Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

PROSES DEPROTEINISASI KARET ALAM (DPNR) DARI LATEKS Hevea brasiliensis Muell Arg. DENGAN CARA ENZIMATIK Astrid, Dewi; Febrianti, Inky; Mulyasari, Rita; Hidayat, Ade Sholeh; Hidayat, Ace Tatang; Rachman, Saadah Diana; Maksum, Iman Permana; Rahayu, Iman; Soedjanaatmadja, Ukun M. S.
Chimica et Natura Acta Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.301 KB) | DOI: 10.24198/cna.v2.n2.9152

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet terbesar setelah Thailand. Sehubungan dengan produksi karet alam di Indonesia, kultur tanaman Hevea brasiliensis secara ekonomi sangat penting bagi negara tropis penghasil karet. Salah satu peluang dari pemanfaatan lateks H. brasiliensis adalah dengan memproduksi karet densitas rendah yang memiliki kadar protein yang rendah untuk digunakan sebagai bahan pembuatan sponge untuk pipa apung lepas pantai atau sarung tangan, alat kontrasepsi (kondom), dan lain-lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan karet alam yang memiliki densitas rendah, serta kandungan nitrogen total yang rendah,melalui sentrifugasi dan proses deproteinisasi dengan penambahan enzim protease(papain)dan kombinasi denaturan (β-merkaptoetanol dan SDS) pada fraksi karet dari lateksH. brasilliensis Muell Arg. Klon PR 255. Lateks disentrifugasi pada suhu 0oC dengan kecepatan 4.000 rpm selama 180 menit dan 19.000 rpm selama 60 menit. Lateks akan terpisah menjadi tiga fraksi utama; yaitu fraksi karet (atas), C serum (tengah) dan partikel koloid (bawah). Fraksi karet diperlakukan dengan tiga variasi enzimatik. Enzimatik A, dilakukan penambahan enzim papain. Enzimatik B, dilakukan penambahan enzim papain, deterjen SDS dan β-merkaptoetanol secara bersamaan. Enzimatik C, dilakukan penambahan deterjen SDS dan β-merkaptoetanol terlebih dahulu, setelah diinkubasi selama 24 jam dilakukan penambahan enzim papain. Proses inkubasi dilakukan selama 48 dan 96 jam, pada suhu 37oC. Densitas karet dan kadar nitrogen total dari fraksi karet sebelum dan sesudah proses enzimatik dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimal penurunan kadar nitrogen didapat pada kecepatan 19.000 rpm selama 60 menit (waktuinkubasi selama 96 jam) yaitu sebesar 88,26% dengan kadar nitrogen total sebesar 0,05% (menurundarikadar nitrogen awal 0,40%) sertadensitasnyasebesar 0,8086 g/mL (menurun dari densitas awal 0,9287g/mL).Kadar nitrogen total sebelum sentrifugasi sebesar 0,40%, dan setelah sentrifugasi sebesar 0,30%. Densitas karet tanpa sentrifugasi, sesudah sentrifugasi pada kecepatan 4.000 rpm dan sesudah proses enzimatik C masing-masing sebesar 0,9287; 0,8986 dan 0,8168 g/mL.Sedangkan untuk kecepatan 19.000 rpm, densitas karet tanpa sentrifugasi, setelah sentrifugasi dan setelah proses enzimatik C masing-masing sebesar 0,9287; 0,8890dan 0,8086 g/mL.
Alga Merah (Gracilaria coronopifolia) sebagai Sumber Fitohormon Sitokinin yang Potensial Rachman, Saadah Diana; Mukhtari, Zakiyah; Soedjanaatmadja, R. Ukun M.S.
Chimica et Natura Acta Vol 5, No 3 (2017)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.557 KB) | DOI: 10.24198/cna.v5.n3.16060

Abstract

Alga  merah (Gracilaria coronopifolia) merupakan tanaman tingkat rendah berupa thallus yang tidak memiliki daun, akar dan batang sejati serta sebagian besar tumbuh pada batu di terumbu karang. Alga merah selain mengandung beberapa senyawa organik seperti polisakarida, vitamin, dan berbagai senyawa bioaktif, juga merupakan tanaman yang mengandung fitohormon sitokinin yang cukup potensial dan bermanfaat untuk pembuatan pupuk hormon/biostimulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi sitokinin dari alga merah G. coronopifolia, serta mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa). Isolasi dan identifikasi sitokinin dimulai dengan proses maserasi menggunakan metanol 80%, ekstraksi dengan etil asetat, kromatografi adsorpsi, kromatografi lapis tipis preparatif, dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) fase terbalik menggunakan kolom nukleosil ODS. Keaktifan isolat sitokinin diuji hayati dengan menggunakan bioindikator padi, dengan mengukur panjang tajuk dan berat kering tajuk tanaman uji.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang tajuk dan berat kering tanaman uji dengan penambahan isolat sitokinin sebesar 19,6 ppm masing-masing meningkat sebesar 22,12% dan 10,49%. Hasil KCKT dari sitokinin hasil isolasi menunjukkan waktu retensi yang sama dengan standar sitokinin (trans-zeatin) yaitu 8,28 menit. Kadar sitokinin yang terdapat dalam Gracilaria coronopifolia adalah 6,26 × 10-2 mg/g berat kering.
BEBERAPA MIKROORGANISME YANG MENGHASILKAN ENZIM INULINASE, ISOLASI DAN KARAKTERISASI ENZIM DARI Aspergillus flavus Gmn11.2 GALUR LOKAL Saryono, Saryono; Fitriani, Fitriani; Soedjanaatmadja, Ukun M.S.
Chimica et Natura Acta Vol 4, No 3 (2016)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.219 KB) | DOI: 10.24198/cna.v4.n3.11030

Abstract

Indonesia merupakan negara tropis yang  kaya akan berbagai tumbuhan dan mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim inulinase yang sangat bermanfaat untuk industri pangan dan farmasi. Inulinase adalah enzim yang menghidrolisis inulin menjadi fruktosa atau frukto-oligosakarida. Untuk mengisolasi inulinase dalam jumlah yang cukup banyak dari tumbuhan cukup sulit, oleh sebab itu inulinase mikrobial merupakan obyek penelitian yang sangat menarik bagi para peneliti. Tujuan penelitian ini adalah isolasi dan indentifikasi berbagai jenis jamur lokal yang potensial menghasilkan inulinase, serta isolasi dan pemurnian inulinase dari A. flavus Gmn11.2 galur lokal. Mikroorganisme A. flavus Gmn11.2 galur lokal dikembangbiakan pada media fermentasi  skala labu 250 mL, yang mengandung induser inulin selama 84 jam pada suhu 37oC. Enzim inulin (ekstraselular) yang diproduksi selanjutnya diisolasi dan dimurnikan melalui tahapan fraksionasi amonium sulfat pada rentang kejenuhan 40-80%, kromatografi kolom filtrasi Gel Sephadex G-25 (100 × 2 cm), kromatografi kolom penukar ion DEAE selulosa (20 × 1,6 cm), dengan elusi gradien 0,01-0,1 M buffer natrium fosfat pada laju alir 3 mL/menit. Enzim murni hasil isolasi kemudian ditentukan kondisi optimum aktivitas serta parameter kinetikanya. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari berbagai mikroorganisme yang memiliki potensi untuk menghasilkan enzim inulinase dengan aktivitas yang tinggi adalah Aspergillus clavatus (BG5), Fusarium solani (PB3), Fusarium sp2 (LB2), dan A. flavus (ML2). Setelah melalui tahapan kromatografi penukar ion, diperoleh enzim inulinase yang cukup murni yang ditandai dengan intensitas pita hasil SDS elektroforesis, dengan peningkatan faktor kemurnian 15,66 kali dibandingkan dengan ekstrak enzim kasar. Adapun aktivitas  enzim inulinase hasil isolasi dari A. flavus Gmn11.2 galur lokal, bekerja pada kondisi optimum: pH 5,0, suhu 50°C dan waktu inkubasi 4 jam. Parameter kinetika enzimatik dari inulinase diperoleh harga KM33 mg/L dan Vmaks 1,8 x 10-3 µmol/menit. Dari hasil elektroforesis SDS poliakrilamida menunjukkan enzim inulinase dari A. flavus Gmn11.2 galur lokal, memiliki berat molekul (Mr) 138 kDa, terdiri dari dua sub-unit polipeptida (dimer) dengan Mr masing-masing 72 dan 66 kDa.
Aplikasi Desain Eksperimen Plackett-Burman dan Response Surface Methodology Box-Behnken pada Produksi Senyawa Pengontras Magnetic Resonance Imaging Gadolinium Dietilentriaminpentaasetat-Folat Fauzia, Retna Putri; Mutalib, Abdul; Soedjanaatmadja, Ukun M.S.; Anggraeni, Anni; Yusuf, Muhammad; Bahti, Husein H.
Chimica et Natura Acta Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.635 KB) | DOI: 10.24198/cna.v5.n1.12813

Abstract

Desain Plackett-Burman digunakan untuk menyeleksi variabel yang memiliki pengaruh utama dalam produksi Gadolinium Dietilentriaminpentaasetat-Folat (Gd-DTPA-Folat) sebagai senyawa pengontras Magnetic Resonance Imaging (MRI). Tujuh variabel seperti rasio mol Gadolinium (Gd) dan ligan Dietilentriaminpentaasetat-Folat (DTPA-Folat), suhu, laju pengadukan, pH, waktu reaksi dan volume pelarut diseleksi dalam proses produksi. Faktor dummy yang tidak memiliki pengaruh secara kimia ditambahkan juga dalam eksperimen. Dari ketujuh variabel, rasio mol Gd dan DTPA-Folat, laju pengadukan dan volume pelarut memiliki pengaruh yang positif terhadap persentase hasil rendemen Gd-DTPA-Folat. Tahapan selanjutnya adalah mengetahui interaksi antara faktor-faktor yang berpengaruh positif dalam eksperimen dan menghasilkan respon optimum untuk keseluruhan variabel menggunakan Response Surface Methodology Box-Behnken. Pendekatan statistik dalam studi untuk eksperimen desain menggunakan Software Design Expert 9.0.6.2. Kesimpulan dalam hasil penelitian adalah bahwa kondisi reaksi optimum dalam produksi Gd-DTPA-Folat, yaitu rasio mol Gd dan DTPA-Folat 10:1, laju pengadukan 500 RPM dan volume pelarut sebanyak 20 mL (untuk 2,5 x 10-4 mmol ligan). Prediksi hasil rendemen Gd-DTPA-Folat pada kondisi optimum adalah 87,3296%.
PROSES DEPROTEINISASI KARET ALAM (DPNR) DARI LATEKS Hevea brasiliensis Muell Arg. DENGAN CARA ENZIMATIK Dewi Astrid; Inky Febrianti; Rita Mulyasari; Ade Sholeh Hidayat; Ace Tatang Hidayat; Saadah Diana Rachman; Iman Permana Maksum; Iman Rahayu; Ukun M. S. Soedjanaatmadja
Chimica et Natura Acta Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.301 KB) | DOI: 10.24198/cna.v2.n2.9152

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet terbesar setelah Thailand. Sehubungan dengan produksi karet alam di Indonesia, kultur tanaman Hevea brasiliensis secara ekonomi sangat penting bagi negara tropis penghasil karet. Salah satu peluang dari pemanfaatan lateks H. brasiliensis adalah dengan memproduksi karet densitas rendah yang memiliki kadar protein yang rendah untuk digunakan sebagai bahan pembuatan sponge untuk pipa apung lepas pantai atau sarung tangan, alat kontrasepsi (kondom), dan lain-lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan karet alam yang memiliki densitas rendah, serta kandungan nitrogen total yang rendah,melalui sentrifugasi dan proses deproteinisasi dengan penambahan enzim protease(papain)dan kombinasi denaturan (β-merkaptoetanol dan SDS) pada fraksi karet dari lateksH. brasilliensis Muell Arg. Klon PR 255. Lateks disentrifugasi pada suhu 0oC dengan kecepatan 4.000 rpm selama 180 menit dan 19.000 rpm selama 60 menit. Lateks akan terpisah menjadi tiga fraksi utama; yaitu fraksi karet (atas), C serum (tengah) dan partikel koloid (bawah). Fraksi karet diperlakukan dengan tiga variasi enzimatik. Enzimatik A, dilakukan penambahan enzim papain. Enzimatik B, dilakukan penambahan enzim papain, deterjen SDS dan β-merkaptoetanol secara bersamaan. Enzimatik C, dilakukan penambahan deterjen SDS dan β-merkaptoetanol terlebih dahulu, setelah diinkubasi selama 24 jam dilakukan penambahan enzim papain. Proses inkubasi dilakukan selama 48 dan 96 jam, pada suhu 37oC. Densitas karet dan kadar nitrogen total dari fraksi karet sebelum dan sesudah proses enzimatik dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimal penurunan kadar nitrogen didapat pada kecepatan 19.000 rpm selama 60 menit (waktuinkubasi selama 96 jam) yaitu sebesar 88,26% dengan kadar nitrogen total sebesar 0,05% (menurundarikadar nitrogen awal 0,40%) sertadensitasnyasebesar 0,8086 g/mL (menurun dari densitas awal 0,9287g/mL).Kadar nitrogen total sebelum sentrifugasi sebesar 0,40%, dan setelah sentrifugasi sebesar 0,30%. Densitas karet tanpa sentrifugasi, sesudah sentrifugasi pada kecepatan 4.000 rpm dan sesudah proses enzimatik C masing-masing sebesar 0,9287; 0,8986 dan 0,8168 g/mL.Sedangkan untuk kecepatan 19.000 rpm, densitas karet tanpa sentrifugasi, setelah sentrifugasi dan setelah proses enzimatik C masing-masing sebesar 0,9287; 0,8890dan 0,8086 g/mL.
Alga Merah (Gracilaria coronopifolia) sebagai Sumber Fitohormon Sitokinin yang Potensial Saadah Diana Rachman; Zakiyah Mukhtari; R. Ukun M.S. Soedjanaatmadja
Chimica et Natura Acta Vol 5, No 3 (2017)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.557 KB) | DOI: 10.24198/cna.v5.n3.16060

Abstract

Alga  merah (Gracilaria coronopifolia) merupakan tanaman tingkat rendah berupa thallus yang tidak memiliki daun, akar dan batang sejati serta sebagian besar tumbuh pada batu di terumbu karang. Alga merah selain mengandung beberapa senyawa organik seperti polisakarida, vitamin, dan berbagai senyawa bioaktif, juga merupakan tanaman yang mengandung fitohormon sitokinin yang cukup potensial dan bermanfaat untuk pembuatan pupuk hormon/biostimulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi sitokinin dari alga merah G. coronopifolia, serta mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa). Isolasi dan identifikasi sitokinin dimulai dengan proses maserasi menggunakan metanol 80%, ekstraksi dengan etil asetat, kromatografi adsorpsi, kromatografi lapis tipis preparatif, dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) fase terbalik menggunakan kolom nukleosil ODS. Keaktifan isolat sitokinin diuji hayati dengan menggunakan bioindikator padi, dengan mengukur panjang tajuk dan berat kering tajuk tanaman uji.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang tajuk dan berat kering tanaman uji dengan penambahan isolat sitokinin sebesar 19,6 ppm masing-masing meningkat sebesar 22,12% dan 10,49%. Hasil KCKT dari sitokinin hasil isolasi menunjukkan waktu retensi yang sama dengan standar sitokinin (trans-zeatin) yaitu 8,28 menit. Kadar sitokinin yang terdapat dalam Gracilaria coronopifolia adalah 6,26 × 10-2 mg/g berat kering.
Studi In Silico Gadolinium(III)-Diethylene Triamine Pentaacetic Acid-Folat Dan Modifikasinya Terhadap Reseptor Folat Sebagai Senyawa Pengontras Untuk Deteksi Kanker Muhammad Yusuf; Bayu Shiddiq Widhi Pratama; Umi Baroroh; Shabarni Gaffar; Ukun M.S. Soedjanaatmadja
Chimica et Natura Acta Vol 9, No 3 (2021)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/cna.v9.n3.36035

Abstract

Tumor ganas atau kanker merupakan salah satu masalah utama kesehatan di dunia.  Pendeteksian dini sel kanker dengan menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) memungkinkan penanganan yang lebih baik. Pemilihan senyawa kontras yang tepat dapat meningkatkan akurasi diagnosa terhadap penyakit kanker. Sel kanker banyak mengekspresikan reseptor folat α yang mampu mengikat asam folat dalam tubuh. Penambahan asam folat ke dalam senyawa pengontras Gadolinium (III)-diethylene triamine pentaacetic acid (Gd-DTPA) berguna untuk meningkatkan spesifisitas diagnostik sel kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi senyawa pengontras dengan molekul target reseptor folat α dengan penambatan molekul dan simulasi dinamika molekul (MD). Struktur Gd-DTPA-folat dimodelkan dari struktur kristal Gd-DTPA dan folat. Hasil penambatan molekul dan simulasi MD menunjukkan interaksi Gd-DTPA-folat menurunkan afinitas folat terhadap reseptornya. Hasil perhitungan energi reseptor folat dengan folat dan Gd-DTPA-folat pada simulasi MD masing-masing -47,65 kkal/mol dan -43,78 kkal/mol. Modifikasi dilakukan pada struktur asam folat dengan penambahan gugus formil dan diuji kembali dengan penambatan molekul dan simulasi MD. Hasil simulasi menunjukkan bahwa modifikasi berpengaruh terhadap peningkatan afinitas folat dengan reseptor folat α melalui interaksi elektrostatik, dengan energi yang dihasilkan pada penambatan molekul dan MD masing-masing sebesar -7,04 kkal/mol dan -60,04 kkal/mol. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menghasilkan senyawa pengontras yang spesifik terhadap sel kanker.
BEBERAPA MIKROORGANISME YANG MENGHASILKAN ENZIM INULINASE, ISOLASI DAN KARAKTERISASI ENZIM DARI Aspergillus flavus Gmn11.2 GALUR LOKAL Saryono Saryono; Fitriani Fitriani; Ukun M.S. Soedjanaatmadja
Chimica et Natura Acta Vol 4, No 3 (2016)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.219 KB) | DOI: 10.24198/cna.v4.n3.11030

Abstract

Indonesia merupakan negara tropis yang  kaya akan berbagai tumbuhan dan mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim inulinase yang sangat bermanfaat untuk industri pangan dan farmasi. Inulinase adalah enzim yang menghidrolisis inulin menjadi fruktosa atau frukto-oligosakarida. Untuk mengisolasi inulinase dalam jumlah yang cukup banyak dari tumbuhan cukup sulit, oleh sebab itu inulinase mikrobial merupakan obyek penelitian yang sangat menarik bagi para peneliti. Tujuan penelitian ini adalah isolasi dan indentifikasi berbagai jenis jamur lokal yang potensial menghasilkan inulinase, serta isolasi dan pemurnian inulinase dari A. flavus Gmn11.2 galur lokal. Mikroorganisme A. flavus Gmn11.2 galur lokal dikembangbiakan pada media fermentasi  skala labu 250 mL, yang mengandung induser inulin selama 84 jam pada suhu 37oC. Enzim inulin (ekstraselular) yang diproduksi selanjutnya diisolasi dan dimurnikan melalui tahapan fraksionasi amonium sulfat pada rentang kejenuhan 40-80%, kromatografi kolom filtrasi Gel Sephadex G-25 (100 × 2 cm), kromatografi kolom penukar ion DEAE selulosa (20 × 1,6 cm), dengan elusi gradien 0,01-0,1 M buffer natrium fosfat pada laju alir 3 mL/menit. Enzim murni hasil isolasi kemudian ditentukan kondisi optimum aktivitas serta parameter kinetikanya. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari berbagai mikroorganisme yang memiliki potensi untuk menghasilkan enzim inulinase dengan aktivitas yang tinggi adalah Aspergillus clavatus (BG5), Fusarium solani (PB3), Fusarium sp2 (LB2), dan A. flavus (ML2). Setelah melalui tahapan kromatografi penukar ion, diperoleh enzim inulinase yang cukup murni yang ditandai dengan intensitas pita hasil SDS elektroforesis, dengan peningkatan faktor kemurnian 15,66 kali dibandingkan dengan ekstrak enzim kasar. Adapun aktivitas  enzim inulinase hasil isolasi dari A. flavus Gmn11.2 galur lokal, bekerja pada kondisi optimum: pH 5,0, suhu 50°C dan waktu inkubasi 4 jam. Parameter kinetika enzimatik dari inulinase diperoleh harga KM33 mg/L dan Vmaks 1,8 x 10-3 µmol/menit. Dari hasil elektroforesis SDS poliakrilamida menunjukkan enzim inulinase dari A. flavus Gmn11.2 galur lokal, memiliki berat molekul (Mr) 138 kDa, terdiri dari dua sub-unit polipeptida (dimer) dengan Mr masing-masing 72 dan 66 kDa.
Pengaruh Fermentasi Biji Kakao dengan Menggunakan Kluyveromyces sp., Lactobacillus plantarum, Acetobacter xylinum, Enzim Papain dan Bromelain serta Sistein Terhadap Prekursor Cita Rasa serta Kandungan Nutrisi dan Polifenolnya Linda Yuniar; Saadah Diana Rachman; R. Ukun M.S. Soedjanaatmadja
Chimica et Natura Acta Vol 6, No 3 (2018)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.99 KB) | DOI: 10.24198/cna.v6.n3.20859

Abstract

Indonesia merupakan produsen kakao terbesar kedua di dunia. Kualitas biji kakao yang diekspor oleh Indonesia kurang baik karena tidak difermentasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan nilai nutrisi, kandungan polifenol serta prekursor cita rasa biji kakao melalui proses fermentasi dengan penambahan campuran mikroorganisme Kluyveromyces sp., Lactobacillus plantarum, Acetobacter xylinum, enzim papain dan bromelain serta inhibitor sistein. Adapun variasi fermentasi yang dilakukan adalah (A) biji kakao tidak difermentasi, (B) fermentasi alami, (C) fermentasi dengan Kluyveromyces sp. pada hari ke-0 dan L. plantarum pada hari ke-1, A. xylinum pada hari ke-2, (D) fermentasi dengan Kluyveromyces sp. pada hari ke-0 dan L. plantarum pada hari ke-1, A. xylinum pada hari ke-2 dan campuran enzim eksogen pada hari ke-3, dan (E) fermentasi dengan Kluyveromyces sp. pada hari ke-0 dan L. plantarum pada hari ke-1, A. xylinum pada hari ke-2 serta campuran enzim eksogen dan inhibitor sistein pada hari ke-3. Fermentasi dihentikan pada hari ke-5 kemudian biji kakao dianalisis kadar protein dengan metode Kjeldahl, kadar lemak dengan metode Sokletasi, kadar air dengan metode pengeringan, kadar abu dengan metode gravimetri, asam amino bebas dengan metode kromatografi kertas, kadar karbohidrat dengan metode by difference, pH dengan alat pH meter, dan polifenol dengan metode Folin Ciocalteu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Kluyveromyces sp., L. plantarum, A. xylinum, campuran enzim bromelain, papain dan sistein dapat mempengaruhi kandungan nutrisi biji kakao hasil fermentasi. Kadar protein perlakuan A (biji kakao tanpa fermentasi) adalah 10,39% sedangkan pada perlakuan D terjadi peningkatan sampai 16,67%. Kadar lemak pada perlakuan A 50,50% dan pada perlakuan B 52,24%. Proses fermentasi pun menurunkan kadar karbohidratnya, dimana pada perlakuan A 29,11% sedangkan perlakuan E 23,03%. Perlakuan D dan E menunjukkan kadar nutrisi yang paling baik, ditunjukkan dengan adanya peningkatan kandungan asam amino bebas hidrofobiknya yang merupakan prekursor cita rasa. Proses fermentasi menaikan pH hingga 6-7, dimana nilai ini telah memenuhi standar fermentasi yang baik yaitu >5,00, sehingga biji kakao hasil penelitian ini memiliki kualitas yang baik. Proses fermentasi menurunkan kadar polifenol totalnya, dimana pada perlakuan A 7,15% sedangkan perlakuan B 2,41%. Penambahan inhibitor sistein (pada perlakuan E-4; E-5) dapat mempertahankan kadar polifenol totalnya yaitu 6,11 dan 5,45% dengan penurunan 14-23%. Kandungan katekin perlakuan E-4 sebesar 5,75%.
Aplikasi Desain Eksperimen Plackett-Burman dan Response Surface Methodology Box-Behnken pada Produksi Senyawa Pengontras Magnetic Resonance Imaging Gadolinium Dietilentriaminpentaasetat-Folat Retna Putri Fauzia; Abdul Mutalib; Ukun M.S. Soedjanaatmadja; Anni Anggraeni; Muhammad Yusuf; Husein H. Bahti
Chimica et Natura Acta Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.635 KB) | DOI: 10.24198/cna.v5.n1.12813

Abstract

Desain Plackett-Burman digunakan untuk menyeleksi variabel yang memiliki pengaruh utama dalam produksi Gadolinium Dietilentriaminpentaasetat-Folat (Gd-DTPA-Folat) sebagai senyawa pengontras Magnetic Resonance Imaging (MRI). Tujuh variabel seperti rasio mol Gadolinium (Gd) dan ligan Dietilentriaminpentaasetat-Folat (DTPA-Folat), suhu, laju pengadukan, pH, waktu reaksi dan volume pelarut diseleksi dalam proses produksi. Faktor dummy yang tidak memiliki pengaruh secara kimia ditambahkan juga dalam eksperimen. Dari ketujuh variabel, rasio mol Gd dan DTPA-Folat, laju pengadukan dan volume pelarut memiliki pengaruh yang positif terhadap persentase hasil rendemen Gd-DTPA-Folat. Tahapan selanjutnya adalah mengetahui interaksi antara faktor-faktor yang berpengaruh positif dalam eksperimen dan menghasilkan respon optimum untuk keseluruhan variabel menggunakan Response Surface Methodology Box-Behnken. Pendekatan statistik dalam studi untuk eksperimen desain menggunakan Software Design Expert 9.0.6.2. Kesimpulan dalam hasil penelitian adalah bahwa kondisi reaksi optimum dalam produksi Gd-DTPA-Folat, yaitu rasio mol Gd dan DTPA-Folat 10:1, laju pengadukan 500 RPM dan volume pelarut sebanyak 20 mL (untuk 2,5 x 10-4 mmol ligan). Prediksi hasil rendemen Gd-DTPA-Folat pada kondisi optimum adalah 87,3296%.