Muhammad Sulchan
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Published : 33 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

SEDENTARY LIFESTYLE SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN OBESITAS ANAK STUNTED USIA 9-12 TAHUN DI KOTA SEMARANG Puspasari, Indah; Sulchan, Muhammad; Widyastuti, Nurmasari
Journal of Nutrition College Vol 6, No 4 (2017): Oktober
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (631.888 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v6i4.18666

Abstract

Introduction: Sedentary lifestyle is associated with minimum physical activity with energy expenditure equivalent to 1-1.5 metabolic equivalents (METs). Sedentary lifestyle can lead to the increasing energy storage as fat deposit and eventually can cause obesity. This study aimed to determine sedentary lifestyle as a risk factor stunted children on obesity in Semarang.Methods: This study used a cross-sectional design with two groups, height below the median-obesity (TBBM-O) and height below the median-non obesity (TBBM-NO). Screening was done in 602 children aged 9-12 years in urban and suburban areas in Semarang. Measurement of sedentary lifestyle using Physical Activity Questionnaire for Children (PAQ-C). Sedentary lifestyle was high if score ≥ 3 and low < 3. Prevalence ratio was obtained by using Chi-Square analysis.Results: The prevalence of stunted was 9.4% and stunted obesity was 0.2%. The sedentary lifestyle score on TBBM-O was higher (95%) than TBBM-NO (80%) with prevalence ratio = 4.750 (CI = 0.481-46.906) and (p = 0.151).Conclusion: Children with a high sedentary lifestyle had 4.7 times higher risk to obesity than low sedentary lifestyle.
PENGARUH KONSELING MODIFIKASI GAYA HIDUP TERHADAP PENURUNAN ASUPAN NATRIUM, TEKANAN DARAH, DAN KADAR C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA REMAJA OBESITAS DENGAN SINDROM METABOLIK Rizky F, Addina; Sulchan, Muhammad
Journal of Nutrition College Vol 4, No 3 (2015): Juli 2015
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.909 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v4i3.10097

Abstract

Latar Belakang: Sindrom metabolik merupakan prediktor dari penyakit kardiovaskular. Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam penanganan sindrom metabolik. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh konseling modifikasi gaya hidup tehadap penurunan asupan natrium, tekanan darah, dan kadar CRP pada remaja obesitas dengan sindrom metabolik.Metode: Desain penelitian ini adalah non randomized pre-post test control group design yang melibatkan 27 remaja di SMA 2 Semarang. Intervensi yang diberikan berupa konseling modifikasi gaya hidup untuk memperbaiki kualitas diet dan aktifitas fisik selama 2 bulan. Tekanan darah diukur menggunakan sphygmomanometer sedangkan kadar CRP diukur menggunakan teknik aglutinasi. Pada analisis statistik digunakan uji independent-t-test, Mann Whitney, dan  Wilcoxon.Hasil: Konseling modifikasi gaya hidup dapat meningkatkan kualitas diet dan aktivitas fisik serta menurunkan asupan natrium, tekanan darah sistolik, dan kadar CRP. Pada kelompok konseling intensif, variabel yang meliputi kualitas diet, asupan natrium, dan kadar CRP memiliki perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara sebelum dan sesudah penelitian. Pada kelompok konseling intensif, kualitas diet (1,09) lebih baik daripada kelompok konseling tidak intensif (0,81), penurunan asupan natrium (989) lebih baik daripada kelompok konseling tidak intensif (935), sedangkan penurunan kadar CRP (2,91) lebih tinggi dibandingkan dengan konseling tidak intensif (1,21).Simpulan: Konseling modifikasi gaya hidup berpengaruh terhadap peningkatan kualitas diet dan aktifitas fisik serta penurunan asupan natrium, tekanan darah sistolik, dan kadar CRP. Dibandingkan dengan kelompok konseling tidak intensif, pada kelompok konseling intensif terjadi peningkatan kualitas diet, penurunan asupan natrium dan kadar CRP tetapi tidak terjadi peningkatan aktifitas fisik dan penurunan tekanan darah.
Rasio trigliserida / high density lipoprotein-cholesterol pada remaja stunted obesity usia 15-18 tahun di Kota Semarang Afifah, Yuni Nur; Sulchan, Muhammad; Nissa, Choirun
Journal of Nutrition College Vol 6, No 2 (2017): April
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (736.837 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v6i2.16907

Abstract

Latar belakang: Stunted menjadi permasalahan gizi di Indonesia. Individu stunted memiliki risiko 3,4 kali untuk menjadi obesitas dibanding individu non-stunted. Remaja dengan stunted obesity memiliki risiko tinggi terhadap sindrom metabolik dan gangguan metabolik lainnya. Rasio trigliserida/High Density Lipoprotein-Cholesterol (TG/HDL-C) dapat mengidentifikasi individu dengan risiko sindrom metabolik dan gangguan kardiometabolik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rasio TG/HDL-C pada remaja stunted obesity dan non-stunted obesity di Kota Semarang.Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional pada 2 kelompok: remaja stunted obesity dan non-stunted obesity. Total subjek yaitu 2299 remaja usia 15-18 tahun dengan skrining yang dilakukan secara random terhadap 4 sekolah dari area urban dan suburban di Kota Semarang.  Penentuan status gizi berdasarkan tinggi badan menurut umur, Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur, dan lingkar pinggang. Pengukuran kadar trigliserida dan HDL-C menggunakan metode enzimatik kolorimetri. Analisis data menggunakan uji t independen.Hasil: Angka kejadian obesitas pada remaja sebesar 8,52%, terdiri dari stunted obesity (1,96%) dan non-stunted obesity (6,57%). Sebanyak 26,93% remaja memiliki kadar trigliserida tinggi dan 75,00% remaja memiliki kadar HDL-C rendah. Ditemukan 80,80% remaja dengan rasio TG/HDL-C ≥1,70. Rerata kadar trigliserida, HDL-C, dan rasio TG/HDL-C pada remaja stunted obesity lebih tinggi dari kelompok remaja non-stunted obesity dimana tidak bermakna. Simpulan: Rerata rasio TG/HDL-C pada kelompok remaja stunted obesity lebih tinggi dibanding kelompok remaja non-stunted obesity (p=0,745)
PENGARUH PEMBERIAN JUS APEL FUJI (MALUS DOMESTICA) DAN SUSU TINGGI KALSIUM RENDAH LEMAK TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA PADA TIKUS SPRAGUE DAWLEY HIPERKOLESTEROLEMIA Agustina, Ratna Yolanda; Sulchan, Muhammad
Journal of Nutrition College Vol 2, No 4 (2013): Oktober 2013
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.628 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v2i4.3822

Abstract

Latar Belakang : Salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) adalah hiperkolesterolemia, suatu kondisi dimana tingginya kadar kolesterol dalam darah. Hiperkolesterolemia erat hubungannya dengan kadar trigliserida di dalam darah apabila trigliserida dalam darah tinggi akan memicu timbulnya atherosklerosis. Apel fuji mengandung zat fitokimia seperti quercetin, catechin, phloridzin dan asam klorogenik yang diketahui dapat menurunkan kadar trigliserida dalam darah. Kalsium dalam susu berguna untuk menurunkan berat badan dan menurunkan sintesis lemak dan mencegah  hiperkolesterolemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jus buah apel fuji dan susu tinggi kalsium rendah lemak terhadap kadar trigliserida pada tikus Sprague Dawley hiperkolesterolemia.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan pre-post test randomized control group design yang menggunakan 30 ekor tikus Sprague Dawely hiperkolesterolemia. Dibagi  secara acak menjadi 6 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif yang hanya diberikan pakan standart, kontrol positif yang diberikan pakan standart dan tinggi lemak, dua kelompok diberikan pakan standart, pakan tinggi lemak dan jus apel fuji dengan kulit dan jus apel fuji tanpa kulit, dua kelompok lainnya mendapat pakan standart, pakan tinggi kolesterol, susu tinggi kalsium rendah lemak dan jus apel fuji dengan kulit dan tanpa kulit selama 14 hari. Data dianalisis dengan uji Paired t-test dan Anova.Hasil: Perubahan kadar trigliserida kelompok kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan jus apel kulit, jus apel tanpa kulit, jus apel kulit dan susu tinggi kalsium, jus apel tanpa kulit dan susu tinggi kalsium secara berurutan adalah -10,25 (p=0,296); 4,25 (p=0,762); -34,25 (p=0,005), 7,50 (p=0,017), 5,20 (p=0,782), 21,75 (p=0,68). Berdasarkan uji Anova terdapat perbedaan perubahan kadar trigliserida antar kelompok (p=0,037). Simpulan : Pemberian jus apel fuji tanpa kulit selama 14 hari dapat menurunkan kadar trigliserida secara signifikan, namun pemberian jus apel fuji dengan kulit dapat menaikan kadar trigliserida secara signifikan.
RESISTENSI INSULIN PADA REMAJA PUTRI STUNTED OBESITY DI PEDESAAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Luthfiah, Nita Hasna; Sulchan, Muhammad
Journal of Nutrition College Vol 5, No 3 (2016): Juli
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (416.515 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v5i3.16384

Abstract

Latar belakang: Stunted  adalah masalah kurang gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu lama. Kondisi ini menyebabkan beberapa perubahan metabolik sehingga remaja stunted cenderung mengalami obesitas. Obesitas pada remaja dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan metabolik termasuk resistensi insulin dan diabetes mellitus tipe 2. Intoleransi glukosa ialah salah satu tanda awal. HbA1c digunakan sebagai alat identifikasi adanya intoleransi glukosa akibat resistensi insulin.Metode: Skrining dilakukan pada 1002 remaja putri di SMP dan MTS Desa Bangsri Kabupaten Jepara. Penelitian  observasional dengan desain case control. Kelompok  kasus yaitu 20 remaja putri stunted obesity, dan  kelompok kontrol 20 remaja putri stunted non obesity. Dilakukan pengukuran tinggi badan, berat badan,, lingkar pinggang kadar dan HbA1c. Analisis data menggunakan independent t-test.Hasil: Rata-rata kadar HbA1c remaja putri stunted obesity 5,2% dan non stunted obesity 5,1%. Dua orang (10%) dari kelompok kasus memiliki kontrol glikemik sedang.Simpulan: Angka kejadian  obesitas lebih tinggi pada pada remaja putri stunted  dibandingkan dengan non-stunted.  Kadar HbA1c remaja putri stunted obesity lebih tinggi dari non stunted obesity.
PENGARUH KONSELING MODIFIKASI GAYA HIDUP TERHADAP ASUPAN KOLESTEROL, KADAR KOLESTEROL HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL), DAN KADAR C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA REMAJA OBESITAS DENGAN SINDROM METABOLIK Nunggraeni, Desy Restu; Sulchan, Muhammad
Journal of Nutrition College Vol 4, No 3 (2015): Juli 2015
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.453 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v4i3.10093

Abstract

Latar Belakang: Peningkatan prevalensi obesitas sentral cenderung meningkatkan prevalensi sindrom metabolik (SM). Obesitas dapat mempengaruhi penurunan HDL yang merupakan salah satu kriteri SM dan meningkatkan kadar CRP. Modifikasi gaya hidup berupa pengaturan asupan makanan dan aktivitas fisik dapat mengurangi risiko SM.Metode: Penelitian non-randomized pre-post test control group design diikuti oleh 27 remaja obesitas dengan SM. Sebelas remaja pada kelompok konseling intensif mengikuti konseling modifikasi gaya hidup selama 2 bulan dan enam belas remaja pada kelompok konseling tidak intensif hanya mendapat konseling awal. Kualitas diet, aktivitas fisik, asupan kolesterol, kadar HDL, dan kadar CRP diukur sebelum dan sesudah intervensi. Uji statistik yang digunakan adalah paired t-test, Wilcoxon , independent t -tes, dan Mann Whitney.  Hasil: Konseling modifikasi gaya hidup meningkatkan kualitas diet dan aktivitas fisik, juga menurunkan kadar CRP. Pada kelompok konseling intensif, variabel yang memiliki perbedaan signifikan adalah kualitas diet (p=0,006) dan CRP (p=0,028), sedangkan kelompok konseling tidak intensif yang memiliki perbedaan signifikan adalah kualitas diet (p=0.040), aktivitas fisik (p=0,001), dan kadar CRP (p=0.180). Kualitas diet pada kelompok konseling intensif lebih baik daripada kelompok konseling tidak intensif (1,09 dibanding  0,81). Peningkatan aktivitas fisik lebih tinggi pada kelompok konseling tidak intensif (1.089,47 MET-menit/minggu) dibandingkan kelompok konseling intensif (179,409 MET-menit/minggu). Penurunan kadar CRP pada kelompok konseling intensif lebih besar dibandingkan dengan kelompok konseling tidak intensif (2,91 mg/dL dibanding 1,21 mg/dL). Simpulan: Konseling modifikasi gaya hidup meningkatkan kualitas diet dan aktivitas fisik, juga menurunkan kadar CRP. Konseling modifikasi gaya hidup yang dilakukan secara intensif lebih meningkatkan kualitas diet dan menurunkan kadar CRP dibandingkan dengan konseling tidak intensif, tetapi tidak terbukti meningkatkan aktivitas fisik, kadar HDL, dan menurunkan kolesterol.Latar Belakang: Peningkatan prevalensi obesitas sentral cenderung meningkatkan prevalensi sindrom metabolik (SM). Obesitas dapat mempengaruhi penurunan HDL yang merupakan salah satu kriteri SM dan meningkatkan kadar CRP. Modifikasi gaya hidup berupa pengaturan asupan makanan dan aktivitas fisik dapat mengurangi risiko SM.Metode:Penelitian non-randomized pre-post test control group designdiikutioleh 27 remaja obesitas dengan SM. Sebelas remaja pada kelompok konseling intensif mengikuti konseling modifikasi gaya hidup selama 2 bulan dan enam belas remaja pada kelompok konseling tidak intensif hanya mendapat konseling awal. Kualitas diet, aktivitas fisik, asupan kolesterol, kadar HDL, dan kadar CRP diukur sebelum dan sesudah intervensi. Uji statistik yang digunakan adalah paired t-test, Wilcoxon , independent t -tes, dan Mann Whitney.  Hasil: Konseling modifikasi gaya hidup meningkatkan kualitas diet dan aktivitas fisik, juga menurunkan kadar CRP. Pada kelompok konseling intensif, variabel yang memiliki perbedaansignifikan adalah kualitas diet (p=0,006) dan CRP (p=0,028), sedangkan kelompok konseling tidak intensif yang memiliki perbedaan signifikan adalah kualitas diet (p=0.040), aktivitas fisik (p=0,001), dan kadar CRP (p=0.180). Kualitas diet pada kelompok konseling intensif lebih baik daripada kelompok konseling tidak intensif (1,09 dibanding  0,81). Peningkatan aktivitas fisik lebih tinggi pada kelompok konseling tidak intensif (1.089,47 MET-menit/minggu) dibandingkan kelompok konseling intensif (179,409 MET-menit/minggu). Penurunan kadar CRP pada kelompok konseling intensif lebih besar dibandingkan dengan kelompok konseling tidak intensif (2,91 mg/dL dibanding 1,21 mg/dL).Simpulan: Konseling modifikasi gaya hidup meningkatkan kualitas diet dan aktivitas fisik, juga menurunkan kadar CRP. Konseling modifikasi gaya hidup yang dilakukan secara intensif lebih meningkatkan kualitas diet dan menurunkankadar CRP dibandingkan dengan konseling tidak intensif, tetapi tidak terbukti meningkatkan aktivitas fisik, kadar HDL, dan menurunkan kolesterol.
INDEKS LINGKAR PINGGANG-TRIGLISERIDA PADA REMAJA PUTRI STUNTED OBESITY DI PEDESAAN JEPARA Sari, Putri Permata; Sulchan, Muhammad
Journal of Nutrition College Vol 5, No 3 (2016): Juli
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.852 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v5i3.16406

Abstract

Latar belakang: Stunted merupakan gangguan pertumbuhan linear akibat kekurangan gizi kronis yang menjadi masalah utama di negara berkembang termasuk Indonesia. Prevalensi  remaja stunted di Kabupaten Jepara mencapai 30,5 % termasuk dalam kategori tinggi. Remaja stunted  lebih berisiko mengalami overweight atau obesitas. Kondisi obesitas abdominal menyebabkan peningkatan produksi asam lemak bebas oleh jaringan adiposa yang meningkatkan kadar trigliserida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian obesitas dan membuktikan nilai indeks lingkar pinggang-trigliserida yang lebih tinggi pada remaja putri stunted obesity. Indeks lingkar pinggang trigliserida merupakan  prediktor terjadinya sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskuler.  Metode: Skrining dilakukan pada 1002 remaja putri di SMP dan MTS Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara. Penelitian dengan rancangan case control dilakukan pada remaja putri stunted. Pemilihan subjek penelitian menggunakan multistage random sampling. Kelompok kasus (n = 16 ) adalah remaja putri stunted obesity, sedangkan  kelompok kontrol (n = 16)  adalah remaja putri stunted non obesity. Pengukuran lingkar pinggang dengan menggunakan meteran non elastis, dan pemeriksaan kadar trigliserida darah menggunakan metode kalorimetrik enzimatik. Data dianalisis dengan independent t-test untuk menilai perbedaan indeks lingkar pinggang trigliserida antara dua kelompok.  Hasil: Jumlah remaja putri stunted 234 (23,35%) dan non-stunted 768 (76,65%). Obesitas abdominal pada remaja putri stunted mencapai 11,11 %, sedangkan non stunted 8,85 %. Rerata indeks lingkar pinggang-trigliserida pada stunted obesity 74,5±10,87, sedangkan pada stunted non obesity 58,45±5,4. Didapatkan  perbedaan bermakna pada  indeks lingkar pinggang-trigliserida antara dua kelompok. Simpulan: Prevalensi obesitas abdominal pada remaja putri stunted  lebih tinggi dibandingkan dengan non stunted. Nilai indeks lingkar pinggang-trigliserida lebih tinggi pada remaja putri stunted obesity. 
INAKTIVITAS FISIK, HYPERTRIGLYCERIDEMIC-WAIST (HTW) PHENOTYPE SEBAGAI FAKTOR RISIKO PENINGKATAN KADAR C-REACTIVE PROTEIN PADA REMAJA SINDROM METABOLIK Lestari, Desy Prima; Sulchan, Muhammad
Journal of Nutrition College Vol 3, No 3 (2014): Juli 2014
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.44 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v3i3.6606

Abstract

Latar Belakang: Prevalensi obesitas di Indonesia dari tahun 2010 hingga 2013 mengalami peningkatan dari 1,4% menjadi 1,6%. Obesitas memiliki hubungan dengan kejadian sindrom metabolik, inflamasi dan penyakit degenartif seperti penyakit jantung dan diabetes melitus tipe 2. Aktivitas fisik memiliki hubungan dengan obesitas dan sindrom metabolik. Aktivitas fisik yang rendah dapat menyebabkan kenaikan lingkar pinggang dan trigliserida yang juga berhubungan dengan status pro-inflamatori seperti C-Reactive Protein (CRP)Metode: Desain penelitian ini adalah cross-sectional yang melibatkan 835 siswa laki-laki dan perempuan yang berusia 15-18 tahun. Dengan teknik pengambilan sampel secara random didapatkan sampel sejumlah 38 orang. Pengukuran yang dilakukan terhadap responden adalah pengukuran antropometri, pemeriksaan kadar trigliserida. High Density Lipoprotein Cholestrol (HDL-c), gula darah puasa (GDP) dan CRP. Kategori penentuan sindrom metabolik berdasarkan kriteria NCEP-ATP III. Kategori HTW adalah peningkatan serum trigliserida ≥ 100 mg/dL dan lingkar pinggang ≥persentil 90. Data aktivitas fisik didapatkan melalui kuisioner Quantification de L‘ Activite Physique en Altidue ches les Enfants (QAPACE) Inaktivitas fisik dan HTW akan ditelusuri nilai faktor resikonya terhadap peningkatan kadar CRP.Hasil: Prevalensi obesitas 7,9% dan prevalensi sindrom metabolik sebesar 15,2%. Aktivitas fisik merupakan faktor risiko peningkatan CRP (1,12). Peningkatan kadar trigliserida dan lingkar pinggang meningkatkan resiko sindrom metabolik (RP: 3,85) namun tidak terbukti sebagai faktor risiko terhadap peningkatan CRP.Simpulan: Prevalensi obesitas di SMAN2 semarang lebih tinggi dibandingkan Riskesdas 2013. Telah terjadi sindrom metabolik pada remaja obesitas. Inaktivitas fisik merupakan faktor risiko peningkatan CRP dan HTW merupakan faktor resiko terjadinya Sindrom metabolik.
Sedentary lifestyle sebagai risiko kejadian obesitas pada remaja SMA stunted di Kota Semarang Mandriyarini, Retno; Sulchan, Muhammad; Nissa, Choirun
Journal of Nutrition College Vol 6, No 2 (2017): April
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (674.618 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v6i2.16903

Abstract

Latar Belakang: Perkembangan teknologi pada saat ini terjadi peningkatan perilaku sedentary lifestyle pada remaja. Sedentary lifestyle berhubungan dengan aktivitas pergerakan tubuh yang minim dengan pengeluaran energi expenditur setara 1 -1,5 metabolic equivalent (METs). Peningkatan sedentary lifestyle meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan salah satunya adalah obesitas. Terjadinya status gizi kurang secara kronis dan mengalami stunted dapat berhubungan dengan terjadinya remaja obes. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui sedentary lifestyle sebagai faktor risiko kejadian obesitas pada remaja stunted. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan populasi remaja SMA di Semarang. Subjek penelitian diambil dengan cara cluster random-sampling antara kelompok urban dan sub urban. Besar sampel sebanyak 42 siswa dengan kondisi stunted. Kriteria inklusi penelitian ini yaitu berusia 14-18 tahun, mengalami stunted  dengan status gizi TB/U <-2 SD dan BMI for age percentile <95 pada kelompok kontrol (kelompok stunted non obes) dan BMI for age percentile >95 serta status gizi TB/U <-2 SD pada kelompok kasus (kelompok stunted obes).Hasil: Jumlah obesitas sebanyak 151(6,6%), stunted  269(11,7%) dan stunted   yang mengalami obesitas 45(1,9%). Kegiatan sedentary lifestyle yang umum dilakukan oleh remaja stunted yang berisiko menjadi obesitas yaitu kegiatan menonton TV, membaca buku untuk kesenangan serta pergi beribadah atau pergi ke sekolah di hari libur.Simpulan: Remaja stunted  dengan sedentary lifestyle ≥ 5 jam/hari berisiko 2,9 kali lebih besar menjadi obesitas dibandingkan dengan  < 5 jam/hari. 
PENGARUH KONSELING MODIFIKASI GAYA HIDUP TERHADAP ASUPAN LEMAK, KADAR TRIGLISERIDA DAN INTERLEUKIN(IL)-18 PADA REMAJA OBESITAS DENGAN SINDROM METABOLIK Indaryono, Cleo Syahan; Sulchan, Muhammad
Journal of Nutrition College Vol 5, No 4 (2016): Oktober
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (631.28 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v5i4.16424

Abstract

Latar Belakang: Sindrom metabolik merupakan kumpulan dari berbagai kelainan metabolik seperti resistensi insulin, obesitas sentral, hipertensi, dislipidemi, keadaan proinflamasi dan protrombik. Keadaan sindrom metabolik pada umumnya diawali dengan obesitas, terutama obesitas viseral. Keseimbangan antara asupan dan aktivitas fisik merupakan faktor yang mengurangi perkembangan sindrom metabolik. Asupan lemak, kadar tirgliserida dan interleukin-18 merupakan salah satu faktor resiko pada sindrom metabolik, dan dengan menggunakan modifikasi gaya hidup diharapkan dapat memberikan penurunan terhadap kadar kadar tersebut.Metode: Penelitian ini menggunakan studi penelitian non-randomized pre-post test control group design. Populasi penelitian adalah 27 remaja obesitas dengan sindrom metabolik di SMA Negeri 2 Semarang. Subyek dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan variasi konseling yang didapatkan. Sebelas remaja mengikuti kelompok konseling intensif dan enam belas remaja tidak intensif selama 2 bulan. Kualitas diet, aktivitas fisik, asupan lemak, kadar trigliserida, dan kadar IL-18 diukur sebelum dan sesudah intervensi. Uji statistik yang digunakan adalah paired t-test, Wilcoxon , independent t -tes, dan Mann Whitney.  Hasil: Konseling modifikasi gaya hidup meningkatkan kualitas diet, juga menurunkan kadar asupan lemak, kadar trigliserida dan kadar IL-18. Pada kelompok konseling intensif, variabel yang memiliki perbedaan signifikan adalah kualitas diet (p=0,01), asupan lemak (p=0,04) dan kadar IL-18 (p=0,01), sedangkan kelompok konseling tidak intensif yang memiliki perbedaan signifikan adalah kualitas diet (p=0,04) , aktivitas fisik (p=0,001), asupan lemak (p=0,009), kadar trigliserida (p=0,001) dan kadar IL-18 (p=0,007). Peningkatan kadar trigliserida pada kelompok tidak intensif lebih besar dibandingkan kelompok intensif (65,75 mg/dL dibandingkan 11,54 mg/dL)Simpulan: Ada pengaruh konseling modifikasi gaya hidup terhadap kualitas diet, aktivitas fisik, asupan lemak, kadar trigliserida dan IL-18. Aktivitas fisik pada kedua kelompok meningkat namun kelompok konseling tidak intensif memiliki perubahan rerata yang lebih besar. Asupan lemak pada kedua kelompok konseling menurun, namun kelompok konseling tidak intensif memiliki rerata yang lebih besar. Kadar trigliserida meningkat pada kedua kelompok konseling, namun kelompok konseling intensif memiliki peningkatan yang lebih kecil. Kadar IL-18 pada kedua kelompok menurun, namun kelompok konseling tidak intensif memiliki rerata yang lebih besar.  Latar Belakang:Sindrom metabolik merupakan kumpulan dari berbagai kelainan metabolik seperti resistensi insulin, obesitas sentral, hipertensi, dislipidemi, keadaan proinflamasi dan protrombik. Keadaan sindrom metabolik pada umumnya diawali dengan obesitas, terutama obesitas viseral.Keseimbangan antara asupan dan aktivitas fisik merupakan faktor yang mengurangi perkembangan sindrom metabolik. Asupan lemak, kadar tirgliserida dan interleukin-18 merupakan salah satu faktor resiko pada sindrom metabolik, dan dengan menggunakan modifikasi gaya hidup diharapkan dapat memberikan penurunan terhadap kadar kadar tersebut.Metode:Penelitian ini menggunakan studi penelitian non-randomized pre-post test control group design. Populasi penelitian adalah 27 remaja obesitas dengan sindrom metabolik di SMA Negeri 2 Semarang. Subyek dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan variasi konseling yang didapatkan. Sebelas remaja mengikuti kelompok konseling intensif dan enam belas remaja tidak intensif selama 2 bulan. Kualitas diet, aktivitas fisik, asupan lemak, kadar trigliserida, dan kadar IL-18 diukur sebelum dan sesudah intervensi. Uji statistik yang digunakan adalah paired t-test, Wilcoxon , independent t -tes, dan Mann Whitney.  Hasil: Konseling modifikasi gaya hidup meningkatkan kualitas diet, juga menurunkan kadar asupan lemak, kadar trigliserida dan kadar IL-18. Pada kelompok konseling intensif, variabel yang memiliki perbedaan signifikan adalah kualitas diet (p=0,01), asupan lemak (p=0,04) dan kadar IL-18 (p=0,01), sedangkan kelompok konseling tidak intensif yang memiliki perbedaan signifikan adalah kualitas diet (p=0,04) , aktivitas fisik (p=0,001), asupan lemak (p=0,009), kadar trigliserida (p=0,001) dan kadar IL-18 (p=0,007). Peningkatan kadar trigliserida pada kelompok tidak intensif lebih besar dibandingkan kelompok intensif (65,75 mg/dL dibandingkan 11,54 mg/dL)*) Penulis Penanggungjawab Simpulan: Ada pengaruh konseling modifikasi gaya hidup terhadap kualitas diet, aktivitas fisik, asupan lemak, kadar trigliserida dan IL-18. Aktivitas fisik pada kedua kelompok meningkat namun kelompok konseling tidak intensif memiliki perubahan rerata yang lebih besar. Asupan lemak pada kedua kelompok konseling menurun, namun kelompok konseling tidak intensif memiliki rerata yang lebih besar. Kadar trigliserida meningkat pada kedua kelompok konseling, namun kelompok konseling intensif memiliki peningkatan yang lebih kecil. Kadar IL-18 pada kedua kelompok menurun, namun kelompok konseling tidak intensif memiliki rerata yang lebih besar.