Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Crystal Growth of IRMOF-3 (Isoreticular Metal-Organic Frameworks-3) Synthesized using Solvothermal Method Pemta Tia Deka; Ratna Ediati; Didik Prasetyoko
IPTEK Journal of Proceedings Series Vol 1, No 1 (2014): International Seminar on Applied Technology, Science, and Arts (APTECS) 2013
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23546026.y2014i1.416

Abstract

IRMOF-3 crystals have been synthesized using solvothermal method by reacting zinc nitrate hexahydrate with 2-amino-1,4-benzenedicarboxylic acid in N'N-dimethylformamide ( DMF ) at 100 °C for 18, 24, 48, 72, 120 and 144 h to observe crystal growth . The obtained crystals were characterized using X - ray Diffraction ( XRD ) , SEM ( Scanning Electron Microscopy ) and Scanning Electron Microscopy - Energy Dispersive X-ray ( SEM - EDX ). Diffractograms of crystals synthesized at heating times of 24 and 48 hours showed major peaks at 2θ of 6.8; 9.6 and 13.7, which are the characteristic peaks of an IRMOF-3 crystal. The size of IRMOF-3 crystals observed using SEM increased with the increase in heating time up to 48 h, then decreased at heating times of 72, 120 and 144 h. The largest IRMOF-3 crystal is of cube shape with a particle size of 500 µm. The weight of the resulting crystals increased with the increase in heating time, then remained constant after 72 h.
Profil Swamedikasi Penjualan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS) Di Apotek Mida Farma Gresik Helmi Hanifah; Pemta Tiadeka; Riskha Aulia
PHARMADEMICA : Jurnal Kefarmasian dan Gizi Vol 1 No 1 (2021): April - September
Publisher : LPPMKI - AKAFARMA AKFAR PIM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400.552 KB) | DOI: 10.54445/pharmademica.v1i1.8

Abstract

This study aims to determine the profile of self-medication sales of non-steroidal anti-inflammatory drugs at Mida Farma I Drugstore Gresik. It is conducted by using the observational method with data collection and observation on the Non-Steroid Anti-Inflammatory Drug (NSAID) stock cards in February 2020 at Mida Farma I Drugstore Gresik. The results show that the highest sales profile is the non-selective group of 87.68%, then the second is the COX-2 selective group of 12.32%. The most sold drug is ibuprofen of 20% and the lowest sold one is Aspirin of 14%. The pharmacokinetics of ibuprofen are it absorbs very quickly through the stomach; has a maximum plasma level that has reached 1 to 2 hours; and has low side effects
MODIFIKASI KOPI ARABIKA MENJADI BECOFFEE SCRUB UNTUK PERAWATAN TUBUH Pemta Tiadeka; Anindini Nasyanka; Arry Zahiriyah
Jurnal Sintesis: Penelitian Sains, Terapan dan Analisisnya Vol 2 No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Fakultas Sains, Teknologi, dan Analsisi Institut ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.147 KB) | DOI: 10.56399/jst.v2i1.15

Abstract

Body scrub merupakan salah satu bentuk perawatan tubuh dalam keadaan tubuh basah dengan menggunakan berbagai ramuan yang bertujuan mengangkat sel kulit mati, kotoran, dan membuka pori-pori sehingga pertukaran udara bebas dan kulit menjadi lebih cerah dan putih. Dengan memakai body scrub, tubuh akan memiliki kulit yang bersih, sehat dan terawat. Berbagai macam bahan termasuk herbal telah dikembangkan sebagai bahan utama dari body scrub. Salah satu contohnya adalah kopi. Kopi arabika banyak digunakan dalam kosmetik karena sifat aktivitas biologisnya tinggi dan kemampuan menembus barrier kulit. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan modifikasi formula body scrub berbahan baku kopi arabika sehingga terbentuk produk yang stabil, nyaman dan sehat untuk diaplikasikan pada tubuh. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu ekstraksi dan maserasi dari berbagai variasi formula konsentrasi ampas kopi 5%, 10% dan 20%. Berdasarkan hasil uji organoleptis menunjukkan bahwa F1 memiliki bentuk cream, warna coklat, berbau khas kpi dan sifatnya stabil, sedangkan F2 dan F3 memiliki kriteria sama namun warna cream nya adalah coklat tua. Semua produk becoffee scrub memiliki pH 7 sehingga aman diaplikasikan di kulit. Uji hedonisme terhadap warna, aroma, tekstur dan kesan pemakaian semua produk juga memperlihatkan sebagian besar responden menyukai produk dengan F3 yaitu formula 20%. Disamping itu, uji homogenitas mengindikasikan sediaan memiliki susunan homogen dan tidak ada butiran kasar sedangkan evaluasi tipe emulsi menunjukkan bahwa semua sediaan body scrub mempunyai tipe emulsi m/a. Uji daya sebar dari semua sediaan menunjukkan produk yang memiliki daya sebar yang paling besar adalah formula F1 ampas kopi 10%
Perbandingan Carbomer dan CMC-Na Sebagai Gelling Agent Pada Formulasi Hand Sanitizer Aloe Vera Muhammad Mochtar; Anindi Nasyanka; Pemta Tiadeka
Jurnal Sintesis: Penelitian Sains, Terapan dan Analisisnya Vol 2 No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Fakultas Sains, Teknologi, dan Analsisi Institut ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.229 KB) | DOI: 10.56399/jst.v2i2.23

Abstract

Pada tahun 2021 angka penyebaran virus Covid-19 semakin meningkat, sehingga masyakarat diwajibkan untuk mematuhi protokol kesehatan agar terhindar dari virus tersebut. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah memebrsihkan tangan menggunakan hand sanitizer. Hand sanitizer merupakan produk yang digunakan untuk menghilangkan mikroorganisme dari tangan untuk mencegah mikroorganisme penginfeksi dan mengurangi pertumbuhan dari mikroorganisme yang menyebabkan infeksi penyakit. Di sisi lain, lidah buaya (Aloe vera) memiliki kandungan Aloeverose yang berkhasiat dalam penyembuhkan luka.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan gelling agent Carbomer dan CMC-Na pada formulasi dan evaluasi fisik hand sanitizer lidah buaya (Aloe vera). Selanjutnya, kedua bahan tersebut dibandingkan untuk mendapatkan formulasi yang terbaik Hasil penelitian menujukkan bahwa formula 2 (F2) memiliki kestabilan yang lebih baik dari formula 1 (F1). Evaluasi mutu fisik kedua produk memperlihatkan bahwa keduanya memiliki bentuk semisolid dan berbau khas lidah buaya. F1 bewarna agak keruh sedangkan F2 bening. Selanjutnya, uji pH menunjukkan kedua produk berada pada rentan pH toleransi untuk kulit yaitu 5,6 serta daya sebar yang memenuhi parameter sediaan gel. Uji hedonisme yang mengindikasikan bahwa F2 lebih banyak disukai daripada F1 dari segi bentuk, warna, bau dan daya lekat.
Gambaran Pengelolaan Penyimpanan Obat Di Apotek X Lamongan Vivian Dwi Putri Anjani; Siti Nur Asiyah; Pemta Tiadeka
Journal of Herbal, Clinical and Pharmaceutical Science (HERCLIPS) Vol 3 No 02 (2022): HERCLIPS VOL 03 NO 02
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30587/herclips.v3i02.3760

Abstract

Apotek X Lamongan is a health service facility that manages supplies in the pharmaceutical sector. Based on preliminary studies that have been carried out, the results show that at Apotek X Lamongan there are often problems in the storage and dispensing of drugs. One of the incidents of wrong drug storage that occurs is not recording the intake and expenditure of drugs. This causes the service to be less than optimal, allegedly because the storage system at the X Lamongan Pharmacy is not fully in accordance with the pharmaceutical service standards at the pharmacy, and there has never been any research on the drug storage system at the X Lamongan Pharmacy. Based on the importance of the impact of drug storage in a pharmacy, it is necessary to evaluate the drug storage system at the X Lamongan Pharmacy. This study aims to evaluate and determine the drug storage system at Apotek X Lamongan. This research is a descriptive observational study by making direct observations of the pharmacy storage system in the form of a checklist and conducting direct interviews with the person in charge of the pharmacy. It shows that in general the drug storage system has a score of 60.41% which is categorized as quite good. The drug storage system includes spatial arrangement with the percentage obtained is 66.67% in the good category, the method of preparation of drugs with a percentage value of 100% in the very good category, recording of stock cards with a percentage value of 0% in the very poor category, and observation of drug quality with a value of 0%. percentage 75% good category. This shows that X Lamongan Pharmacy has not met the storage standards based on Permenkes No. 73 of 2016 and based on BPOM No. 4 of 2018.
Identifikasi Kimia Serta Gambaran Pengetahuan Siswa Terhadap Boraks, Formalin dan Rhodamine-B Pada Jajanan Di SMA Muhammadiyah 1 Gresik Pemta Tiadeka; Desty Muzarofatus Solikhah; Maulidatul Karimah
Ghidza: Jurnal Gizi dan Kesehatan Vol 6 No 1 (2022): July
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/ghidza.v6i1.487

Abstract

Saat ini, penggunaan bahan kimia berbahaya sebagai bahan tambahan pangan (BTP) masih menjadi masalah besar bagi Indonesia. BTP yang marak digunakan oleh produsen jajanan adalah boraks, formalin dan rhodamine-B. Banyak kasus keamanan pangan yang kurang terjamin ditemukan di lingkungan sekolah dengan konsumen terbanyak adalah siswa. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi ketiga BTP serta menganalisa pengetahuan siswa tentang BTP dan cara deteksi bahan kimia berbahaya pada makanan. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Metode identifikasi kimia pada penelitian ini menggunakan tes kit boraks, formalin dan rhodamine B. Pengukuran tingkat pengetahuan dilakukan dengan cara memberikan kuisioner pada siswa. Sampel penelitian ini adalah 8 jenis jajanan yang paling banyak terjual di lingkungan SMA Muhammadiyah 1 Gresik serta 19 responden siswa SMA tersebut dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil analisa secara kimia diperoleh hasil bahwa sebanyak 12,5% sampel mengandung boraks, 25% mengandung formalin dan 12,5% terdapat rhodamine-B. Jenis sampel yang terdeteksi ada bahan kimia berbahaya adalah sosis dan minuman bewarna terang. Selanjutnya, dari 19 responden diperoleh hasil sebanyak 87,21% siswa memiliki pengetahuan yang baik tentang BTP sedangakn 58% siswa menunjukkan kurang memiliki pengetahuan identifikasi bahan kimia pada pangan. Dengan adanya jajanan yang masih mengandung formalin dan rhodamine-B serta pengetahuan siswa yang kurang tentang cara deteksi bahan kimia tersebut, maka diharapkan pihak sekolah memberikan edukasi yang optimal kepada siswa sehingga dapat mencegah dampak penyakit yang ditimbukan akibat mengkonsumsi jajanan yang kurang bergizi.
EDUKASI BAHAN KIMIA DAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN BERBAHAYA PADA SISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 GRESIK Pemta Tiadeka; Desty Muzarofatus Sholikhah; Mulidatul Karimah
Indonesian Journal of Community Dedication in Health (IJCDH) Vol 2 No 02 (2022): IJCDH VOL 02 NO.02
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30587/ijcdh.v2i02.4086

Abstract

Bahan tambahan pangan yang tidak diperbolehkan menurut Permenkes RI No. 1168/1999 antara lain asam borat atau boraks, asam salilisat, dulcin, formaldehida, kloramfenikol, zat warna rhodamin B, metil orange, dan sebagainya. Meskipun telah dilaranag penggunaannya, namun produsen menambahkan zat-zat tersebut untuk meningkatkan daya simpan, tampilan fisik maupun rasa. Salah satu contoh produk yang mengandung bahan tambahan pangan tesebut adalah jajanan anak sekolah. Anak sekolah ini merupakan kelompok yang bisa rentan gizi karena terkadanag tidak sarapan dan lebih memilih membel jajanan di sekolah. Hal ini akan membahayakan kesehatan apabila menjadi kebiasan sehari-hari anak sekolah. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini untuk memberikan edukasi tentang zat kimia dan bahan tambahan pangan yang berbahaya pada jajanan di beberapa lingkungan SMA Muhamamdiyah Gresik serta metode sederhana ayng dapat dilakukan untuk mendeteksi BTP tersebut. Dengan adanya kegiatan ini diharaokan siswa mampu melakukan analisis tentang pengetahuan siswa SMA tentang bahan tambahan pangan dan higiene suatu makanan. Metode yng digunakan yaitu sosialisasi, edukasi dan demo secara langsung deteksi BTP. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebanyak 12,5% sampel mengandung boraks, 25% mengandung formalin dan 12,5% terdapat rhodamine-B. Jenis sampel yang terdeteksi ada bahan kimia berbahaya adalah sosis dan minuman bewarna terang. Sebanyak 19 responden diperoleh hasil sebanyak 87,21% siswa memiliki pengetahuan yang baik tentang BTP sedangkan 58% siswa kurang memiliki pengetahuan identifikasi bahan kimia pada pangan. Dengan adanya pengetahuan siswa yang kurang tentang cara deteksi bahan kimia, maka diharapkan pihak sekolah memberikan edukasi yang optimal kepada siswa sehingga dapat mencegah dampak penyakit yang ditimbukan akibat mengkonsumsi jajanan yang kurang bergizi.
Uji Organolepik dan Nilai Gizi Cereal Flakes Sebagai Alternatif Pencegah Anemia pada Remaja Desty Muzarofatus Sholikhah; Pemta Tiadeka; Zalzabila Hediana
Ghidza: Jurnal Gizi dan Kesehatan Vol 6 No 2 (2022): December
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/ghidza.v6i2.523

Abstract

Anemia merupakan suatu kondisi dimana tubuh mengalami penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai dengan kadar hemoglobin <12g/dl. Remaja merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap anemia. Metode penelitian ini adalah Eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari F0, F1, F2, dan F3. Uji evaluasi sensori dilakukan di fakultas kesehatan Universitas Muhammadiyah Gresik sebanyak 30 panelis yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji kruskal wallis. Uji laboratorium dilakukan di Laboratorium Terpadu Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang dilakukan pada formulasi terbaik berdasarkan uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata di setiap formula pada parameter rasa, warna, dan tekstur dengan p-value< 0,005, sedangkan di parameter aroma tidak terdapat perbedaan yang nyata antar formula. Formula terbaik yang paling disukai adalah formula F2. Hasil uji laboratorium diketahui bahwa setiap porsi cereal flakes F2 dapat memenuhi 17,42 % protein, 17,43 % lemak, 60, 10 % karbohidrat, dan 19, 15% zat besi, dengan formula yang paling disukai adalah Formula 2 (F2). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan di setiap formula perlakuan berdasarkan parameter warna, rasa, dan tekstur, sedangkan pada parameter aroma tidak terdapat perbedaan yang nyata, dengan formula terbaik F2, yang dapat menjadi salah satu alternatif sarapan pagi instant yang mampu memenuhi zat gizi makro serta mencegah anemia pada remaja.
Optimasi Sediaan Sirup Paracetamol Berdasarkan Perbedaan Kosolven PEG 400 Dan Gliserin Nabila Khoirun Nisa; Pemta Tiadeka
Journal of Herbal, Clinical and Pharmaceutical Science (HERCLIPS) Vol 4 No 02 (2023): HERCLIPS VOL 04 NO 02
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30587/herclips.v4i02.5435

Abstract

Paracetamol sirup memiliki sifat yang mudah terdispersi dalam air sehingga untuk menjaga agar paracetamol tetap stabil dalam bentuk sediaan sirup diperlukan formulasi sediaan yang tepat untuk menjaga kestabilan paracetamol sirup. Sirup adalah sediaan cair yang nyaman untuk diberikan kepada pasien, dan praktis dalam pemberian obat terhadap anak-anak, karena mempunyai rasa yang enak untuk mengenyahkan keenganan beberapa anak untuk minum obat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menetapkan struktur formulasi, metode pembuatan dan evaluasi formulasi sirup paracetamol. Evaluasi terhadap kedua formulasi tersebut mencakup, uji organoleptik, uji pH, uji BJ, uji viskositas, dan tingkat kesukaan. Hasil evaluasi sediaan sirup paracetamol diantaranya, uji organoleptis sirup paracetamol dari warna merah tidak terjadi pergantian warna, aroma sirup tidak berganti yaitu aroma stroberi, dan rasa sirup tetap manis sedikit pahit. Sediaan sirup paracetamol F1 dan F2 memenuhi syarat pH sirup yang baik. Pada uji BJ didapatkan BJ sirup paracetamol F1 sebesar 57,7 g/mL serta F2 1.1228 g/mL. Uji viskositas diperoleh dari sirup paracetamol yaitu 12,8 cps Pada F1 dan F2 sebesar 13,37 cps. Kata kunci : Sirup, Paracetamol, PEG 400, Gliserin
Mutu Simplisia Kulit Buah Nanas (Ananas comosus (L) Merr.) Hasil Pengeringan Oven dan Sinar Matahari Yunitasari, Norainny; Djamaludin, Nur Farikhah Abya; Tiadeka, Pemta
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia Vol 7 No 2 (2024)
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Nusaputera

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52216/jfsi.vol7no2p106-111

Abstract

Pineapple is a tropical plant and can help cure several health disorders. In general, pineapple has active compounds, such as alkaloids, tannins, and flavonoids. The success of identifying the presence of the active compound cannot be separated from whether the sample preparation stage was good or not, one of which was the drying stage. This research aims to determine the length of the oven and sunlight drying process for making good simplicia and determine the results of organoleptic, microscopic, and water content tests. This type of research is experimental. The sample used was pineapple skin. The quality test of the simplicia uses organoleptic, microscopic, and water content tests. The study's results showed that oven drying at a temperature of 60⁰ was carried out for 1 day with a time of 10 hours and sunlight drying was carried out for 110 hours (22 days) with a time per day of 4-5 hours. The results of the organoleptic test showed that the simplicia from the oven drying method was dark brown and the sun drying method was light brown, in the form of fine powder, had a sour and bitter taste, and a distinctive aromatic odor. The microscopic test results showed the presence of parenchymal tissue, stone cells, needle-type calcium oxalate crystals, and vascular bundles. The results of the water content test from both drying methods did not meet the quality requirements of the simplicia, namely 14.2% oven and 15% sun drying.