Articles
PREVALENSI ANEMIA PADA ANAK 2-4 TAHUN DI DKI JAKARTA SERTA FAKTOR RISIKONYA
Iman Sumarno;
Vita Kartika;
Edwi Saraswati
GIZI INDONESIA Vol 28, No 1 (2005): Maret 2005
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.36457/gizindo.v28i1.14
Anemia in young children causes retardation in growth and development, and low immunity. The crisis that hit Indonesia, decreased socio- economic status of the populations and public services. Hellen Keller International reported high prevalance of anemia in young children in poor areas of Indonesia. Aware about the severe consequences of anemia, Provincial Health Office of Jakarta in 2002 assesed the magnitude of anemia in children aged 2-4 year in Jakarta. The survey was planned to represent each areas of Jakarta, namely West Jakarta, Central Jakarta, East Jakarta, South Jakarta, North Jakarta, and district of Pulau Seribu. Thirty clusters were systematically drawn in each cluster 7 children aged 2-4 years were systematically random in each cluster. It was found that the education level of parents were relatively low: among mother of the samples 85% were house wivesand 38% of the father were in informal sectors. The prevalance of anemia of children aged 2-4 years was 26,8%. It ranges from 13.5 % in South Jakarta to the highest 51.3 % in Pulau Seribu. The risk factors of anemia for children were underweight and ever defecate worm with increased risk 1.5 and 1.9 ti. On the other named comsumption of vitamin A capsules more then 3 times. is protective agains anemia as low as 27%. Having parents or working in company reduced risk of anemia by 33%.Keywords:anemia, risk factors
SASARAN PENERIMA PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN (PMTP) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Iman Sumarno;
Muhammad Enoch;
Tjetjep Syarif Hidayat
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 11 (1988)
Publisher : Persagi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1981.
Telah dilakukan penelitian untuk mempelajari konsistensi ketepatan sasaran penerima pelaksanaan PMTP dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran sasaran. Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di 16 desa yang telah/sedang melaksanakan PMTP di Jawa Barat, Jawa Tengah dana Daerah Istimewa Yogyakarta. Penentuan kabupaten dipilih secara acak dari kabupaten yang mempunyai dua desa pelaksana PMTP yang digolongkan berrhasil dan dua desa pelaksana PMTP yang digolongkan kurang berhasil di masing-masing propinsi. Dan tiap kabupaten dipilih dua kecamatan yang mempunyai satu desa yang dianggap pelaksanaannya baik dan satu desa yang kurang baik menurut penilaian pengelola di tingkat kecamatan. Data yang dikumpulkan meliputi status gizi anak balita saat penyaringan peserta dan pelaksanaan PMTP sejak pendekatan sampai pelaksanaannya. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara. Peneliti tinggal di desa penelitian selama tiga minggu. Analisis dilakukan untuk memperoleh gambaran konsistensi ketepatan penerima dan aspek pelaksanaan PMTP. Hasil penelitian menunjukkan suatu gambaran kekurangtepatan penerima sebagaimana ditunjukkan oleh adanya sasaran penerima PMTP yang tidak membutuhkan sebanyak 54,6%, dan 49,7% yang membutuhkan justru tidak menerima PMTP. Sasaran penerima yang benar-benar membutuhkan yang tercakup PMTP di beberapa lokasi penelitian adalah 50,3%. pendekatan, kesiapan pelaksanaan dan penerima serta pembinaan, baik dari Puskesmas maupun PKK tingkat kecamatan yang didukung pimpinan tingkat kecamatan dan desa, merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan PMTP. Swadaya masyarakat, meski belum menonjol, benih-benih ciri partisipasi masyarakat dalam bentuk pemberian tambahan pangan yang diperlukan dalam pelaksanaan PMTP serta upaya PKK dan Puskesmas dalam menghimpun dana di beberapa daerah sudah mulai tampak. Pengobatan infeksi, pendidikan cara hidup sehat, dan kebiasaan makanan yang baik, serta pengurangan resiko infeksi, perlu disertakan dalam pelaksanaan PMTP.
PREVALENSI RUMAH TANGGA YANG DEFISIT KALORI ATAU PROTEIN DI INDONESIA
Mashari Sudjono;
Djumadias Abunain;
Abas Basuni Jahari;
Iman Sumarno
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 9 (1986)
Publisher : Persagi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1975.
Data konsumsi makanan 49.513 rumah tangga sampel SUSENAS 1984 yang belum disesuaikan (unajusted) telah dianalisis dengan tujuan untuk memperkirakan prevalensi rumah tangga yang mengalami defisit kalori atau protein. Berbeda dengan cara yang dilakukan peneliti lain, pada penelitian ini pendekatan dilakukan dengan membandingkan langsung konsumsi dan kebutuhaan energi masing-masing rumah tangga. Cara ini jugaa diterapkan dalam memperkirakan defisit protein. Batas konsumsi yang digolongkan "defisit" adalah 70% kebutuhan keluarga. Didapatkan rata-rata konsumsi energi dan protein rumah tangga masing-masing 1905 kalori dan 41.0 gram per hari, sementara kebutuhan rata-rata 1963 kalori dan 42.0 gram protein. Diperkirakan 21.4% rumah tangga mengalami defisit kalori dan 16.8% mengalami defisit protein. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat rumah tangga yang mengalami defisit kalori dan defisit protein (DKDP) 13.31%, di perdesaan 11.91%, di perkotaan 16.39%. Untuk rumah tangga yang mengalami defisit kalori cukup protein (DKCP) angka-angka itu, masing-masing berturut-turut, 8.04%, 6.61% dan 11.2%, yang mengalami cukup kalori defisit protein (CKDP) 3.64%, 3.91% dan 2.46%, sementaraa yang cukup kalori cukup protein (CKCP) 75.19%, 77.56% dan 69.85%.
DAMPAK SUPLEMENTASI PIL BESI + FOLAT DAN VITAMIN C TERHADAP PENINGKATAN KADAR HB PADA IBU HAMIL ANEMIA
Iman Sumarno;
Edwi Saraswati;
Sri Prihartini
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 19 (1996)
Publisher : Persagi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2291.
Telah dilakukan penelitian pemberian beberapa dosis pil besi dan penambahan Vitamin C terhadap 451 orang Ibu Hamil Anemi di lima Dati II Provinsi Jawa Barat. Sampel adalah Ibu Hamil dengan umur kehamilan trisemester ke II dan mempunyai kadar Hb kurang dari 11 g% dl. Ibu Hamil dari tiap Dati II dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan. Kelompok I adalah kelompok kontrol yang mendapat pil besi folat (60 mg besi dan 2 mg folat) setiap hari. Kelompok II yaitu yang mendapat pil besi folat seminggu sekali. Kelompok III yaitu yang mendapat pil besi folat seminggu sekali ditambah 100 mg Vitamin C. Pemeriksaan Hb dilakukan dengan cara cyanmethemoglobin sebanyak 3 kali yaitu pada awal penelitian, 2 bulan kemudian dan 4 bulan kemudian (akhir penelitian). Selain pemeriksaan Hb, juga dikumpulkan data klinis dan latar belakang Sosial Ekonomi keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keadaan sosial ekonomi rumahtangga sampel antar kelompok relatif sama. Pemberian pil besi folat seminggi sekali sama efektifnya dengan pemberian pil folat setiap hari untuk meningkatkan Hb pada ibu hamil Pada dua bulan sejak dimulai perlakuan kenaikan Hb kelompok yang mendapat pil besi folat dan vitamin C seminggu sekali lebih tinggi dibandingkan dengan dua kelompok lainnya. Ditemukan fenomena bahwa lanjutan pil besi dan folat dan vitamin C justru kadar Hb-nya turun pada kehamilan trisemester III. Karena itu perlu dipelajari lebih lanjut efektifitas penambahan vitamin C pada suplementasi besi dan folat, termasuk diantaranya saat pemberian yang tepat.
KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA RAWAN PANGAN UNTUK PEMANTAUAN KONSUMSI DALAM PWSPG DI DUA DESA IDT DI KABUPATEN BOYOLALI
Sri Prihatini;
Edwi Saraswati;
Syafrudin Syafrudin;
Iman Sumarno
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 19 (1996)
Publisher : Persagi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2292.
Telah dilakukan analisis terhadap karakteristik rumah tangga dari data penelitian tentang metode kualitatif untuk menggambarkan perubahan konsumsi secara kuantitatif di dua desa tertinggal di Kabupaten Boyolali. Analisis ini bertujuan untuk mencari karakteristik rumah tangga rawan pangan untuk pemantauan konsumsi dalam PWS-PG (Pemantauan Wilayah Setempat Pangan dan Gizi). Sampel adalah rumah tangga (RMT) dengan keadaan sosial ekonomi rendah atau miskin. Sampel dipilih oleh pamong desa dan kepala dusun secara purposive sebanyak 50 rumah tangga di masing-masing desa. Jumlah sampel seluruhnya adalah 100 rumah tangga. Daya yang dikumpulkan yaitu data konsumsi pangan dan sosial ekonomi keluarga meliputi jumlah anggota rumah tangga, mata pencaharian, tingkat pendidikan kepala keluarga, keadaan perumahan dan pemilikan barang berharga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 RMT yang diamati, 64 RMT diantaranya mengalami penurunan konsumsi pada musim paceklik, dengan karakteristik yaitu 79 RMT (79%) mempunyai anggota rumah tangga lebih dari 4 orang, 48 RMT (48%) dengan pendidikan KK kurang dari 6 tahun, 78 RMT (78%) dengan keadaan perumahan sedang (dinding papan dan lantai tanah) dan 52 RMT (52%) tidak memiliki barang berharga. Hasil Analisis T-test Proporsi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara perubahan konsumsi energi dengan jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendidikan kepala keluarga, keadaan perumahan dan pemilikan barang berharga. Pemilihan 10 KK sampel untuk pemantauan konsumsi pangan dalam PWS-PG di tingkat dusun, tetap dapat dilakukan dengan kriteria yang sudah ada yaitu pemilikan lahan sempit dan pekerjaan tidak tetap.
PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN ANEMIA REMAJA PUTRI SEKOLAH MENENGAH UMUM ANEMIA DAN NON ANEMIA DI ENAM DATI II PROPINSI JAWA BARAT
Edwi Saraswati;
Iman Sumarno
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 20 (1997)
Publisher : Persagi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2355.
Telah dilakukan survei cepat tentang prevalensi anemia dan pengetahuan anemia pada remaja putri SMU di enam Dati II di Propinsi Jawa Barat. Remaja putri merupakan generasi penerus yang perlu diperhatikan, karena kelak menjadi ibu dan atau tenaga pekerja. Terhadap remaja putri sampel dilakukan pemeriksaan Hb dan pengumpulan data mengenai pengetahuan remaja putri tentang anemia. Informasi ini sangat berguna sebagai dasar penetapan prioritas program kesehatan dan gizi pada kelompok remaja putri tersebut. Sebanyak 904 orang remaja putri telah memberikan jawaban tentang pengetahuan anemia dan 819 orang diperiksa darahnya. Secara umum hasil survei menunjukkan rata-rata Hb untuk semua sampel remaja putri adalah 12.2 g/dl dengan prevalensi anemia sebesar 42.6% remaja putri sampel. Secara umum pengetahuan anemia remaja putri sampel tentang anemia masih rendah dimana hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri sampel pernah mendengar informasi tentang anemia. Sumber informasi anemia diperoleh dari pelajaran sekolah dan keluarga serta majalah, buku, TV/radio. Sebesar 65.0% sampel mengetahui gejala anemia, namun hanya 21.1% yang menjawab penyebab anemia karena kurang zat gizi yaitu zat besi, tergambarkan pada jawaban penyebab anemia kurang makan makanan yang mengandung zat besi (1.8%) dan kurang makan sayuran 16.4%. Sebanyak 40.9% sampel memberikan jawaban yang kurang benar tentang cara pencegahan dan pengobatan anemia yaitu makan pil besi, sayuran, makan hati dan daging.
KUALITAS GARAM, PERILAKU PEMBELIAN GARAM, SERTA KADAR YODIUM DALAM URIN IBU HAMIL DI JAWA BARAT
Iman Sumarno;
Vita Kartika;
Sri Prihartini;
Edwi Saraswati
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 20 (1997)
Publisher : Persagi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2362.
Pengalaman di berbagai negara menunjukkan bahwa yodisasi garam secara universal terbukti menurunkan prevalensi gondok. Indonesia bertekad menurunkan prevalensi gondok dan bebas kretin baru pada tahun 2000. Dalam jangka panjang Indonesia bertekad melakukan yodisasi garam secara universal. Selama yodisasi garam secara universal belum tercapai perilaku ibu dalam membeli garam akan banyak menentukan konsumsi yodium rumahtangga. Selain itu beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebagian yodium hilang dalam pemasakan. Untuk itu diperlukan informasi status yodisasi garam, perilaku pemilihan garam serta hubungannya dengan kadar yodium yang diekskresi di urin ibu hamil. Karena itu telah dilakukan penelitian di 20% desa di setiap kecamatan di Propinsi Jawa Barat. Di setiap desa terpilih dilakukan wawancara terhadap 30 ibu hamil dan menyusui yang dipilih secara acak. Sub sampel ibu hamil dipilih secara acak sekitar 4 orang per desa terpilih untuk pengukuran eksekusi yodium di dalam urin. Di desa tersebut dilakukan uji kadar yodium dalam 4-5 macam sampel garam yang dijual di beberapa warung. Dari 4153 sampel garam yang diperiksa 27.1% mempunyai kadar yodium >30 ppm, 70% mengandung yodium <30 ppm dan 2.9% tidak mengandung yodium. Dari 45928 ibu hamil sampel pada saat membeli garam, 57% memilih garam beryodium, 8.7% sengaja memilih garam tidak beryodium dan 34.3% tidak peduli. Sebesar 89.6% ibu hamil membeli garam di warung-warung desa. Median ekskresi yodium di dalam urin 70 ug/L yang menunjukkan status kekurangan yodium. Tidak ditemukan hubungan yang kuat antara proporsi garam yodium >30 ppm, proporsi ibu-ibu yang sengaja membeli garam beryodium dengan proporsi ibu hamil dengan ekskresi yodium dalam urin >100 ug/L yang menunjukkan status kekurangan yodium. Tidak ditemukan hubungan yang kuat antara proporsi garam yodium >30 ppm, proporsi ibu-ibu yang sengaja membeli garam beryodium dengan proporsi ibu hamil dengan ekskresi yodium dalam urin >100 ug/L ataupun proporsi ibu hamil dengan ekskresi yodium <50 ug/L.
RISIKO IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN ANEMIA UNTUK MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
Edwi Saraswati;
Iman Sumarno
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 21 (1998)
Publisher : Persagi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2339.
An observation was done to study the relationship between Chronic Energy Malnutrition (CEM) and Anemic pregnant women with the risk of delivering Low Birth Weight babies (LBW). The observation was carried out in four District in West Java among women suffered from CEM or and Anemic in fourth to ninth months of pregnancy. The result showed that anemic women having HB content of 11.0 g/dl did not have any risk of delivering UWB because since HB content at such a degree did not yet affect the hormonal and physiological functions of pregnant women. Neither did the Chronic Energy Malnutrition at degree of mid-upper-arm circumference 23.5 cm. Several lower degrees of CEM and anemia, lower than those mentioned above were statistically examined to study the risk of delivering LBW. The results showed that pregnant women having Mid-upper-arm circumference (MUAC) of less than 23.0 cm had high risk to deliver as high as LBW 232 percent higher than those with MUAC more than 23.0 cm. Pregnant women having HB less than 10.0 g/dl had the risk of delivering LBW 255 percent higher than those having HB more than 10.0 g/dl. Women who had experienced miscarriages were at the risk of delivering LBW 2.81 times higher than those who had not. Those who had been delivering still-born babies were at the risk of delivering LBW 4.35 times higher than those who had never been delivery. To minimize the risk of LBW effort should be made to improve the nutritional status of women and to cure malnutrition and anemia prior to pregnancy. Women who had experienced miscarriages or had still-born babies should be in good condition and have good nourishment before the subsequent pregnancy.Keywords: chronic energy malnutrition (CEM), anemic pregnant women, low birth weight
STATUS YODIUM TUBUH ANAK SEKOLAH DASAR DAN IBU HAMIL DI 25 DATI II DI PROVINSI JAWA BARAT
Iman Sumarno
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 21 (1998)
Publisher : Persagi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2342.
Iodine deficiency has been known to have adverse impact on human resources. Iodine deficiency disorders (IDD) range from reproductive failure to the impairment of intellectual and productivity. A survey in 1982 found that iodine deficiency was spread all over the islands in lndonesia. Therefore, the government of Indonesia has been intensifying the programs to control IDD. However, the national data of IDD are available only from the IDD survey in 1982. In order to design a sound planning the government needs up dated data. Since 1995 the government of Indont!sia has been conducting the IDD mapping in all provinces in Indonesia. One of them is the IDD survey in the province of West Java. This article aims to present the status of iodine sufficiency in the body of school-children and pregnant women from the IDD survey in West Java. The study was designed to provide information that represents iodine status at kabupaten (district) level. It was curried out in all kecamatan (sub-district) in the province of West Java. In each kecamatan 20% of the villages are randomly selected. It covered 40 to 102 villages in each district. Within each sub-district 300 schoolchildren aged 6-12 years were examined. These children were distributed equally in each the selected villages within the sub-district. One elementary school was randomly selected from each selected village. At least 300 schoolchildren divided by the amount of selected villages within the kecamatan were proportionally selected from each grade. Tlte number of sample pregnant women needed from each district is 300. The number of sample pregnant women in each kecamatan is 300 divided by the number of sub-district within the district. These samples are distributed equally in the villllges within each sub-district. The data were goitre rate, iodine excreted in the urine (UIE) and the level of blood TSH of pregnant women. The classification of iodine deficiency endemic area from WHO was employed in the analysis. It was found that based on the TGR in schoolchildren the province of West Java was classified as a non-endemic goitre area. However, based on the UIE it was classified as a mild iodine deficiency area. At the district level the TGR in school children was positively highly correlated with the TGR in pregnant women (0,8). The median of UTE was negatively highly correlated with the TGR in pregnant women and the TGR in schoolchildren. The median TSH was negatively correlated with median UIE but not with TGR either of schoolchildren or of pregnant women.