Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAN SPASIAL KOTA YOGYAKARTA DALAM MERESPON KONDISI PASCA PANDEMI COVID-19 DITINJAU DARI KONSEP 15-MINUTE CITY Larasati, May; Roychansyah, Muhammad Sani
Kebijakan : Jurnal Ilmu Administrasi Vol. 16 No. 01 (2025): Volume 16 No. 1 Januari 2025
Publisher : Program Magister Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik, Pascasarjana, Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23969/kebijakan.v16i01.11173

Abstract

Setelah status pandemi di Indonesia resmi dicabut dan diubah menjadi penyakit endemi, Kota Yogyakarta mengalami masa transisi untuk memulihkan kondisi kota seperti sebelum adanya pandemi COVID-19. Dalam masa transisi ini, dibutuhkan sebuah kebijakan dalam merespon kondisi pasca pandemi COVID-19 yang pernah terjadi untuk mempercepat proses pemulihan kota serta sebagai tindakan preventif atas ancaman pandemi di masa depan. Selama dan pasca adanya pandemi COVID-19, konsep 15-Minute City mendapatkan perhatian oleh perencana kota dunia karena dianggap sesuai untuk diterapkan di kota yang sedang atau telah mengalami pandemi. Dalam penataan kota, 15-Minute City menekankan pada kedekatan jarak fasilitas yang bisa dijangkau dalam waktu 15 menit dengan berjalan kaki atau bersepeda. Terdapat empat karakteristik utama dalam 15-Minute City yaitu kepadatan, kedekatan, keberagaman, dan digitalisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kebijakan pembangunan dan spasial Kota Yogyakarta terhadap konsep 15-Minute City serta memberikan rekomendasi guna mengakomodasi konsep tersebut apabila diterapkan di Kota Yogyakarta.Penelitian ini menggunakan multi-stage method pada proses analisisnya, yaitu metode penelitian dengan cara penggabungan beberapa metode yang akan dilakukan secara bertahap. Sumber data didapatkan dari sumber data primer maupun sekunder. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa konsep 15-Minute City terdiri dari 15 variabel dan 47 indikator. Terdapat 5 indikator yaitu kepadatan penduduk siang hari, keberagaman budaya (etnis), keberagaman pendapatan, keberagaman umur, dan kebijakan subsidi perumahan yang tidak ditemukan dalam 16 dokumen kebijakan pembangunan Kota Yogyakarta yang dianggap berkaitan dengan konsep 15-Minute City. Kota Yogyakarta juga belum memiliki kebijakan pembangunan untuk merespon adanya pandemi COVID-19 yang pernah terjadi. Untuk menerapkan konsep 15-Minute City di Kota Yogyakarta, maka terdapat beberapa rekomendasi yang perlu dilakukan, baik dari bidang kebijakan, sarana dan prasarana transportasi, fasilitas umum dan sosial, bangunan dan perumahan, teknologi informasi dan komunikasi, serta sosial, budaya, dan ekonomi.
Perbandingan Karakteristik Crowdsourcing dan “Designed Crowdsourcing” dalam Penangan Banjir di Jakarta Nugrahaeni, Mahardhika Ega; Roychansyah, Muhammad Sani
Jurnal Aplikasi Teknologi Informasi dan Manajemen (JATIM) Vol 6 No 1 (2025): Jurnal Aplikasi Teknologi Informasi dan Manajemen (JATIM)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Islam Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31102/jatim.v6i1.3271

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara paling rawan bencana yang didominasi oleh bencana hidrometeorologi. Bencana banjir merupakan kejadian yang paling banyak dengan jumlah kejadian sebanyak 1.065 pada tahun 2020. Pada tahun 2002 dan 2007, Jakarta dilanda banjir '50-tahun' (banjir dengan probabilitas statistik yang terjadi setiap 50 tahun sekali) dengan dampak kerugian ekonomi lebih dari 5 triliun rupiah. Perkembangan inovasi teknologi berkontribusi terhadap respon yang lebih baik dalam mengadapi bencana. Salah satu cara untuk mencapai sistem yang lebih efisien adalah dengan memanfaatkan crowdsourcing yaitu penggunaan kekuatan internet dan media sosial secara virtual untuk menyatukan kekuatan individu dalam mendukung bencana. Penelitian ini menggunakan metode deduktif dengan pendekatan deskriptif kualitatif untuk menganalisis pemanfaatan crowdsourcing maupun inovasi teknologi yang digunakan Pemerintah Provinsi Jakarta dalam penanganan banjir yang terjadi setiap tahun. Temuan dalam penelitian menghasilkan bahwa Jakarta telah mengembangkan inovasi teknologi GIS SIMBA dan Siaga 112. Melalui aplikasi Siaga 112 masyarakat dapat melaporkan kejadian kedaruratan yang sedang terjadi. Konsep yang dibangun pada Siaga 112 mempunyai kemiripan pada framework crowdsourcing yaitu sama – sama memanfaatkan data dari partisipasi masyarakat. Dalam kerangka crowdsourcing terdapat tantangan yang dihadapi yaitu koordinasi antar organisasi dan keakuratan informasi. Mekanisme designed crowdsourcing dalam upaya penanganan banjir di Jakarta merupakan strategi yang paling tepat karena informasi yang diterima bersifat real time sehingga membutuhkan respon yang cepat. Dalam Siaga 112 mekanismenya menjadi lebih terkontrol. Informasi yang diterima lebih akurat serta alur tindak lanjut yang lebih jelas karena tiap otoritas telah diatur sesuai kewenangannya.
KESADARAN TRANSENDENTAL AKAN IKATAN KELUARGA SEBAGAI PENJAGA KEBERADAAN DAN KEBERLANJUTAN ELEMEN INTI TATA RUANG PERMUKIMAN DI KAWASAN PATHOK NEGARA DONGKELAN Setianingrum, Lutfi; Sudaryono, Sudaryono; Roychansyah, Muhammad Sani
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 5 No 2 (2021): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2021
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: This paper explains that one building can affect strongly to the settlement as long as it has strong uniqueness that attached to local peoples’ minds. As one of the traditional settement in Yogyakarta, Dongkelan Kauman known as the District of Pathok Negara, has spesifis spatial system. That phenomenon was explored deeper by inductive-phenomenological research to reveal that its social systems and value is strongly bonded to its spatial systems. In the end, the ideology of Dongkelan Family was found as transcendental consciousness that has several values attached. The specificity of their social system makes the uniqueness of spatial systems can exist until now and reinforce the status of Dongkelan Kauman as the agglomeration boundary of YogyakartaAbstrak: Paper ini memaparkan bahwa sebuah permukiman dapat terpengaruh oleh satu bangunan jika bangunan tersebut memiliki keunikan yang cukup kuat di pikiran masyarakatnya. Sebagai salah satu dari permukiman lama yang memiliki sejarah panjang di Yogyakarta, Kawasan Pathok Negara Dongkelan, yang lazim disebut Dongkelan Kauman, memiliki keunikan sistem ruang. Indikasi keunikan ruang kawasan ini, digali lebih dalam melalui sebuah penelitian induktif-kualitatif-fenomenologi, yang menemukan bahwa selain sistem ruangnya, Dongkelan Kauman juga memiliki sistem dan nilai sosial yang unik dan spesifik. Nilai sosial tersebut terwujud dalam sebuah kesadaran transendental akan ikatan keluarga. Dalam kesadaran yang melintas waktu dan ruang ini, melekat nilai-nilai spesifik yang hidup dalam sistem sosial masyarakat. Tidak hanya hidup dalam masyarakat, nilai-nilai ini juga menjaga sistem ruang unik Dongkelan Kauman dan memperkuat status kawasan ini sebagai batas aglomerasi perkotaan Yogyakarta. 
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMIMPINAN KGPAA MANGKUNAGORO IX DAN KGPAA MANGKUNAGORO X DALAM PENGUATAN CITY BRANDING KOTA SURAKARTA Fauzia, Vionna Ariella; Roychansyah, Muhammad Sani
Plano Madani : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 14 No 1 (2025)
Publisher : Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Solo the Spirit of Java is the city branding of Surakarta, which highlights its role as a cultural city. The implementation of Surakarta’s city branding cannot be separated from the involvement of several key actors, one of which is cultural institutions. Puro Mangkunegaran, as one of the iconic symbols of Javanese culture in Surakarta, plays a significant role in preserving and educating the public about Javanese culture. Various efforts have been made by Puro Mangkunegaran to innovate cultural preservation strategies in order to attract tourists and increase the number of tourist visits. This study is limited to the period from 2008 to 2024, starting from the official adoption of the city branding by the City of Surakarta. The research aims to identify the factors that influence the leadership of KGPAA Mangkunagoro IX and KGPAA Mangkunagoro X in strengthening the city branding of Surakarta. The research method applied is a case study with a holistic single-case design. The analysis reveals that several identified factors, when compared with existing propositions, indicate both similarities and new additions regarding the factors that influence the leadership of KGPAA Mangkunagoro IX and KGPAA Mangkunagoro X. There are both similarities and differences in the identified influencing factors during the leadership periods of KGPAA Mangkunagoro IX and KGPAA Mangkunagoro X.  
Ragam Penerapan Digital Twin dan Fungsinya dalam Pengelolaan Kota: Kajian Sistematis Studi Kaskus Global Arismawati, Novia; Roychansyah, Muhammad Sani
Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi Vol 9 No 3 (2025): September 2025
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/geodika.v9i3.31804

Abstract

Pengelolaan kota cerdas menghadapi tantangan kompleks yang memerlukan integrasi data real-time dan kolaborasi lintas sektor. Penelitian ini bertujuan mengkaji ragam penerapan teknologi Digital Twin (DT) dalam pengelolaan kota melalui pendekatan tinjauan literatur sistematis berbasis kerangka PRISMA. Sebanyak 3.057 literatur awal diidentifikasi, 19 literatur terpilih yang terdiri dari 16 studi kasus kota dari berbagai negara dianalisis secara mendalam menggunakan metode analisis konten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DT diterapkan dalam berbagai bidang, seperti perencanaan tata ruang, pengelolaan transportasi dan mobilitas, pemantauan infrastruktur, pengelolaan energi dan lingkungan, kebencanaan, perumahan dan permukiman, keamanan serta partisipasi publik. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa DT berfungsi sebagai alat strategis dalam mendukung fungsi pengelolaan kota, terutama dalam konteks perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Kajian ini berkontribusi dalam memberikan pemahaman menyeluruh mengenai praktik pengembangan DT dalam pengelolaan kota berbasis data.
Co-Creation as a Response to Functional Complexity in Slum-Prone Coastal Areas: The Case of Oeba, Kupang City Salsabila, Sophia; Roychansyah, Muhammad Sani
Jurnal Planologi Vol 22, No 2 (2025): October 2025
Publisher : Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/jpsa.v22i2.46793

Abstract

ABSTRACTThis study discusses the complexity of overlapping functions in the Oeba Coastal Area due to the lack of proper planning and governance. The slum problems occurring in the Oeba Coastal Area are not only caused by physical problems but are also related to the economic and social problems of the local community. This research employs a qualitative descriptive method to understand the condition of the area through a participatory approach. In each stage of the research, four co-creation stages are used to facilitate collaboration among stakeholders, starting from problem identification, discussion sessions, formulation of planning alternatives, to the design stage. In its implementation, it was found that the main cause of urban decay in the Oeba Coastal Area is social aspects, which then affect the economic and environmental aspects of the area. The behavior of the surrounding community and the government's lack of firmness in managing the area have led to a decline in environmental quality. The use of the co-creation method has proven effective in involving the community in every stage of planning, resulting in a more contextual and inclusive design.Keywords: Co-Creation, Functional Complexity, Kupang City, Participatory Planning, Slum Area ABSTRAKStudi ini membahas kompleksitas fungsi yang saling tumpang tindih di Kawasan Pesisir Oeba akibat tidak adanya perencanaan dan tata kelola yang baik. Permasalahan kekumuhan yang terjadi di Kawasan Pesisir Oeba tidak hanya disebabkan oleh permasalahn fisik, tetapi juga terkait permasalahan ekonomi dan sosial masyarakat setempat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk memahami kondisi kawasan dengan pendekatan partisipatif. Dalam setiap tahapan penelitian digunakan 4 tahapan co-creation untuk menjembatani kolaborasi antar stakeholder, mulai dari identifikasi permasalahan, sesi diskusi, perumusan alternatif perencanaan, hingga tahap desain. Dalam pelaksanaanya, ditemukan utama kekumuhan di Kawasan Pesisir Oeba disebabkan oleh aspek sosial yang kemudian mempengaruhi aspek ekonomi dan lingkungan kawasan, dimana perilaku masyarakat sekitar dan ketidaktegasan pemerintah dalam tata kelola kawasan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Penggunaan metode co-creation terbukti efektif dalam melibatkan masyarakat dalam setiap tahapan perencanaan, sehingga menghasilkan desain yang lebih kontekstual dan inklusif.Kata kunci: Co-Creation, Kawasan Kumuh, Kompleksitas Fungsi, Kota Kupang, Perencanaan Partisipatif
The Livable Corridor as a Generator of Urban Activity: The Case of Simpang Lima Corridor, Ampenan Old Town Al Giffari, Muh Haikal; Roychansyah, Muhammad Sani
Jurnal Planologi Vol 22, No 2 (2025): October 2025
Publisher : Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/jpsa.v22i2.46900

Abstract

ABSTRACTTo date, the relationship between corridor livability and the generation of activity in cultural heritage areas has rarely been examined empirically, particularly in the context of cities in Indonesia. Kota Tua Ampenan, one of the heritage areas in Mataram City, has the potential to become an urban tourism destination due to its Art Deco architecture. However, the decline in the area's vitality, reflected in the condition of neglected historic buildings and the lack of public space activities, indicates that the corridor's function as a catalyst for the area's vitality is not yet optimal. This study aims to analyze the influence of four livability factors-accessibility, land use, comfort and safety, and memorability-on activity generation in the Simpang Lima Corridor. The method used is a quantitative descriptive approach with multiple linear regression techniques using SPSS. The results show that the four factors collectively contribute 78% to activity generation (Adjusted R² = 0.78), with accessibility, comfort and safety being the dominant factors. These findings suggest that improving the livability quality of the corridor can effectively promote the reactivation of heritage areas. This study makes an important contribution to the development of a theoretical approach to livability-based design in historic urban corridors, which can serve as a strategic reference for revitalization efforts in old cities in Indonesia and Southeast Asia.Keywords: Activity Generator, Corridor Design, Cultural Heritage Spaces, Livable Corridors, Pedestrian Ways. ABSTRAKHingga saat ini, keterkaitan antara livabilitas koridor dan pembangkitan aktivitas di kawasan warisan budaya masih jarang ditelaah secara empiris, khususnya dalam konteks kota-kota di Indonesia. Kota Tua Ampenan, salah satu kawasan warisan di Kota Mataram, menyimpan potensi sebagai destinasi pariwisata perkotaan melalui karakter arsitektur Art Deco. Namun, penurunan vitalitas kawasan yang tercermin dari kondisi bangunan bersejarah yang terbengkalai dan minimnya aktivitas ruang publik menunjukkan belum optimalnya fungsi koridor sebagai pemicu kehidupan kawasan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh empat faktor livabilitas yaitu, aksesibilitas, penggunaan lahan, kenyamanan dan keamanan, serta memorabilitas, terhadap pembangkitan aktivitas di Koridor Simpang Lima. Metode yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kuantitatif dengan teknik regresi linier berganda dengan aplikasi SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat faktor secara simultan berkontribusi sebesar 78% terhadap pembangkitan aktivitas (Adjusted R² = 0,78), dengan aksesibilitas serta kenyamanan dan keamanan sebagai faktor dominan. Temuan ini menunjukkan bahwa peningkatan kualitas livabilitas koridor dapat mendorong reaktivasi kawasan warisan secara lebih efektif. Studi ini memberikan kontribusi penting dalam pengembangan pendekatan teoritis perancangan berbasis livability pada koridor perkotaan bersejarah, yang dapat menjadi acuan strategis dalam upaya revitalisasi kota lama di Indonesia maupun Asia Tenggara.Kata Kunci: Jalur Pejalan Kaki, Kawasan Cagar Budaya, Livabilitas Koridor, Pembangkitan Aktivitas, Penataan Koridor.
Transformasi Fisik, Sosial dan Ekonomi yang Mempengaruhi Terjadinya Jentrifikasi Pariwisata di Kampung Prawirotaman Yogyakarta Selvia, Siska Ita; Roychansyah, Muhammad Sani; Prasetyo, Faesal Hadi
Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota Vol 21, No 3 (2025): JPWK Volume 21 No. 3 September 2025
Publisher : Universitas Diponegoro Publishing Group, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/pwk.v21i3.70750

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi transformasi fisik, sosial budaya dan ekonomi sebagai konsekuensi dari terjadinya fenomena jentrifikasi pariwisata di Kampung Prawirotaman, Kota Yogyakarta. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara survei sekunder dan primer. Survei sekunder dilakukan melalui data-data dari instansi terkait seperti Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Kota Yogyakarta, Dinas Perizinan, Dinas Pariwisata dan Dinas Pendapatan Daerah Kota Yogyakarta, sedangkan survei primer dilakukan dengan melakukan observasi lapangan untuk mengidentifikasi kondisi fisik dan juga melakukan in-depth interview dengan metode penarikan sampel menggunakan purposive sampling kepada 23 responden. Metode analisis yang digunakan adalah analisis studi kasus dengan teknik analisis penjelasan, analisis penjodohan pola, analisis deret waktu dan analisis spasial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan kegiatan pariwisata di Kota Yogyakarta berimplikasi pada tumbuhnya fasilitas penunjang pariwisata di Kampung Prawirotaman yang menjadi faktor pemantik bagi terjadinya transformasi fisik, sosial budaya dan ekonomi. Transformasi tersebut menjadikan beberapa kelompok Masyarakat terdisplasi atau berpindah ke luar Kampung Prawirotaman sekaligus sebagai tanda terjadinya fenomena jentrifikasi. Tipe jentrifikasi ini dapat digolongkan sebagai jentrifikasi pariwisata yang menimbulkan beberapa dampak seperti naiknya harga lahan dan sewa, terkikisnya budaya lokal karena adanya pergeseran sosial budaya pada kawasan tersebut. Identifikasi terhadap transformasi fisik, sosial budaya dan ekonomi di Kampung Prawirotaman dapat menjadi peringatan bagi stakeholder terkait untuk merumuskan kebijakan untuk menekan dampak dan mengoptimalkan potensi yang ada guna pertumbuhan ekonomi yang tidak hanya menguntungkan gentrifier atau investor, melainkan juga masyarakat lokal.