPV) tipe high risk (hr) yang kronik dapat menyebabkan kanker serviks. Berbagai genotipe hrHPV telah teridentifikasi dan HPV-16 merupakan genotipe yang tersering menginfeksi serviks. Fragmen L1 HPV dapat digunakan untuk mengidentifikasikan asal usul HPV. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi asal usul HPV-16 dengan membuat pohon filogenetik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Penelitian dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Unit Penelitian Kesehatan, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung pada Februari hingga Agustus 2013. Isolat biopsi dari pasien kanker serviks disumbangkan oleh Departemen Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung. Isolasi DNA dibuat dari biopsi jaringan kanker serviks dan fragmen L1 diamplifikasi dengan desain primer sendiri. Infeksi dengan HPV-16 dikonfirmasi dengan Linear Array test (Roche). Sekuens urutan basa kemudian dimasukkan dalam program filogenetik (MEGA5). Hasil konstruksi menunjukkan isolat pasien kanker serviks dari Bandung berada dalam satu subgrup dengan HPV asal Asia dan Asia Timur. Simpulan, cluster HPV Indonesia berada pada galur Asia dan Asia Timur. [MKB. 2015;47(3):174–78]Kata kunci: Filogenetik, fragmen L1,  human papillomavirus 16 (HPV-16)Phylogenetic Analysis of Human Papillomavirus 16 L1 Gene from Cervical Cancer Patient in BandungAbstractChronic infection with high-risk (hr) human papillomavirus (HPV) can lead to cervical cancer. Various hrHPV genotypes have been identified and HPV genotype 16 is the most common genotypes that infect cervical cancer. HPV L1 fragment can identify the origin of HPV. The purpose of this study was to explore the origins of HPV-16 by making a phylogenetic tree. This study used analytical descriptive method and was  was conducted at the Laboratory of Molecular Genetics, Health Research Unit, Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran Bandung in the period of February to August 2013. Biopsy from cervical cancer patient was donated by the Department of Obstetrics, Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran, Bandung. Isolation of DNA was prepared from tissue biopsies of cervical cancer and L1 fragment was amplified with the specific primer. Infection with HPV-16 was confirmed by Linear Array test (Roche) design. The sequence then was constructed using the phylogenetic program (MEGA5). Results showed that the isolate from patient with cervical cancer from Bandung was in one subgroup with HPV from Asia and East Asia. In conclusion, cluster HPV of Bandung is in the same strain as the strain in Asia and East Asia. [MKB. 2015;47(3):174–78]Key words: Human papillomavirus 16 (HPV-16), L1 fragment, phylogenetic DOI: 10.15395/mkb.v47n3.598
HISTOPATHOLOGICAL STRUCTURE OF THE RAT KIDNEY AFTER ADMINISTRATION OF SAPPAN WOOD EXTRACT (Caesalpinia sappan L.) IN IRON OVERLOAD CONDITION Jeri Nobia Purnama; Firdawati, Nurul; Khristian, Erick; Safitri, Ratu; Utama, Gemilang Lara; Fakhira, Anisa Muthia
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 26 No. 2 (2024): JURNAL BIOSAINS PASCASARJANA
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jbp.v26i2.2024.87-98

Abstract

Excessive amounts of iron in the body can lead to damage to various organs, including the kidneys. Iron chelators have been demonstrated to effectively reduce the accumulation of this excess iron. This study aims to investigate the impact of administering sappan wood extract (Caesalpinia sappan) as an adjuvant to iron chelators on the structure and function of kidneys in a rat model of iron overload. The experimental research, spanning 28 days, employed a Completely Randomized Design (CRD) involving 30 male Wistar rats (Rattus norvegicus) distributed across 6 test groups. Iron dextran at 60 mg/kg bb induced iron overload, while a comparative iron chelator, deferiprone, was given at 1.35 mg/kg bb. Various doses of Sappan wood extract (SWE) 100, 150, and 200 mg/kg bb were administered to separate test groups. The parameters that are being observed include the distribution of iron and the structure of kidney injury. At a 95% confidence level, the acquired data were examined using analysis of variance (ANOVA), and the Duncan test was used to see whether there were any differences. The study's findings demonstrated that each treatment group's kidney iron levels differed from the excess iron-containing control group (p <0.05). The histological investigation results demonstrated a significant difference in damage scores (p <0.05) between the groups administered secang wood extract and the excess besei control group. Adminstered of 100 mg/kgbw dose of EKS might lower their organ iron levels and lessen the harm that the iron did to their kidneys. Keyword: Sappan Wood (Caesalpinia sappan L.), Iron Overload, Kidney
Intravenous administration of iron dextran as a potential inducer for hemochromatosis: Development of an iron overload animal model Khristian, Erick; Ghozali, Mohammad; Bashari, Muhammad H.; Purnama, Jeri N.; Irianto, Gunawan; Panigoro, Ramdan; Safitri, Ratu
Narra J Vol. 4 No. 3 (2024): December 2024
Publisher : Narra Sains Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52225/narra.v4i3.1003

Abstract

Iron overload in transfusion-dependent thalassemia patients represents a significant public health challenge due to its high mortality rate and risks of severe complications. Therefore, developing safe and effective therapeutic modalities for managing iron overload is critical, as current animal models inadequately replicate human conditions. The aim of this study was to investigate the effects of intravenous iron dextran on hepatocyte morphology, liver iron concentration, and serum iron profile changes as a model for hemochromatosis. An experimental design with a post-test-only control group method was conducted using animal models. Fifty rats were used and divided into ten groups, nine received different intravenous doses of iron dextran: 10, 20, 30, 40, 50, 60, 80, 100, and 120 mg/kg body weight (BW) and a control group received no treatment. The results showed that intravenous iron dextran starting at a dose of 10 mg/kg BW caused significant changes in liver iron concentration while starting at 20 mg/kg BW significantly affected hepatocyte morphology, transferrin levels, unsaturated iron binding capacity, serum iron levels, and transferrin saturation. Intravenous iron dextran starting at 40 mg/kg BW resulted significant changes in the level of total iron binding capacity compared to control group. In conclusion, intravenous iron dextran significantly altered hepatocyte morphology, increased liver iron concentration, and modified the serum iron profile, reflecting changes that might be observed in patients with transfusion-dependent thalassemia.
In Silico Study of Brazilin from Secang Wood (Caesalpinia Sappan L) as a Candidate for Splenomegaly Therapy Youngest, Racy; Rusdianto, Rusdianto; Kamisah, Yusof; Maskoen, Ani Melani; Safitri, Ratu
International Journal of Health Science and Technology Vol. 6 No. 3 (2025): April
Publisher : Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31101/ijhst.v6i3.4032

Abstract

Brazilin is a flavonoid found in secang (sappan) wood extract (Caesalpinia sappan L) currently undergoing clinical trials in phase 2 for the treatment of thalassemia patients. It is recognized for its antioxidant effects and its efficacy as a strong iron chelator, facilitating the binding and excretion of excess iron in the bloodstream of patients with thalassemia. This flavonoid compound may serve as a Janus kinase 2 (JAK2) inhibitor through the EPO/EPOR/JAK2/STAT5 pathway, which is responsible for splenomegaly (enlarged spleen). This study aims to investigate the mechanism by which sappan wood metabolite chemicals (brazilin) inhibit JAK2 in silico. This inhibition is expected to reduce splenomegaly in thalassemia patients and serve as an alternative to ruxolitinib (conventional medications). The pharmacokinetic profile of the ligand is predicted according to Lipinski's rule, while the binding energy (ΔG), initiation constant, and chemical bonds are examined using molecular docking with AutoDock v.4.25. This study successfully determined that brazilin, with a binding energy of -8.37 kcal/mol, is comparable to ruxolitinib, which has a binding energy of -8.71 kcal/mol. This finding shows that brazilin derived from sappan wood contains bioactive chemicals with potential JAK2 inhibitory activities. This finding establishes a foundation for further research aimed at developing new therapeutic agents for the treatment of splenomegaly in β-thalassemia and associated disorders.
Aplikasi Helicoverpa Armigera Nuclear Polyhedrosis Virus Subkultur (Hanpv1) pada Ectropis Burmitra Miranti, Mia; Safitri, Ratu; Melanie, M; Fitriani, Nurullia
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2016: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.241 KB)

Abstract

Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV) telah diproduksi pada larva Spodoptera litura. Virus hasil produksi tersebut adalah Helicoverpa armígera Nuclear Polyhedrosis Virus Subkultur atau HaNPV1. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif eksplorasi dengan menginfeksikan larva instar dua, tiga dan empat Ectropis burmitra (ulat jengkal daun teh) dengan sediaan HaNPV1 yang dioleskan pada pakan larva dengan konsentrasi virus yang digunakan sebesar 4 x 102, 4 x 104 dan 4 x 106 polihedra/ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematian larva instar dua, tiga dan empat Ectropis burmitra yangdiinfeksi virus dengan konsentrasi 4 x 102, 4 x 104 dan 4 x 106 polihedra/ml antara 80%-100%. Efektivitas infeksi HaNPV1 hingga 100% pada larva E. burmitra instar dua untuk semua konsentrasi infeksi. Akan tetapi semakin tua instar larva, tingkat kematian turun menjadi 80% pada larva instar tiga dan empat yang diinfeksi HaNPV1 dengan konsentrasi sebesar 4 x 102 polihedra/ml. Pada konsentrasi virus sebesar 4 x 106 polihedra/ml seluruh larva instar dua, tiga dan empat mencapai tingkat kematian 100%. Tingkat kematian yang tinggi terjadi pada larva ini karena E. burmitra masih satu ordo dengan H. armigera (sebagai inang utama HaNPV) dan S. litura yaitu Ordo Lepidoptera
PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI ACI AREN UNTUK MENINGKATKAN NILAI TAMBAH INDUSTRI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT: PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI ACI AREN UNTUK MENINGKATKAN NILAI TAMBAH INDUSTRI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Safitri, Ratu; Yulia, Tri; Kuntana, Yasmi P.
Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora Vol 4 No 2 (2022): Jurnal Kajian Budaya dan Humaniora (JKBH), Juni 2022
Publisher : PT. RANESS MEDIA RANCAGE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61296/jkbh.v4i2.20

Abstract

Kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Sukamaju, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang ini bertujuan untuk mengolah limbah Pati Aren (Arenga Pinnata). Dengan demikian limbah industri pati Aren akan memberi nilai tambah ekonomi bagi pemilik industi dan sekaligus meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat. Pelatihan pengolahan limbah pati Aren diperlukan untuk memberi pengetahuan dan keterampilan bagi pengusaha lokal dan pemerintahan desa untuk tidak membuang limbah cair atau pun padat sebelum di olah ke lingkungan. Pelatihan fermentasi limbah cair industri pati aren menjadi pupuk organik cair. Limbah cair pati aren memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi dengan kadar BOD5 2985 mg/L dan COD 8740 mg/L sangat potensial untuk di ubah menjadi pupuk cair. Proses pembuatan pupuk organik cair ini adalah fermentasi limbah cair oleh mikroorganisme fungsional untuk menghilangkan bau dan untuk produksi biofertilizer lengkap yang mengandung hormon tumbuhan, unsur hara dan biomasa sel miroorganisme fungsional. Program pengabdian kepada masyarakat meliputi observasi lapangan, penyuluhan dan pelatihan.