Claim Missing Document
Check
Articles

Uji Cara Aplikasi PGPR dalam Menekan Kejadian Penyakit Antraknosa pada Tanaman Cabai Hiyung di Lahan Rawa Fahmi Rizali Cholis; Ismed Setya Budi; Mariana .
JURNAL PROTEKSI TANAMAN TROPIKA Vol 4 No 3 (2021): Edisi 4(3): Oktober 2021
Publisher : www.ulm.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jptt.v4i3.899

Abstract

Chili Hiyung is a local chili variety typical of South Kalimantan. At this time began to be exposed to a lot of anthracnose disease. Control using pesticides needs to be avoided by finding more convenient control methods. Area-friendly disease control includes using PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). The use of PGPR for chili plants in the swamp land of Hiyung village has not been studied, meanwhile its potential has been tested on several other plants. This research aims to identify the effect of PGPR in suppressing anthracnose disease in Chili Hiyung in the swamp land of Hiyung Village. The design used was a single aspect Completely Randomized Design (CRD) based on 4 (four) treatments, namely the leak, spray, or spray and leak methods. The results of the research show that the PGPR application does not affect the incidence of anthracnose disease in Hiyung chili plants in Hiyung village. But the PGPR application can increase plant size and fruit weight per branch.
Ketahanan Penyakit Bercak Coklat (Helminthosporium sp.) pada Padi Beras Merah, Padi Beras Hitam, Lokal Siam, dan Unggul Ciherang Norjamilah Norjamilah; Mariana .; Ismed Setya Budi
JURNAL PROTEKSI TANAMAN TROPIKA Vol 4 No 3 (2021): Edisi 4(3): Oktober 2021
Publisher : www.ulm.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jptt.v4i3.900

Abstract

Helminthosporium sp. ialah pemicu penyakit bercak coklat pada padi. Cendawan ini memiliki inang yang luas serta gampang tersebar. Penyakit ini menyebabkan mengakibatkan kehilangan produksi mencapai 50- 91%. Pemakaian varietas tahan ialah pemecahan yang sesuai buat pengendalian penyakit ini. Riset ini bertujuan buat menguji tingkatan ketahanan padi beras merah, padi beras hitam, lokal siam serta unggul Ciherang terhadap penyakit bercak coklat, mengenali lamanya masa inkubasi serta laju infeksi cendawan Helminthosporium sp. sampai memunculkan indikasi gejala pada masing- masing padi yang diujikan. Tipe padi yang diuji merupakan padi beras merah, padi beras hitam, lokal siam serta unggul Ciherang dengan 6 ulangan, sehingga diperoleh 24 unit percobaan. Hasil riset menampilkan seluruh tipe padi uji memiliki tingkatan ketahanan yang sama ialah jenis rentan. Keseriusan penyakit pada padi beras hitam 41, 11%, padi beras merah 34, 07%, lokal siam 34, 07% serta unggul Ciherang 36, 56%. Masa inkubasi tercepat terjalin pada lokal siam, diiringi padi beras merah serta padi beras hitam ialah pada hari ke 2 inokulasi, serta masa inkubasi yang sangat lambat terjadi pada padi unggul Ciherang ialah pada hari 4 setelah inokulasi. Masing- masing varietas padi uji mempunyai tingkatan laju pertumbuhan penyakit yang berbeda-beda. Pada riset ini rata- rata laju pertumbuhan penyakit paling cepat ialah padi beras merah 0, 344 unit/ hari, padi beras hitam 0, 186 unit/ hari, lokal siam 0, 115 unit/ hari serta unggul Ciherang 0, 141 unit/ hari.
Uji Kemampuan Asap Cair dari Limbah Padat Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) untuk Mengendalikan Hama Perusak Daun Sawi (Brassica juncea) Priska Deyana Rima; Samharinto Soedijo; Ismed Setya Budi
JURNAL PROTEKSI TANAMAN TROPIKA Vol 4 No 3 (2021): Edisi 4(3): Oktober 2021
Publisher : www.ulm.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jptt.v4i3.904

Abstract

Research has been carried out on the use of liquid smoke from palm oil solid waste in the form of empty bunches, shells, and fibers to determine the ability to use liquid smoke from palm oil solid waste as an insecticide in controlling pests that destroy leaves of mustard plants. This research was carried out in the Guntung Payung Payung North Loktabat vegetable plantation, North Banjarbaru. The research procedure used was a one-aspect Completely Randomized Design (CRD) experiment with 5 treatments. The treatment consisted of experiments with negative control, positive control (chemical pesticides spray volume 2ml/liter), liquid smoke of empty bunches, shells, and fibers each with a spray volume of 75ml/liter and 5 replications. The results of the research prove that the treatment of liquid smoke of palm oil solid waste does not affect the destruction of leaf destroying pests of mustard plants, but the highest damage to the control treatment and application of liquid smoke affects plant development.
BIOCONTROL FOR RHIZOCTONIA STEM ROT DISEASE BY USING COMBINATION OF SPECIFIC ENDOPHYTE IN PADDY TIDAL SWAMP Ismed Setya Budi; Mariana Mariana
AGRIVITA, Journal of Agricultural Science Vol 35, No 3 (2013)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya in collaboration with PERAGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17503/agrivita.v35i3.125

Abstract

The use of combination of specific endophytic in tidal swamps to control stem root disease as biological control agents has not been done. It is expected that this combination is able to continuously protect plants from pathogen interference. The research was carried out in type C tidal swamp in Banjar regency of South Kalimantan, from March to November 2011, temperature 29-32oC, and pH 4.0-5.5.  The method used was Split Plot design. Biocontrol preparation for both types of endophytic was applied in seeds in 7 days after planting (DAP). Observation on high intensity and plant diseases of planting stage on tidal swamps (taradak, ampak and lacak) was conducted. The results showed that there was a reduction of disease ranging from 58.70 to 87.29%. The application of combination of two biocontrol agents (T. viride PS-2.1 + P. fluorescent PS-4.8), (Fusarium non-pathogenic PS-1.5 + P. fluorescent PS-4.8) and (T. viride PS-2.1+ FNP PS-1.5) isolate gave the best inhibition result, reduced disease intensity, and increased plant height. The result of soil analysis before and after application of endophytic showed that there was an increase in soil fertility with the element addition of N, P, K and pH. Keywords:  stem rot, endophytic combination, paddy, tidal swamp
Efektivitas Waktu Aplikasi PGPR Untuk Pengendalian Penyakit Layu Fusarium Pada Persemaian Padi Beras Merah Keramat Eka Maulida Riskiya; Ismed Setya Budi; Mariana Mariana
JURNAL PROTEKSI TANAMAN TROPIKA Vol 5 No 2 (2022): Edisi5(2): Juni 2022
Publisher : www.ulm.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jptt.v5i2.1252

Abstract

Padi beras merah (Oryza nivara) mulai intensif ditanam karena kebutuhan yang semakin meningkat. Layu Fusarium merupakan salah satu penyakit utama pada beberapa tanaman pangan. Gejala tanaman layu sudah sering ditemukan di pembibitan dan dilahan. Alternatif pengendalian yang aman dan ramah lingkungan menggunakan agensia hayati. PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) mengandung agen pengendali hayati dan masih sedikit info tentang aplikasinya pada beras merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas waktu aplikasi PGPR yang paling efektif dalam mengendalikan penyakit layu Fusarium pada persemaian padi beras merah keramat. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yang terdiri dari 8 perlakuan waktu aplikasi dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa aplikasi PGPR dengan perendaman benih selama 24 jam sebelum tanam efektif dalam mengendalikan penyakit layu Fusarium. Aplikasi PGPR pada benih tidak menurunkan daya kecambah (tetap 100%), dan tidak mempengaruhi tinggi tanaman.
Konsentrasi Larutan Daun Kelakai (Stenochlaena palustris) Untuk Menekan Kejadian Penyakit Antraknosa (Colletotrichum sp) Pada Cabai Rawit Varietas Hiyung Di Desa Hiyung Norsalehah Norsalehah; Mariana Mariana; Ismed Setya Budi
JURNAL PROTEKSI TANAMAN TROPIKA Vol 5 No 2 (2022): Edisi5(2): Juni 2022
Publisher : www.ulm.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jptt.v5i2.1253

Abstract

Jamur Colletotrichum sp yaitu patogen yang menyebabkan penyakit antraknosa. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai rawit hiyung merupakan kendala utama bagi petani. Penanaman cabai terus dilakukan sepanjang musim, dan pestisida kimia dipakai secara terus menerus menimbulkan dampak negatif bagi konsumen, lingkungan dan patogennya. Solusinya yaitu pengendalian yang ramah lingkungan, salah satunya menggunakan kelakai (Stenochlaena palustris).Tanaman kelakai mudah di dapat sehingga punya prosfek bila terbukti efektif mampu menghambat terjadinya penyakit, untuk dikembangkan sebagai biopestisida yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi larutan daun kelakai terhadap kejadian penyakit antraknosa. Penelitian ini dilaksanakan Di Desa Hiyung, Kec Tapin Tengah Kab Tapin dari bulan Mei – Oktober 2021. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan sehingga ada 16 satuan percobaan. Perlakuannya adalah kontrol = (air), perlakuan K50 gr/l, K100 gr/l dan K150 gr/l larutan daun kelakai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan daun kelakai berpengaruh terhadap kejadian penyakit antraknosa. Konsentrasi K50 gr/l, K100 gr/l dan K150 gr/l mempunyai kemampuan yang sama dalam menekan kejadian penyakit antraknosa namun dengan kontrol berbeda.
Pengaruh Pemberian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dan Kompos Kotoran Kelinci terhadap Serangan Antraknosa (Colletothricum sp.) pada Tanaman Tomat Siti Munawaroh; Yusriadi Marsuni; Ismed Setya Budi
JURNAL PROTEKSI TANAMAN TROPIKA Vol 5 No 2 (2022): Edisi5(2): Juni 2022
Publisher : www.ulm.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jptt.v5i2.1256

Abstract

Penyakit busuk buah tomat (Colletotrichum sp.) menyebabkan kerusakan dan mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil. Tanda-tanda busuk tersebut diawali dengan adanya lesi kecil, gelap, cekungan yang tampak basah, kemudian diameternya membesar dan menyatu sehingga menyebabkan titik lunak menghilang atau mengering pada bagian cekungan yang melebar dan cekung. Colletotrichum sp. dapat menyebabkan penyakit pada tanaman, seperti cabai, terong, tomat, pepaya, pisang dan tanaman hortikultura lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PGPR dan kompos kotoran kelinci terhadap serangan antraknosa pada tanaman tomat. Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dua faktor, yaitu faktor dosis PGPR dan distribusi kompos kotoran kelinci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi PGPR dan kompos kotoran kelinci pada pengamatan 46 hari setelah tanam dengan penambahan PGPR dosis 15 ml dengan kompos kotoran kelinci sebanyak 15 g dan PGPR dalam 30 ml dengan kompos kotoran kelinci sebanyak 30 g, 10,03% dan 11,52% masing-masing dapat menurunkan intensitas serangan antraknosa dibandingkan dengan kontrol yaitu 28,13%. Selanjutnya kompos kotoran kelinci berpengaruh terhadap jumlah buah tomat dengan perlakuan terbaik yaitu pemberian kompos kotoran kelinci sebanyak 22,5 g dan 15 g dengan hasil 3,52 tomat dan 90,10 g. tomat, masing-masing.
PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBUATAN TRIKOKOMPOS DI DESA SUNGAI BOKOR KALIMANTAN SELATAN Mariana Mariana; Ismed Setya Budi
JURNAL PENGABDIAN AL-IKHLAS UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARY Vol 4, No 1 (2018): AL IKHLAS JURNAL PENGABDIAN
Publisher : Universitas Islam kalimantan MAB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.429 KB) | DOI: 10.31602/jpai.v4i1.1510

Abstract

Karet merupakan sumber penghasilan utama bagi pekebun di Desa Sungai Bokor.  Selain berprofesi sebagai pekebun karet, juga sebagai peternak kambing ettawa.  Namun Kotoran kambing menjadi polusi dan tidak dimanfaatkan.  Hal ini sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai media aplikatif dari Trichoderma menjadi produk Trichokompos. Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah melatih dan mendampingi pekebun dan peternak untuk teknologi produksi Trikokompos. Kegiatan ini diawali dengan metode penyuluhan yaitu tentang penyakit karet, kompos dan Trikokompos.  Kemudian dilanjutkan dengan pelatihan dan pendampingan yang telah disepakati antara pelaksana dan mitra berlangsung yang dalam 2 (dua) tahap. Tahap I adalah pelatihan penyediaan kultur murni Trichoderma indigenous dan pembuatan starternya. Tahap ini dilatihkan dan didampingi oleh Tim pelaksana.  Tahap II dilaksanakan oleh Mitra yang dilatihkan dan  didampingi  oleh Tim  pelaksana,  yaitu  produksi  massal  Trikoberas, kompos dan  Trikokompos. Hasil dari kegiatan ini adalah pekebun dan peternak memahami tentang penyakit karet dan kompos serta Trikokompos. .Mitra telah berhasil memproduksi Trikokompos sebanyak 750 kg.  Setelah kegiatan Intensitas penyakit Jamur Akar Putih di kebun karet di desa Sungai Bokor sudah menurun sekitar 50%.Kata kunci : Penerapan teknologi sederhana, Trikokompos, Karet.
Pelatihan Pembuatan Trichokompos untuk Mengendalikan Penyakit Tanaman di Desa Banua Supanggal Mariana Mariana; Ismed Setya Budi; Yusriadi Marsuni; Muhammad Indar Pramudi; Salamiah Salamiah; Ismed Fachruzi
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (810.359 KB) | DOI: 10.20527/ilung.v1i1.3618

Abstract

Upaya pengendalian penyakit tanaman sampai saat ini oleh petani di desa Banua Supanggal Kecamatan Pandawa masih bertumpu pada penggunaan pestisida sintetik. Akibatnya jumlah konsumsi penggunaan pestisida terus meningkat.  Alternatif pengendalian yang aman dan ramah lingkungan  adalah penggunaan agensia hayati spesifik lokasi. Sudah banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa penggunaan Trichokompos efektif untuk pengendalian penyakit tanaman pertanian, dan perlu disosialisasikan ke petani di desa. Pengendalian hayati menggunakan Trichokompos  hasil dari campuran jamur antagonis Trichoderma sp spesifik lokasi dengan kotoran ternak sebagai media formulasi perbanyakan masih belum dikenal petani di desa Banua Supanggal. Kegiatan ini diawali pertemuan diskusi dengan ketua kelompok tani untuk melihat permasalahan di pertanaman petani dan dilanjutkan pengamatan penyakit utama yang ada. Tahap kedua penyuluhan kepada anggota kelompok tani dan dilanjutkan dengan praktek pembuatan Trichokompos. Hasil kegiatan ini menunjukkan petani sangat antusias mengikuti semua kegiatan mulai pembuatan sampai aplikasi di lahan. Pada kegiatan pendampingan lanjutan sudah menunjukkan petani mempraktekkan cara pembuatan di kelompok masing-masing. Hasil monitoring dan evaluasi sudah membuktikan bahwa  Trichokompos sudah berhasil diproduksi oleh petani secara mandiri.
Uji Lapang Pengendalian Penyakit Antraknos (Colletotrichum sp.) pada Cabai Rawit di Desa Hiyung Menggunakan Filtrat Campuran Tanaman Herbal Potensial Santi Suminar; Mariana Mariana; Salamiah Salamiah; Ismed Setya Budi
Jurnal Mikologi Indonesia Vol 6, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Perhimpunan Mikologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46638/jmi.v6i1.183

Abstract

Cabai rawit varietas hiyung merupakan cabai rawit Banjar yang banyak ditanam petani di lahan rawa Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan. Permasalahan tanaman cabai yang utama yaitu penyakit antraknos yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum sp. Penyakit antraknos mengakibatkan buah menjadi busuk dan produksi akan menurun akhirnya menimbulkan kerugian. Pengendalian penyakit antraknos masih banyak menggunakan pestisida kimia, dan ini dapat berdampak buruk bagi konsumen, ekonomi dan lingkungan. Untuk mengurangi dampak tersebut diperlukan pengendalian yang murah, ramah lingkungan dan aman yaitu dengan pestisida nabati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi campuran filtrat kunyit, jahe dan lengkuas terhadap kejadian penyakit antraknos, pada cabai yang ditanam di lahan rawa Desa Hiyung. Inokulasi patogen antraknos terjadi secara alami karena daerah tersebut endemis penyakit antraknos. Aplikasi campuran filtrat uji dilakukan pada saat tanaman mulai berbunga. Perlakuannya adalah konsentrasi campuran filtrat kunyit, jahe dan lengkuas dalam air yaitu 150 ml/L, 100 ml/L dan 50 ml/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari aplikasi campuran filtrat kunyit, jahe dan lengkuas pada konsentrasi 150 ml/L cukup efektif mengendalikan kejadian penyakit antraknos pada cabai rawit hiyung di Desa Hiyung, sedangkan konsentrasi 50 ml/Ldan 100 ml/L kurang efektif. Aplikasi campuran filtrat kunyit, jahe dan lengkuas relatif tidak mempengaruhi jumlah buah, berat buah maupun tinggi tanaman cabai rawit hiyung.