Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

DETEKSI DINI TINGKAT STRES DAN EDUKASI KESEHATAN: MANAJAMEN STRES UNTUK MENTAL YANG SEHAT Evanny Indah Manurung; Ballsy Cicilia Albertina Pangkey; Martina Pakpahan; Theresia Theresia; Eva Chris Veronica Gultom
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 7, No 5 (2023): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v7i5.16509

Abstract

Abstrak: Wanita memiliki peranan penting dalam sebuah keluarga, baik sebagai ibu, istri, dan sebagai bagian dari anggota masyakarat. Beberapa kabar yang kita dengar dan bukti yang ada menunjukkan bahwa wanita lebih rentan mengalami kecemasan dan depresi serta keluhan somatik dan fisik yang terkadang tidak dapat dijelaskan secara medis. Tujuan dilakukan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah untuk memberikan edukasi kesehatan terkait manajemen stres dan melakukan pengkajian tingkat stres. Metode yang dilakukan dengan metode penyuluhan kepada 50 orang suatu gereja di Kabupaten Tangerang. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, peserta diminta untuk mengisi lebar pretest dan postest, mengisi lembar pengkajian tingkat stres, mendengarkan materi tentang manajemen stres, serta melakukan diskusi dan tanya jawan terkait materi. Berdasarkan hasil nilai pretest dan postest terjadi penurunan 2 poin pada rata-rata nilai postest (78) dari rata-rata nilai pretest (80). Oleh karena itu, perlu menyesuaikan metode sosialisasi dengan karakteristik respon dari segi usia.Abstract: Women play an important role in a family, as mothers, wives, and members of the community. Some of the news we hear and the available evidence shows that women are more prone to anxiety and depression as well as somatic and physical complaints that sometimes cannot be explained medically. The purpose of this Community Service is to provide health education related to stress management and assess stress levels. The method used was counseling to 50 people from a church in Tangerang Regency. In the implementation of this activity, participants were asked to fill out a wide pretest and postest, fill out a stress level assessment sheet, listen to material on stress management, and conduct discussions and questions related to the material. Based on the results of the pretest and posttest scores, there was a 2-point decrease in the average posttest score (78) from the average pretest score (80). Therefore, it is necessary to adjust the socialization method with the characteristics of the response in terms of age.
EDUKASI TUBERKULOSIS DI TEMPAT KERJA PADA SUATU PERUSAHAAN DISTRIBUSI BESI BAJA DI JAKARTA Theresia Theresia; Maria Maxmila Yoche; Fransiska Ompusunggu; Lina Berliana Togatorop; Gracia Aktri Manihuruk; Laura Sianturi
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 7, No 5 (2023): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v7i5.17429

Abstract

Abstrak: Populasi pekerja merupakan kelompok yang penting untuk mendapatkan perhatian mengingat jumlahnya yang besar di Indonesia. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi salah satu penyebab menurunnya produktifitas kerja. Hasil observasi singkat di PT Panca Logam Sukses Mandiri didapatkan bahwa usaha kesehatan dan keselamatan kerja masih terbatas dan berpotensi untuk ditingkatkan. Tujuan PKM ini yaitu untuk memberikan edukasi terkait penyakit tuberkulosis di lingkungan kerja dan pemeriksaan kesehatan para karyawan. Metode yang digunakan yaitu penyuluhan dan melakukan pretest dan posttest untuk mengukur capaian peningkatan pengetahuan peserta. Edukasi tentang tuberculosis diikuti oleh 42 orang dan 31 orang diberikan soal pretest dan posttest. Hasil PKM ini didapatkan peningkatan pengetahuan dari peningkatan hasil rerata pretest 55,91 menjadi 85,39 pada hasil posttest. Persepsi bahwa tuberkulosis merupakan penyakit keturunan dinyatakan oleh 7 karyawan (22.58%); menderita tuberkulosis dan berakibat pada pemutusan hubungan kerja dinyatakan oleh 7 karyawan (22.58%); menderita tuberkulosis dan berakibat pemutusan hubungan kerja dinyatakan oleh 7 karyawan (22.58%). Jumlah karyawan yang memiliki empat gejala tuberkulosis yaitu satu orang dan persepsi terkait perasaan malu bila terkena yaitu 4 orang. Pengetahuan terkait tuberkulosis juga masih dapat ditindaklanjuti pada penekanan pemahaman yang tepat. Hasil dapat ditindaklanjuti dalam edukasi TB ini, melakukan rujukan untuk dilakukan pemeriksaan pada kedua karyawan tersebut.Abstract: Working population in Indonesia is an important group to receive attention considering its large quantity. Tuberculosis as infectious disease is one cause of decreasing working productivity The results of brief observations at PT Panca Logam Sukses Mandiri show that occupational health and safety efforts are still limited and have the potential to be improved. The aim of this community services is to provide education regarding tuberculosis in the work place setting and health check up for employees. The method used is health education and conducting pre- and post-tests to measure the achievement of increasing participants' knowledge. The results of this PKM obtained an increase in knowledge from an increase in the average pretest result from 55.91 to 85.39 in the post-test results. The perception that tuberculosis is a hereditary disease expressed by 7 employees (22.58%); suffering from tuberculosis and resulting in termination of employment stated by 7 employees (22.58%); suffering from tuberculosis and resulting in termination of employment stated by 7 employees (22.58%). The number of employees who have four symptoms of tuberculosis is one person and the perception related to feelings of shame if exposed was 4 people. Knowledge related to tuberculosis can also still be followed up by emphasizing proper understanding. Things that can also be done as a follow-up in TB education include making referrals.
Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) sebagai Perawatan Paliatif pada Penderita Kanker: Literature Review Komang Agus Jerry WIdyanata; I Kadek Artawan; Made Satya Nugraha Gautama; Komang Noviantari; Titin Novayanti Dey; Theresia Theresia
Jurnal Penelitian Perawat Profesional Vol 7 No 1 (2025): Februari 2025, Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jppp.v7i1.5816

Abstract

Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran sel yang tidak normal, tidak terkendali dan dapat menyebabkan kematian apabila penyebarannya tidak terkontrol. Prevalensi kanker di Indonesia yakni 1,4 per 1000 penduduk serta termasuk pencetus kematian nomor 7 sebanyak (5,7 %) dari seluruhnya pemicu kematian. Penyebab kanker bersifat multifaktorial, yang mencakup faktor genetik dan lingkungan, serta riwayat keluarga dengan kanker. Pasien yang terdiagnosis kanker mengalami masalah pada pemenuhan kebutuhan sehingga memiliki risiko tinggi mengalami depresi, kecemasan, hingga nyeri sehingga berpengaruh pada kualitas hidupnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi hasil penelitian berkaitan dengan pengaruh terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) sebagai perawatan paliatif pada penderita kanker. Metode literature review ini mencakup kajian literatur terbaru yaitu 5 tahun terakhir tentang efek terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) pada pasien kanker, kata kunci yang digunakan adalah “SEFT”, “Spiritual Emotional Freedom Technique”, “Palliative Care” dan “Cancer” yang dikombinasikan dengan “AND”. Pengumpulan data dirangkum menggunakan prisma flowchart yang menjelaskan hasil seleksi artikel dari proses identifikasi, penyaringan, hingga evaluasi kelayakan. Artikel temuan yang diulas menyatakan bahwa efektivitas penerapan dari intervensi SEFT pada pasien kanker dapat berpengaruh pada aspek kualitas hidup pasien kanker baik pada aspek fisiologis (peningkatan kualitas tidur dan istirahat, serta penurunan nyeri), dan psikologis (penurunan tingkat kecemasan atau ansietas, stres, depresi, dan peningkatan relaksasi) setelah diberlakukannya intervensi ini. Terapi SEFT dapat digunakan sebagai intervensi perawatan paliatif dalam meningkatkan kualitas hidup pasien khususnya pada pasien kanker.
Women’s Health Decision-Making: Evidence From 2017 Demographic and Health Surveys Data Agustina Saputri; Theresia Theresia; Deby Kristiani Uligraff; Novita Sari Barus
SEHATI: Jurnal Kesehatan Vol 5, No 1 (2025)
Publisher : Pelantar Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52364/sehati.v5i1.84

Abstract

Women’s decision-making is an important element in preventing treatment delays. Indonesian women traditionally always depend on their family to decide on treatment. Therefore, this study aims to find out who makes decisions about health problems and analyze the factors associated with the characteristics of women who act as decision-makers in their families when facing health problems.  This study used the individual subset data on married women from the 2017 Indonesia Demographic and Health Survey, which included women of reproductive age (15-49 years). Descriptive statistical analysis will be used in this study. Results: Women’s health decision-making had a significant relationship with all demographic variables. Factors that have influenced women to decide about their health issues were higher educational level (p-value=0.000), have been exposed to the media (p-value=0.047), used the internet (p-value=0.000), had a bank account (p-value=0.000), employed (p-value=0.000), and lived in urban areas (p-value=0.000). Based on this result highly educated women are 2.5 times more likely to be health-related decision-makers.  Conclusion: Highly educated women increased the authority of women to be decision-makers in their families, especially in health issues. By having a high education, women can determine the actions taken for manage health of themselves and their families 
PENINGKATAN PENGETAHUAN CAREGIVER FORMAL PEMULA DALAM MERAWAT ORANG SAKIT MELALUI EDUKASI KESEHATAN Yulia Sihombing; Theresia Theresia; Elysabeth Sinulingga; Adventina Delima Hutapea; Mega Sampepadang; Gracia Aktri Margareth Manihuruk
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 8, No 6 (2024): Desember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v8i6.26770

Abstract

Abstrak: Kebutuhan akan caregiver meningkat terkait lebih banyak prevalensi penyakit tidak menular dan degeneratif serta populasi orang tua. Caregiver adalah orang yang membantu orang memenuhi kebutuhan sehari-hari dan terlibat dalam perawatan dan pengobatan orang yang sakit dan menderita disabilitas akibat penyakitnya. Caregiver formal merupakan caregiver yang membantu pasien selain caregiver informal/familial caregiver. Kebutuhan akan jasa pendamping orang sakit (caregiver) formal semakin meningkat disebabkan oleh keluarga yang belum siap/mampu berperan sebagai familial caregiver. Tujuan PkM: Tujuan dari kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan caregiver formal pemula yang berasal dari yayasan dalam merawat orang sakit. Metode: Metode pelaksanaan PkM adalah dengan memberikan edukasi tentang cara merawat orang sakit melalui seminar daring dan edukasi diberikan oleh anggota tim PkM. Kegiatan ini diikuti oleh caregiver formal yang berasal dari tiga mitra berlokasi di Jakarta, Tangerang dan Bali berjumlah 59 orang. Kegiatan dievaluasi dengan pre-posttest masing-masing sebanyak 10 pertanyaan. Hasil: Kegiatan PKM dilakukan dengan baik dan tepat waktu. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan caregiver formal pemula tentang merawat orang sakit meningkat, naik dari nilai rata-rata pretest 38.17 menjadi nilai rata-rata posttest 49.75. Kegiatan dirasakan berdampak bagi caregiver dengan respon antusias dalam pengajuan pertanyaan dalam sesi diskusi. Pelatihan ini dapat dilakukan berkelanjutan dengan pemberian pelatihan yang melatih keterampilan dan psikomotorik sesuai panduan kementrian kesehatan.Abstract: The The need for caregivers is increasing due to the greater prevalence of non-communicable and degenerative diseases and the aging population. Caregivers are people who help people fulfill their daily needs and are involved in the care and treatment of people who are sick and suffer from disabilities due to their illness. Formal caregivers are caregivers who assist patients in addition to informal/familial caregivers. The need for formal caregiver services is increasing due to families who are not able to act as familial caregivers. PkM Objectives: The purpose of this activity is to increase the knowledge of novice formal caregivers from foundations in caring for the sick. Methods: The method of implementing PkM is by providing education on how to care for the sick through online seminars and education provided by PkM team members. This activity was attended by formal caregivers from three partners located in Jakarta, Tangerang and Bali totaling 59 people. The activity was evaluated with a pre-posttest. Results: PKM activities are carried out well and on time. The results of the activity showed that the level of knowledge of novice formal caregivers about caring for the sick increased, rising from the pretest mean score of 38.17 to the posttest mean score of 49.75. The activity was felt to have an impact on caregivers with an enthusiastic response in asking questions in the discussion session. This training can be carried out continuously by providing training that trains skills and psychomotor skills according to the Ministry of Health guidelines.