Claim Missing Document
Check
Articles

Efektivitas Asap Cair Tandan Kosong Kelapa Sawit dalam Menekan Pertumbuhan Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Ahmad Reza Syahputra Matondang; Ismed Setya Budi; Salamiah Salamiah
JURNAL PROTEKSI TANAMAN TROPIKA Vol 5 No 3 (2022): Edisi 5(3): Oktober 2022
Publisher : www.ulm.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jptt.v5i3.1490

Abstract

Shallots (Allium ascalonicum L.) are agricultural commodities that are goodly demanded by the community. Fusarium wilt caused by the fungus Fusarium oxysporum is a dominant problem in the cultivation of this plant. The way to control this disease is to use liquid smoke from empty oil palm fruit bunches. Conduct research in February-September 2021 at the Laboratory of the Plant Protection Study Program and Experimental Land, Faculty of Agriculture, University of Lambung Mangkurat Banjarbaru. Two-stage experiments (in vitro and in vivo) were carried out in this study, using a completely randomized design with five treatments (without treatment and liquid smoke with concentrations of 1, 2, 3%, and 4%). Fusarium oxysporum was injected in all treatments. The results of in vitro studies showed that giving as soon as possible with a concentration of 3% allows for inhibiting the growth of the fungus Fusarium oxysporum. in vivo showed that the application of 2 times a week is better than all treatments
Pelatihan Pembuatan Pupuk dan Pestisida Organik bagi Petani Cabai di Desa Tajau Landung Kabupaten Banjar: Training for producing Organic Fertilizers and Pesticides for Chili Farmers in Tajau Landung Village, Banjar District Mariana Mariana; Elly Liestiany; Ismed Setya Budi; Samharinto Samharinto; Muhammad Indar Pramudi; Dewi Fitriyanti
PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 7 No. 6 (2022): PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/pengabdianmu.v7i6.4130

Abstract

Chili is one of the vegetable commodities that have excellent and promising business opportunities in Tajau Landung Village. In this village there are 16 farmer groups and 75% of them grow chilies, both large chilies and cayenne peppers. Pesticides and chemical fertilizers are the main production factors in chili farming. Prices and access to subsidized pesticides and chemical fertilizers are a constraint for farmers, and their residues have a negative impact on consumers and the environment. This activity aims to provide training to farmers in Tajau Landung Village to produce organic fertilizers and pesticides. The activity began with counseling about Chili Pests and Diseases and how to control them organically, as well as pretest and posttest using a questionnaire. The next activity was training on making bokasi fertilizer enriched with Trikoberas, and PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). Based on the results of the evaluation, it was concluded that there was an increase in participants' understanding of chili pests and diseases and their control before and after being given counseling. %). Participants already have skills in making organic bokasi fertilizer from water hyacinth and kiyambang weeds, PGPR, and Trikoberas added to bokasi fertilizer to become Trikokompos, and showed very good acceptability assessment results.
Transfer Teknologi pengolahan Media Tanam Berbasis Mikroba Indigenous dan Gulma Air Kepada Petani Kelurahan Bangkal Ismed Setya Budi; Ismed Fachruzi; Mariana Mariana; Yusriadi Yusriadi; Muhammad Indar Pramudi; Helda Orbani Rossa
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 2, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v2i3.6458

Abstract

Kelurahan Bangkal merupakan daerah menyangga pangan untuk Kota Banjarbaru karena  memiliki lahan pertanian yang luas sehingga sebagian besar mata pencaharian warganya adalah dari bertani di lahan. Kendala utama pertanian di daerah ini adalah lahannya yang perlu pupuk  agar tanaman tumbuh subur dan lahan yang kadang tergenang pada musim hujan. Solusi tepan yang ditawarkan adalah pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan mikroba indigenous dan gulma air sebagai bahan utama. Masalah banjir perlu bantuan pemerintah dengan membuat embung disamping pertanian memanfaatkan lahan pekarangan sesuai prinsif urban farming. Kegiatan diawali dengan pendekatan ke Pemerintah Kecamatan Cempaka dan ke Kelurahan Bangkal untuk mendapatkan gambaran awal kondisi pertanian. Tahap kedua melakukan pertemuan penyuluhan yang melibatkan Camat Cempaka, Lurah Bangkal, dan ketua Kelompok Tani yang ada beserta beberapa anggota dengan jumlah peserta mecapai 42 orang. Hasil analisis dari kuisioner menunjukkan bahwa petani masih perlu praktek langsung cara pembuatan pupuk dengan pedampingan tim dari awal mencari isolat dan mengolahan gulma air menjadi pupuk.  Hasil isolasi di lahan milik petani ditemukan mikroba Jenis Trichoderma sp dan gulma air jenis kalakai dan kayapu yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan perbanyakan pestisida organik. Pendampingan di lahan terus berlanjut sehingga kelompok Tani Bunga Padi milik salah satu kelompok tani berhasil membuat kemasan pupuk siap dipasarkan disamping dimanfaatkan oleh anggota kelompoknya dan petani sekitar. Diharapkan dengan pendampingan Tim  keberlanjutannya dihasilkan produk beras merah organik spesifik lahan Bangkal siap dipasarkan.
Controlling Anthracnose Disease of Locally Chili in Marginal Wetland using Endophytic Indigenous Microbes and Kalakai (Stenochlaena palustris) Leaf Extract Ismed Setya Budi; Mariana Mariana
Journal of Wetlands Environmental Management Vol 4, No 1 (2016): January-June
Publisher : Center for Journal Management and Publication

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.499 KB) | DOI: 10.20527/jwem.v4i1.51

Abstract

The research aims were to get the indigenus endophytic microbial consortium and to test the potency of kalakai leaf extract as biopesticides and biofertilizer on chili plant specific to wetlands (i.e., var. Hiyung). The microbes capable of inhibiting the growth of anthracnose have been performed on in-vitro test in pairs method.  It was found that 12 isolates have the ability to inhibit the growth of pathogens.  However, based on the results of a confirmatory endophytic test only three isolates had positive role as endophytic in chili plants, namely Trichoderma sp DN3, Trichoderma sp AK2, and Trichoderma sp BT1. The results of the effectiveness of each treatment on chilli plants in the greenhouse and the field shows that the application of endophytic could inhibit the development of anthracnose and spur the growth of plants. It could be concluded that the applications of kalakai leaf extract at the rate of 30 mL/plant can function as biopesticides and biofertilizer.
Resistance of cayenne pepper varieties (Capsicum frutescens) to anthracnose disease (Colletotrichum gloeosporioides) isolates from swampy areas Ismed Setya Budi; Mariana Mariana; Amalia Fauziah
Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 20 No. 3 (2023): Jurnal Ilmiah Pertanian
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/jip.v20i3.16042

Abstract

Anthracnose, a primary disease in chili plants caused by the pathogen fungus Colletotrichum sp., has proven significant losses by affecting harvests and inducing fruit decay. Control measures using synthetic pesticides have been implemented but yielded unsatisfactory results. The utilization of resistant varieties stands as a pertinent approach in early control efforts to minimize harvest losses. Additionally, the use of resistant varieties is a crucial component of integrated disease control implementation. This study aims to investigate the resistance levels of ten chili varieties commonly grown in swampy areas against specific isolates of Colletotrichum sp. present in swampy locations. The research, conducted in a randomized complete design in a greenhouse, tested ten varieties of cayenne pepper typically cultivated in swampy areas. The results revealed that the Hiyung variety is Susceptible, while Bara, Dewata 43 F1, Tiung Tanjung, Genie, Sekar, and CR-9 varieties exhibit moderate resistance. Conversely, Tiung Ulin, Alip, and Sret varieties are classified as resistant. The incubation period for tested cayenne pepper varieties varied, ranging from 3.5 to 5.3 days. A longer incubation period indicates greater resistance to anthracnose in chili varieties. The selection of resistant varieties is a pivotal step in anthracnose management, not only to minimize harvest losses but also to support an effective integrated control approach.
Waktu Aplikasi PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) Terhadap Penyakit Antraknosa (Collectotrichumsp.) pada Tanaman Cabai Hiyung Lasmi Yati Rachma; Ismed Setya Budi; Mariana .
JURNAL PROTEKSI TANAMAN TROPIKA Vol 1 No 1 (2018): Edisi Februari 2018
Publisher : www.ulm.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Antraknosa (Colletotrichum sp.) merupakan penyakit penting pada buah cabai. PGPR (PlantGrowth Promoting Rhizobacteria) merupakan kumpulan bakteri perakaran pemacu pertumbuhan.PGPR memiliki pengaruh dalam menekan intensitas serangan penyakit antraknosa karena semuaperlakuan berbeda nyata dengan kontrol. Aplikasi PGPR setiap 10 hari sekali dapat menghasilkanintensitas penyakit terendah yaitu 1,83%, yang berbeda nyata dengan aplikasi PGPR setiap 7 harisekali yaitu 3,33%, lalu waktu aplikasi PGPR setiap 15 hari sekali menghasilkan intensitas serangansebanyak 3,57 % yang tidak berbeda dengan 7 hari sekali. PGPR berpengaruh terhadap persentasepertumbuhan tinggi tanaman yaitu tanpa pemberian PGPR 30,57 % yang berbeda nyata dengan tigaperlakuan lainnya yaitu setiap 7 hari sekali 42,63 % , setiap 10 hari sekali 51,60 %, dan setiap 15 harisekali 41,54 %, tetapi antar perlakuan waktu aplikasi PGPR tidak berbeda nyata.
Uji Efektivitas Serbuk Tanaman Tapak Dara (Catharanthus roseus L.) Terhadap Serangan Nematoda Puru Akar Meloidogyne spp. pada Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Tiki Andriani; Edwin Noor Fikri; Ismed Setya Budi
JURNAL PROTEKSI TANAMAN TROPIKA Vol 1 No 2 (2018): Edisi Juni 2018
Publisher : www.ulm.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this research was to know the most effective dose of periwinkle plant (Catharanthus roseus L.) as botanical nematicide in suppressing the attack of root knot nematode caused by Meloidogyne spp. on tomato root. Treatment tested were K: control (without periwinkle plant powder), S1: periwinkle plant powder 30 g / polybag, S2: periwinkle plant powder 40 g / polybag, S3: periwinkle plant powder 50 g / polybag and S4: periwinkle plant powder 60 g / polybag. The results showed that periwinkle nematicide significantly effected the disease intensity of Meloidogyne spp. on the tomato root with 60 gram of periwinkle powder or as of 12.5% showing the lowest intensity even the wet weight measurement and nematode population showed no significant effect.
Kotoran Kambing Etawa sebagai Media Aplikatif Trichoderma sp. untuk Mengendalikan Penyakit Jamur Akar Putih pada Tanaman Karet Muhammad Saubari; Ismed Setya Budi; Helda Orbani Rosa
JURNAL PROTEKSI TANAMAN TROPIKA Vol 2 No 1 (2019): Edisi Februari 2019
Publisher : www.ulm.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Serangan Jamur Akar Putih (JAP) pada perkebunan karet cukup tinggi di Kalimantan Selatan mencapai 16.65 %. Pengendalian JAP yang ramah lingkungan dapat menggunakan agens hayati Trichoderma sp. Keberadaan kotoran kambing ettawa sangat bermanfaat, mudah didapat dan kotoran ini mempunyai potensi sebagai bahan organik untuk sumber nutrisi bagi pertumbuhan Trichoderma sp. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis trichokompos serta pengaruhnya terhadap intensitas serangan jamur akar putih pada karet. Hasil kompos aplikasi pada tanaman karet di lapang dengan cara ditaburkan pada lubang dangkal di sekeliling tanaman karet. Parameter yg diamati adalah intensitas penyakit JAP, efektivitas perlakuan dan persentase kesembuhan Aplikasi tricokompos dengan media aplikatif kotoran kambing ettawa 2, 3, dan 4 kg belum efektif menekan JAP pada tanaman karet karena intensitas serangan masih dibawah 50%, sedangkan Trichokompos 1 kg pada media aplikatif efektif menekan intensitas JAP. Kesembuhan akar tanaman sangat dipengaruhi oleh tingkat keparahan akar. Hanya pada tingkat keparahan yang rendah (skala 1) yang mampu disembuhkan
Pengaruh Dosis Gliokompos dalam Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Cabai Hiyung (Capsicum frutescens L.) Dessy Herwanti; Ismed Setya Budi; Samharinto Soedijo
JURNAL PROTEKSI TANAMAN TROPIKA Vol 2 No 3 (2019): Edisi Oktober 2019
Publisher : www.ulm.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jptt.v2i3.282

Abstract

Salah satu tanaman hortikultura adalah tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill).Tanaman tomat ini memiliki nilai komoditas yang tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani hal yang menyebabkan perbedaan produksi tersebut disebabkan oleh serangan nematoda yang mengakibatkan akar tanaman menjadi bengkak. Nematoda yang menyerang adalah nematoda puru akar (Meloidogyne spp.). Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dosis terbaik serbuk putri malu (Mimosa pudica L.) dalam menekan nematoda puru akar Meloidogyne spp. pada tanaman tomat. Penelitian dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor. Faktor yang diujikan adalah pemberian serbuk putri malu dengan dosis 25, 50, 75 dan 100 gram yang terdiri dari lima perlakuan dan lima ulangan sehingga jumlah satuan percobaan adalah 25 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari dua tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian serbuk putri malu efektif dalam menekan populasi nematoda puru akar (Meloidogyne spp.). Perlakuan yang terbaik atau dengan intensitas serangan terendah yaitu dosis 100 gram, terhadap tinggi tanaman perlakuan berpengaruh dengan tinggi pada masing-masing perlakuan adalah 90,48 cm (K), 102,06 cm (A), 116,09 cm (B), 110,67 cm (C) dan 115,39 cm (D), sedangkan terhadap berat buah segar tidak berpengaruh nyata.
Pengaruh Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos caudatus kunth.) Terhadap Cendawan Colletotrichum sp. pada Buah Cabai Rawit Melda Amelia; Yusriadi Marsuni; Ismed Setya Budi
JURNAL PROTEKSI TANAMAN TROPIKA Vol 3 No 1 (2020): Edisi Februari 2020
Publisher : www.ulm.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jptt.v3i1.332

Abstract

Cendawan Colletotrichum sp. penyebab penyakit antraknosa merupakan penyakit utama dalam budidaya cabai karena dapat menurunkan hasil produksi buah cabai. Ekstrak daun kenikir dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif pengendalian penyakit antraknosa. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kenikir dalam menghambat pertumbuhan koloni cendawan pada media PDA, masa inkubasi dan persentase kejadian penyakit pada buah cabai rawit. Metode penelitian menggunakan RAL satu faktor yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Hasil penelitian mebuktikan bahwa ekstrak daun kenikir mampu menghambat pertumbuhan Colletotrichum sp. pada media PDA serta dapat memperpanjang masa inkubasi dan menghambat kejadian penyakit pada buah cabai rawit. Perlakuan konsentrasi ekstrak daun kenikir 15% dapat menghambat pertumbuhan koloni Colletotrichum sp. sebesar 28,38% dan memperpanjang masa inkubasi buah cabai rawit selama 4,62 hari. Sedangkan pada perlakuan konsentrasi ekstrak daun kenikir 10% kejadian penyakit antraknosa yaitu 52,50%.