Pendahuluan: Manifestasi klinis reaksi kusta tipe 2, selain berupa eritema nodosum leprosum (ENL) klasik, dapat ditemukan bentuk klinis atipikal, salah satunya ENL nekrotikans. Pada reaksi kusta tipe 2 yang berat dan kronis, serta sudah tidak responsif terhadap terapi kortikosteroid tunggal, dapat diberikan minosiklin sebagai terapi ajuvan. Tujuan laporan kasus ini untuk menunjukkan efektivitas minosiklin sebagai terapi ajuvan prednison untuk pengobatan ENL nekrotikans. Kasus: Dilaporkan satu kasus kusta tipe borderline lepromatous disertai ENL nekrotikans pada seorang laki-laki berusia 23 tahun. Berdasarkan anamnesis diketahui pasien telah mengalami ENL berat lebih dari enam bulan dan tidak membaik dengan terapi kortikosteroid tunggal. Pada pemeriksaan fisis ditemukan ulkus multipel yang nyeri, dengan tepi meninggi, disertai black eschars di lengan dan tungkai. Gambaran histopatologis menunjukkan ulserasi epidermis, nekrosis di dermis, disertai gambaran vaskulitis leukositoklastik, infiltrat sel radang, dan panikulitis, yang menunjang diagnosis ENL nekrotikans. Pasien mendapat multidrug therapy-multibacillary, serta kombinasi prednison dan minosiklin 100 mg/hari. Perbaikan klinis terjadi setelah pengobatan bulan pertama. Diskusi: Lesi kulit awal ENL nekrotikans berupa plak atau nodul eritem, kemudian menjadi ulkus yang dalam dan nyeri, disertai black eschar. Minosiklin, selain memiliki efek anti-inflamasi, juga memiliki efek neuroprotektif dan sifat imunomodulasi, sehingga dapat digunakan dalam pengobatan reaksi kusta. Pada kasus ini, setelah enam bulan tidak berespons terhadap terapi prednison tunggal, terjadi perbaikan klinis setelah satu bulan mengonsumsi terapi kombinasi prednison dan minosiklin. Kesimpulan: Minosiklin efektif sebagai terapi ajuvan prednison untuk pengobatan ENL nekrotikans.