Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Analisis Pengaruh Tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap Tindakan Swamedikasi Diare Akut di Kecamatan Pontianak Timur Robiyanto Robiyanto; Monika Rosmimi; Eka Kartika Untari
Edukasi: Jurnal Pendidikan Vol 16, No 1 (2018): Edukasi: Jurnal Pendidikan
Publisher : LPPM IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/edukasi.v16i1.845

Abstract

Penelitian bertujuan untuk: (1) mengetahui ada tidaknya pengaruh karakteristik meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan terhadap tindakan swamedikasi diare akut; dan (2) Menganalisis pengaruh tingkat pengetahuan terhadap tindakan swamedikasi diare akut pada masyarakat yang tinggal di Kecamatan Pontianak Timur. Penelitian tergolong penelitian observasional dengan rancangan penelitian potong lintang. Pengambilan sampel dengan metode quota sampling dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 60 responden. Teknik pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner. Uji statistik data menggunakan chi square test. Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa: (1) Usia dan pendidikan memiliki pengaruh terhadap pengetahuan swamedikasi; dan (2) Tingkat pengetahuan responden ternyata  berpengaruh terhadap tindakan swamedikasi diare akut.
Potensi Antiulser Seduhan Serbuk Buah Mengkudu dan Kulit Daun Lidah Buaya terhadap Gambaran Makroskopik Lambung Robiyanto Robiyanto; Marsiana Marsela
Edukasi: Jurnal Pendidikan Vol 16, No 2 (2018): Edukasi: Jurnal Pendidikan
Publisher : LPPM IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/edukasi.v16i2.946

Abstract

AbstrakPenelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi serbuk buah mengkudu dan serbuk kulit daun lidah buaya sebagai antiulser terhadap tukak lambung tikus Wistar jantan yang diinduksi aspirin. Hewan uji dibagi menjadi kelompok kontrol normal/KN (akuades), kontrol negatif/K- (aspirin 90 g/kgBB), P1 (serbuk 0,27 g/kgBB), P2 (serbuk 0,54 g/kgBB) dan P3 (serbuk 0,81 g/kgBB). Induksi aspirin satu kali sehari selama 14 hari. Kombinasi serbuk diberikan pada hari ke-15 hingga ke-30. Tukak lambung diamati secara makroskopik pada hari ke-3 dan dinilai skor jumlah tukak dan skor diameter tukak serta dihitung indeks tukak lambung tiap kelompok. Data dianalisis dengan One-Way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai indeks tukak P2 (3,60) dan P3 (2,80) berbeda signifikan dengan indeks tukak K- (7,50). Sehingga disimpulkan bahwa seduhan kombinasi serbuk buah mengkudu dan kulit daun lidah buaya kelompok P2 dan P3 memiliki potensi sebagai antiulser dengan nilai indeks tukak lambung lebih rendah dibandingkan dengan hasilkontrol negatif. AbstractThis research aimed at investigating the effect of combination of noni fruit and aloe vera leaf powder as an antiulser. This combination is given orally to male Wistar rat. The gastric ulcer in rat is induced by aspirin orally. Animals test were divided into five different groups: normal control (aquadest), negative control (aspirin 90 g/kgBW), P1 (0.27 g/kgBW), P2 (0.54 g/kgBW) and P3 (0.81 g/kgBW). Aspirin induction was given once in a day for 14 days for all groups. Powder combination for PI, P2, P3 were given from 15th to 30th day. Gastric ulcer was observed macroscopically on day 3 and scored amount of ulcer and ulcer diameter. Using these two scores, ulcer index was then calculated. Data obtained was analysed by using One-Way ANOVA statistic. The result of this research showed that the ulcer index score of P2 group (3.60) and P3 group (2.80) were significantly different from the score of gastric ulce in negative control (7.50). Based on this result, it is concluded that the combination of noni fruit and aloe vera leafe powder in P2 and P3 groups have antiulcer effect with smaller gastric ulcer value index compared to the gastric ulcer value in negative control.
TINGKAT KEPUASAN PASIEN BPJS RAWAT JALAN DI IFRS RSUD dr. SOEDARSO PONTIANAK BERDASARKAN WAKTU PENYELESAIAN RESEP Robiyanto Robiyanto; Urai Indah Rachmawati Lestari
Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains Vol. 7 No. 2 (2018): Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains
Publisher : IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/saintek.v7i2.1064

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dimensi pelayanan apa yang memiliki nilai Indeks Tingkat Kepuasan Pasien (ITKP) tertinggi berdasarkan pelayanan resep dan mengukur berapa lama waktu tunggu penyelesaian resep pasien di IFRS Umum Daerah dr. Soedarso Pontianak. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan subyek penelitian 110 responden (pasien BPJS) yang ditentukan secara non probability sampling dengan teknik accidental sampling. Teknik pengumpulan data dengan penyebaran kuisioner. Tiap responden diberikan kuisioner tingkat kepuasan berdasarkan waktu penyelesaian resep yang dihitung mulai dari pasien menyerahkan resep sampai menerima obat. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata total ITKP -0,29 artinya pasien belum puas dengan pelayanan resep yang diberikan oleh IFRS. Dimensi pelayanan dengan nilai ITKP tertinggi yaitu dimensi jaminan (ITKP -0,22). Rata-rata lama waktu tunggu penyelesaian resep di IFRS tersebut untuk resep racikan 60,32 menit dan resep non racikan 33,24 menit. Kesimpulan dari penelitian ini adalah responden belum puas terhadap pelayanan resep di IFRS RSUD dr. Soedarso Pontianak dilihat dari nilai ITKP negatif dan lamanya waktu tunggu penyelesaian resep obat racikan dan non racikan. Kata Kunci: pasien BPJS, IFRS, ITKP, waktu tunggu penyelesaian resep
PERSEPSI PENYAKIT PADA PASIEN HIVAIDS DENGAN TERAPI ANTIRETROVIRAL MENGGUNAKAN INSTRUMEN BRIEF ILLNESS PERCEPTION QUESTIONNAIRE (B-IPQ) VERSI INDONESIA DI KLINIK CST RSJD SUNGAI BANGKONG PONTIANAK Safitri Caesaria; Robiyanto Robiyanto; Eka Kartika Untari
Farmaka Vol 18, No 3 (2020): Farmaka (November)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i3.21222

Abstract

Brief Illness Perception Questionnaire (B-IPQ) merupakan kuesioner untuk menilai persepsi pasien terhadap penyakit kronik yang diderita, salah satunya penyakit Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS). Farmasis memiliki peran penting dalam keberhasilan suatu terapi karena dapat membantu meningkatkan kepatuhan pasien dalam meminum obat Antiretoviral (ARV) agar kadar CD4 dapat ditingkat sekaligus mencegah munculnya gejala infeksi oportunistik. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan persepsi pasien HIV/AIDS di klinik Care Support Treatment (CST) Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Sungai Bangkong Pontianak dan mengetahui jenis ARV dan persentase pasien yang mendapatkan peresepan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan potong lintang antara Desember 2018 - Januari 2019. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner B-IPQ versi Indonesia yang sudah diuji validitas dan realiabilitasnya. Jumlah responden penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 50 pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pasien HIV/AIDS cenderung negatif dengan skor total 49,56. Jenis ARV yang diresepkan dan persentase pasien yang memperolehnya adalah AZT+3TC+NVP (44%), TDF+3TC+EFV (40%), AZT+3TC+EFV (12%), dan TDF+3TC+NVP (4%). Kesimpulan dari penelitian ini 78% responden (38 pasien) memiliki persepsi negatif terhadap penyakit HIV/AIDS yang dideritanya dan jenis ARV yang paling banyak digunakan adalah kombinasi AZT+3TC+NVP untuk 44% responden.
UJI AKTIVITAS ANTHELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN ALAMANDA (Allamanda cathartica L.) TERHADAP CACING Ascaridia galli DAN Raillietina tetragona Secara In Vitro uray rima triyanita; Robiyanto Robiyanto; Rafika Sari
Farmaka Vol 17, No 1 (2019): Farmaka (Februari)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.27 KB) | DOI: 10.24198/jf.v17i1.16090

Abstract

Infeksi yang paling umum tersebar didunia salah satunya yaitu infeksi cacing. Prevalensi infeksi cacing di Indonesia berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI) masih tergolong cukup tinggi yaitu sebesar 24,1%. Ekstrak etanol daun alamanda mengandung metabolit sekunder yang diduga mempunyai aktivitas anthelmintik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas anthelmintik, pengaruh peningkatan konsentrasi, nilai LC50 dan nilai LT50 ekstrak etanol daun alamanda terhadap cacing Ascaridia galli dan Raillietina tetragona. Uji anthelmintik terbagi dalam 5 kelompok perlakuan yaitu 3 kelompok ekstrak etanol daun alamanda (konsentrasi 5 mg/ml, 25 mg/ml dan 50 mg/ml), kelompok kontrol normal (NaCl 0,9%) dan kelompok kontrol positif (mebendazol 5 mg/ml). Waktu dan jumlah kematian cacing dicatat dan dianalisis secara statistik menggunakan program komputer SPSS. Hasil penelitian menunjukkan waktu kematian masing-masing cacing pada tiap kelompok perlakuan berbeda bermakna dengan kontrol normal. Peningkatan konsentrasi ekstrak meningkatkan efek anthelmintik yang dihasilkan. Nilai LC50 ekstrak etanol daun alamanda (Allamanda cathartica L.) pada Ascaridia galli dan Raillietina tetragona yaitu 2,658 mg/ml dan 2,975 mg/ml sedangkan nilai LT50 yaitu 19,8 jam dan 5,1 jam. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki aktivitas anthelmintik.Kata Kunci: anthelmintik, Allamanda cathartica, Ascaridia galli, Raillietina tetragona.   One of the most common infection spread in the world is worm infection. The prevalence of worm infections in Indonesia based on the data form Ministry of Health of the Republic of Indonesia (DepKes Ri) is still quite high which is 24.1 %. The ethanolic extract of alamanda leaves contains secondary metabolites that are suspected of having anthelmintic activity. This study aims to determine the anthelmintic activity, the effect of increased concentration, LC50 and LT50 values of ethanolic extract of  alamanda leaves to Ascaridia galli and Raillietina tetragona worms. The anthelmintic test was divided into 5 treatment groups, i.e 3 groups treated with ethanolic extract of alamanda leaves (concentration of 5 mg/ml, 25 mg/ml and 50 mg/ml), normal control group (NaCl 0,9%) and positive control group (mebendazol 5 mg/ml). The time and amount of worm’s mortality were recorded and statistically analyzed using the SPSS computer program. The results showed that the mortality period of each worm in every treatment groups was significantly different with the normal control group. Increased concentration of the extract will increase the anthelmintic  effect. The LC50 values of ethanolic extract of alamanda leaves (Allamanda cathartica L.) in Ascaridia galli and Raillietina tetragona was 2,658 mg/ml and 2,975 mg/ml respectively, while LT50 values was 19,8 hours and 5,1 hours respectively. This results shows that the extract has anthelmintic activity.Keywords: anthelmintic, Allamanda cathartica L., Ascaridia galli, Raillietina tetragona   UJI AKTIVITAS ANTHELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN ALAMANDA (Allamanda cathartica L.) TERHADAP CACING Ascaridia galli DAN Raillietina tetragona Secara In Vitro
AKTIVITAS ANTINOSISEPTIF FRAKSI N-HEKSAN DAUN KRATOM (Mitragyna speciosa Korth.) RUTE ORAL PADA MENCIT JANTAN SWISS Amanda Gita Tiaravista; Robiyanto Robiyanto; Sri Luliana
Farmaka Vol 17, No 1 (2019): Farmaka (Februari)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.692 KB) | DOI: 10.24198/jf.v17i1.18839

Abstract

Daun Kratom (Mitragyna speciosa Korth.) diketahui memiliki aktivitas antinosiseptif. Alkaloid mitraginin bertindak melalui reseptor opioid pada reseptor µ-opioid dan δ-opioid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antinosiseptif fraksi n-heksan daun kratom serta dosis yang dapat memberikan efek antinosiseptif pada mencit jantan Swiss. Metode yang digunakan adalah metode hot plate test. Mencit dibagi menjadi lima kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif (CMC Na 0,5%), Kontrol positif (Morfin 5,46 mg/kgBB), dosis I (70 mg/kgBB), dosis II (140 mg/kgBB), dan dosis III (280 mg/kgBB). Pengamatan dilakukan tiap 15 menit selama 2 jam degan mencatat waktu latensi yang dilihat dari respon mencit berupa menarik kaki belakang dan melompat. Data rata-rata waktu latensi dianalisis menggunakan One Way ANOVA, menunjukkan bahwa fraksi n-heksan pada dosis III memiliki hasil (p<0,05) dan pada dosis II memiliki hasil (p>0,05) terhadap kontrol positif. Hasil rata-rata AUC pada dosis II sebanding dengan kontrol positif. Hasil persen daya antinosiseptif paling besar dimiliki oleh dosis III yaitu 90%, diikuti oleh dosis II dan dosis I masing-masing sebesar 86% dan 82%. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu fraksi n-heksan daun kratom memiliki aktivitas antinosiseptif pada ketiga dosis. Dosis II memilki aktivitas yang sebanding dengan kontrol posisitf serta semakin meningkatnya dosis maka aktivitas antinosiseptifnya juga akan semakin besar.
Profil Mean Arterial Pressure dan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Krisis dengan Kombinasi Amlodipin Ria Angelina; Nurmainah Nurmainah; Robiyanto Robiyanto
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 7, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.582 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2018.7.3.172

Abstract

Berdasarkan pedoman pengobatan hipertensi krisis, pengobatan hipertensi emergensi menggunakan antihipertensi parenteral sedangkan hipertensi urgensi menggunakan antihipertensi oral. Tujuannya agar tercapai penurunan Mean Arterial Pressure (MAP) di bawah 25% dan tekanan darah sistolik/diastolik (TDS/TDD) di bawah atau sama dengan 160/100 mmHg. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penurunan MAP dan TDS/TDD setelah 24 jam pemberian amlodipin oral dengan berbagai kombinasi pada pasien hipertensi krisis. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan potong lintang (cross-sectional) yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan data rekam medis pasien hipertensi krisis rawat inap di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak periode Januari 2016–Desember 2017. Sampel yang diperoleh sebanyak 38 pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien hipertensi emergensi yang menggunakan amlodipin secara oral dengan kombinasi antihipertensi lainnya memiliki nilai MAP setelah 24 jam sebesar 24% dan beberapa pasien hipertensi emergensi menunjukkan pencapaian MAP-nya sebesar 32%. Namun demikian, penurunan TDS/TDD setelah 24 jam mencapai di bawah atau sama dengan 160/100 mmHg. Penggunaan amlodipin oral dengan berbagai kombinasi terapi antihipertensi lainnya pada pasien hipertensi urgensi menunjukkan pencapaian MAP berkisar 20–23%. Sementara itu, TDS/TDD setelah 24 jam mencapai sekitar dan di bawah 160/100 mmHg. Penggunaan amlodipin secara oral dengan kombinasi antihipertensi lainnya pada pasien hipertensi emergensi belum mampu menunjukkan penurunan MAP sesuai yang diinginkan. Di sisi lain, penanganan hipertensi urgensi dengan menggunakan amlodipin oral dengan berbagai kombinasi terapi antihipertensi lainnya menunjukkan pencapaian penurunan MAP sesuai dengan pedoman pengobatan hipertensi krisis.Kata kunci: Amlodipin, hipertensi krisis, mean arterial pressure, tekanan darah Mean Arterial Pressure and Blood Pressure Profile in Hypertensive Crises Patients with Amlodipine Therapy CombinationAbstractBased on treatment guidelines of crisis hypertension, emergency hypertensive treatment uses parenteral antihypertensive whereas urgency hypertensive uses oral antihypertensive. The goal is to achieve a drop in Mean Arterial Pressure (MAP) below 25% and systolic/diastolic blood pressure (SBP/DBP) below or equal to 160/100 mmHg. This study aimed to describe the decrease in MAP and SBP/DBP after 24 hours of oral amlodipine administration with various combinations in patients with crisis hypertension. This research was an observational research with cross-sectional design which was descriptive. Data collection was done retrospectively based on medical record data of hypertensive crisis patients that hospitalized at RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak City from January 2016 until December 2017. The samples obtained were 38 patients. Results from the study showed that emergency hypertension patients who used oral amlodipine with other antihypertensive combinations had 24-hour MAP values of 24% and some emergency hypertension patients showed a MAP attainment of 32% with decreased SBP/DBP after 24 hours reached under 160/100 mmHg. The use of oral amlodipine amlodipine with other antihypertensive combinations in urgency hypertensive patients showed an achievement of 20–23% reduction in MAP with decreased SBP/DBP after 24 hours under 160/100 mmHg. The use of oral amlodipine with other antihypertensive combinations in emergency hypertensive patients did not show a desirable reduction in MAP. Treatment of urgency hypertensive by using oral amlodipine with various combinations of other antihypertensive therapies showed a decrease in MAP according to crisis hypertension treatment guidelines.Keywords: Amlodipine, blood pressure, hypertensive crises, mean arterial pressure
Profil Penggunaan Antidiabetik pada Pasien Diabetes Melitus Gestasional di Puskesmas Wilayah Kecamatan Pontianak Kota Kharina Anisya; Robiyanto Robiyanto; Nurmainah Nurmainah
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.01 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2019.8.1.72

Abstract

Pada masa kehamilan, terjadi perubahan-perubahan fisiologis yang berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat sehingga mengakibatkan kehamilan tersebut bersifat diabetogenik. Berbagai faktor dapat mengganggu keseimbangan metabolisme karbohidrat dengan meningkatnya usia kehamilan sehingga terjadi gangguan toleransi glukosa. Keadaan ini dikenal dengan diabetes melitus gestasional (DMG). DMG termasuk jenis penyakit diabetes melitus (DM) yang terjadi pada saat kehamilan. DMG, jika tidak ditangani dengan tepat, dapat berisiko menjadi DM tipe 2 di masa mendatang. Untuk itu, pengobatan DMG perlu dilakukan dengan pendekatan nonfarmakologi dan farmakologi untuk mencegah terjadinya DM tipe 2 dalam jangka waktu yang panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan antidiabetik pada pasien diabetes melitus gestasional di Puskesmas Wilayah Kecamatan Pontianak Kota. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan rancangan penelitian potong lintang yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan data rekam medis pasien DMG rawat jalan di Puskesmas Wilayah Kecamatan Pontianak Kota periode Januari 2016–September 2017. Sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 32 pasien. Dari hasil penelitian, diperoleh obat yang dominan digunakan untuk mengatasi DMG pada wanita hamil adalah metformin (78,13%) yang merupakan golongan biguanida, dan sisanya menggunakan gliburid (21,88%) yang merupakan golongan sulfonilurea. Simpulan dari penelitian ini adalah golongan biguanida banyak digunakan untuk mengatasi DMG pada wanita hamil trimester kedua dan ketiga.Kata kunci: Diabetes melitus gestasional, gliburid, metformin Antidiabetic Use Profile on Gestasional Diabetes Mellitus Patients at Community Health Center in Region of Center PontianakAbstractDuring pregnancy, there are physiological changes affecting on carbohydrate metabolism which cause a diabetogenic pregnancy. Various factors can disrupt the balance of carbohydrate metabolism with increasing gestational age, resulting in impaired glucose tolerance. This condition is known as gestational diabetes mellitus (GDM). GDM is a type of diabetes mellitus (DM) that occurs during pregnancy. GDM, if not handled properly, can be at risk of becoming type 2 DM in the future. Therefore, GDM treatment needs to be done with non-pharmacology and pharmacology approach to prevent the occurrence of DM type 2 in the long term. The objective of this research was to describe the use of oral antidiabetics on gestational diabetes mellitus patients at community health center in Region of Center Pontianak. This research employed observational method with descriptive cross-sectional study design. The data collection was done from medical record of gestasional diabetes mellitus outpatients at community health center in Region of Center Pontianak in the period of January 2016–September 2017. A total of 32 patients fulfilled the inclusion criteria. The results showed that drugs dominantly taken as GDM treatment during pregnancy was metformin (78.13%) which is biguanide group, while the rest was glyburide (21.88%) which is sulfonylurea group. The conclusion of this research is biguanide group was mostly used to treat GDM for pregnancy during the second trimester and third trimester.Keywords: Gestational diabetes mellitus, glyburide, metformin
UJI AKTIVITAS ANTIHIPERKOLESTEROLEMIA EKSTRAK AIR BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi Linn.) PADA PEMODELAN TIKUS JANTAN GALUR WISTAR HIPERKOLESTEROLEMIA Bary Azhari; Sri Luliana; Robiyanto Robiyanto
Majalah Obat Tradisional Vol 22, No 1 (2017)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.323 KB) | DOI: 10.22146/tradmedj.24319

Abstract

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) has antihypercholesterolemic activity. This study aims to determine antihypercholesterolemic potential, optimal dosage and effect of water extracts of Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) on the index of rat organs. Test animals used were male Wistar rats, divided into 4 groups: normal control, negative control, positive conrol (simvastatin 0.18 mg/kg), and the aqueous extracts of fruit Belimbing wuluh dose of 63 mg/kg. The parameter which was measured in this study were total cholesterol levels which obtained using CHOD-PAP method, the weight of rats for 50 days, and organ indexes. Those parameters were further tested with One Way ANOVA. In parameter decrease blood cholesterol levels of rats between groups positive and group aqueous extract of the fruit starfruit  dose of 63 mg/kg did not experience a statistically significant difference. Meanwhile, the group aqueous extract of the fruit starfruit dose 63 mg/kg and a negative control experiencing significant difference (p<0.05). Conclusion, aqueous extract of the fruit starfruit dose of 63 mg/kg had the effect antihypercholesterolemic seen from the decrease in total cholesterol levels from day 30 and day 50, as well as statistically significant different from the negative control, and can affect the index spleen and pancreas but does not affect the index of the kidneys, liver, heart, and lungs.
Determination of FICI of Ethanolic Extract of Aloe Vera Skin Leaves (Aloe vera (L.) Burm.f.) and Gentamicin Sulphate againts Staphylococcus aureus Rifani Amalia; Rafika Sari; Robiyanto Robiyanto
Majalah Obat Tradisional Vol 22, No 3 (2017)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (956.573 KB) | DOI: 10.22146/mot.31551

Abstract

The main therapy of wounds infection using antibiotic such as gentamicin sulfate can be applied topically. Increasing incidence of antibiotic resistance forces new strategy to combine plant extract and antibiotic. These two combinations are expected to reduce the incidence of microbial resistance. Ethanolic extract of Aloe vera skin leaves contain anthraquinone that has antimicrobial activity. The aim of this study was to determine the effect and Fractional Inhibitory Concentration Index (FICI) from combination of ethanolic extract of Aloe vera skin leaves and gentamicin sulphate which can inhibit the growth of Staphylococcus aureus. Minimum Inhibitory Concentration (MIC) determination was used Kirby-Bauer disc diffusion method. The concentration of extract solution used were 1,25; 2,5; 5; 10 mg/mL while the solution concentration of gentamicin sulfate used were 2,5; 5; 15; 25 µg/mL. Solution DMSO was used as negative control. Combination solution was made with volume ratio 1:1 from MIC of extract and gentamicin shulphate. The result showed that the MIC of the of ethanolic extract of Aloe vera skin leaves was about 2.5 mg/mL and MIC gentamicin sulphate was about 5 µg/mL. Combination of ethanolic extract of Aloe vera skin leaves and gentamicin sulfate can inhibit the growth of Staphylococcus aureus with zone of inhibition 7,63 mm. FICI of combination was 2 and its antibacterial activity was indifferent compared to single extract and single gentamicin sulphate.