Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Upaya Implementasi Reformasi Birokrasi POLRI (Studi Pada Polres Pacitan Berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010) Gatot Haribowo; Andy Fefta Wijaya; Mardiyono Mardiyono
Wacana Journal of Social and Humanity Studies Vol. 15 No. 3 (2012)
Publisher : Sekolah Pascasarjana Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (809.307 KB)

Abstract

Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya kepolisian di Polres Pacitan adalah membawa konsekuensi besar bagi penataan birokrasi di tubuh Polres Pacitan. Dengan kondisi sumber daya anggota yang masih perlu diarahkan, membawa konsekuensi logis bagi Kepala Polres Pacitan untuk bekerja ekstra dalam mengarahkan anggotanya dalam melaksanakan tugasnnya. Hal ini dilatar belakangi akibat adanya tuntutan dari masyarakat terhadap pelayanan prima yang harus dijalankan oleh setiap anggota Polres Pacitan, namun disisi lain dengan dihadapkan pada kenyataan bahwa sebagian besar anggota yang dimutasikan atau bekerja di Polres Pacitan adalah mereka yang bermasalah atau bagian dari menjalankan sanksi atas pelanggarannya, demikian juga dengan kenyataan banyaknya anggota yang mengajukan untuk mutasi atau pindah tugas dari Polres Pacitan. Akibatnya, hal ini berpengaruh pada kinerja anggota dan mereka harus selalu dipantau oleh atasan dalam melaksanakan tugasnya. Arah perubahan Polri sangat terlihat pada dua tahun terakhir ini (antara tahun 2004 dan 2006) telah terjadi perubahan paradigma (kerangka berfikir) kepolisian (sebagai organisasi) yang signifikan. Proses perubahan tersebut bertujuan merubah profesi kepolisian yang lebih profesional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi upaya implementasi reformasi birokrasi polri untuk pelayanan publik dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya kepolisian berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 di Polres Pacitan.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berupa teknik pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi, dan observasi.  Data yang diperoleh dianalisis dengan metode analisa data model interaktif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor- faktor yang mempengaruhi upaya implementasi reformasi birokrasi polri dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya kepolisian untuk pelayanan publik berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 di Polres Pacitan  terinci: 1. Faktor pendukung meliputi: a. Faktor pendukung internal terdiri dari: -Sebagai anggota Polri, sebagaian besar anggota Polres Pacitan berkeinginan untuk menjadikan citra Polri yang positif dimata masyarakat Pacitan dapat terjaga dengan baik. -Masih banyak anggota Polres Pacitan yang bertugas untuk benar-benar memberikan pelayanan yang terbaik dan profesional kepada masyarakat Pacitan. b. Faktor pendukung eksternal terdiri dari: -Sebagaian besar masyarakat Pacitan pada umumnya merasa senang apabila Polri khususnya anggota Polres Pacitan benar-benar telah menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum dan pelayan masyarakat di bidang Kamtibmas secara profesional dan benar-benar meninggalkan budaya KKN. -Masyarakat Pacitan masih menganggap Polri khususnya Polres Pacitan bisa mengemban tugas sesuai harapan masyarakat, hal ini diwujudkan dengan apapun inovasi dan ide-ide positif Polres Pacitan dalam memelihara kamtibmas senantiasa selalu didukung oleh masyarakat Pacitan. 2. Faktor penghambat yang terinci: a. Faktor penghambat internal terdiri dari: -Ada sebagian anggota Polres Pacitan tidak sepenuhnya senang bertugas di wilayah Pacitan, dan senantiasa selalu berupaya untuk pindah tugas dari Polres Pacitan. -Ada sebagian dari anggota yang tidak peduli terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan Polri khususnya untuk hal-hal yang positif. -Ada sebagian anggota dari Polres Pacitan yang masih kedapatan melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji terhadap masyarakat Pacitan. b. Faktor penghambat eksternal terinci: -Sebagian masyarakat apabila berurusan dengan anggota Polres Pacitan baik pengurusan pelayanan ataupun pelanggaran masih sering membuka peluang untuk diselesaikan tidak secara profesional (tindakan penyuapan). -Ada sebagian masyarakat Pacitan yang menilai kinerja ataupun tindakan anggota Polri selalu negatif saja tanpa dilihat secara obyektif. Dari hasil penelitian tersebut peneliti merekomendasikan antara lain: 1. Mengusulkan anggaran yang cukup kedalam APBN; 2. Polres Pacitan harus lebih meningkatkan: (1). Sumberdaya kepolisian: agar lebih mampu menangani tugas-tugaspelayanan di Kabupaten Pacitan; (2), Sarana Prasarana: untuk menuntaskan pelaksanaan tugas-tugas pelayanan di Kabupaten Pacitan. Kata kunci: Implementasi, Reformasi, Kepolisian, Pelayanan, Publik
Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Inovasi Ekonomi Kreatif Dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus Industri Kerajinan Alat Tenun Bukan Mesin di Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan) Bagus Udiansyah Permana; Darsono Wisadirana; Mardiyono Mardiyono
Wacana Journal of Social and Humanity Studies Vol. 17 No. 4 (2014)
Publisher : Sekolah Pascasarjana Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1125.408 KB)

Abstract

Kebijakan ekonomi kreatif melalui pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Pasuruan sangat mendukung peningkatan ekonomi lokal. Industri kerajinan ATBM di Kecamatan Purwosari merupakan potensi unggulan daerah yang mampu menyerap tenaga kerja lokal dan memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan masyarakat, menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan. Metode penelitian yaitu kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil pembahasan diidentifikasi menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan 1) pemberdayaan masyarakat pada kerajinan ATBM dilakukan dengan mengoptimalkan sumber daya manusia lokal dengan strategi dan pendekatan pemberdayaan 5P (pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyokongan, dan pemeliharaan). 2) faktor pendorong : SDM lokal mempunyai kreativitas tinggi, pemberdayaan kerajinan ATBM berpotensi meningkatkan perekonomian masyarakat miskin perajin ATBM, dukungan pemerintah melalui Gelar Produk Unggulan setiap tahun dapat meningkatkan akses pemasaran. Faktor penghambat :  akses permodalan yang terbatas, sulit mendapat tenaga kerja karena upah rendah dan lebih memilih bekerja di pabrik, produk ATBM belum terstandarisasi sehingga rentan akan persaingan dengan produk ATBM dari daerah lain. 3) peran pemerintah: regulator, fasilitator, konsumen, dan investor ; peran bisnis: pencipta peluang pasar, mitra usaha dan lapangan kerja dan pembinaan kelompok masyarakat ; peran cendekiawan: pendorong penciptaan SDM kreatif dan penggerak pengembangan serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
The Implementation of The Poverty Reduction Policy in Malang City on The Perspective of The Grindle’s Implementation Model Paulus Diki Takanjanji; Sumartono Sumartono; Mardiyono Mardiyono
Wacana Journal of Social and Humanity Studies Vol. 21 No. 2 (2018)
Publisher : Sekolah Pascasarjana Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1165.28 KB)

Abstract

The government of Malang City has set a policy to reduce poverty that becomes a guarantee for the poor to be prosperous. However, there has been lack of coordination, synergy, and integration of implementers, and the fact that the programs are not targeting the right people; these all have made the policy goals not achieved. Therefore, this study aims to describe and analyze the implementation of poverty reduction policies conducted by the government of Malang according to the implementation model proposed by Grindle. Data collection is done by interviews, observations, and document reviews. Data analysis technique employs the one by Miles et al. The results show that the poverty rate in Malang City has decreased. The poor are getting more prosperous. However, there are programs that are not targeted well and are not sustainable because the poor people trained are less competitive due to small capital and low production technology. In addition, the monitoring and assistance after training is unavailable, the implementers are lacking in focus on the poor or policy objectives, and there has been lack of coordination, synergy, and integrity in the implementation. In addition, the ego of the policy implementing team, the lack of control of the executive leader against subordinates, the bad management of resources,  the lack of utilization of technology resources in the follow up of community efforts, the low allocation of the empowerment budget, and too many implementers affecting the interests of the target group have made the situation even worse. Thus, the goals are not achieved according to the plan.
Strategi Optimalisasi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk keluarga miskin di Puskesmas Kedamean Yudiyanto Tri Kurniawan; Sanggar Kanto; Mardiyono Mardiyono
Wacana Journal of Social and Humanity Studies Vol. 18 No. 2 (2015)
Publisher : Sekolah Pascasarjana Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1415.267 KB) | DOI: 10.21776/ub.wacana.2015.018.02.2

Abstract

Banyak permasalahan muncul pada masa awal Pemerintah mengimplementasikan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dimana yang paling merasakan dampaknya adalah Keluarga Miskin. Disisi lain disemua wilayah Jawa Timur tersebar Puskesmas hingga ke pelosok daerah, total ada 595 Unit. Yang diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah diatas. Sehingga kami perlu merumuskan Strategi Optimalisasi  Implementasi JKN untuk keluarga miskin di Puskesmas. Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif dengan metode Studi Kasus, yang mengambil lokasi di wilayah kerja Puskesmas Kedamean. Informasi dan data dikumpulkan melalui Deep Interview, Foccus Group Discussion (FGD), Observasi dan Dokumentasi. Teknik penentuan Informan dengan Triangulasi, yaitu kombinasi teknik Purposive, Snow Ball dan Aksidensil. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan metode analisa SWOT. Berdasarkan hasil analisa SWOT, pada  Puskesmas Kedamean menunjukkan berada pada kondisi Paling kuat (Kwadran 1), sehingga strategi yang dapat digunakan adalah strategi Progresif atau strategi SO, dimana dapat memanfaatkan segala kekuatan/potensi untuk meraih peluang yang ada. Dimana Kita dapat memanfaatkan Tenaga Medis, Paramedis, Sarana-Prasarana, Peralatan, Perlengkapan, Pustu, Poskesdes, Posyandu dan Peran aparatur Desa serta kecamatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi Keluarga Miskin dan Penyadang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di wilayah ini. Kata kunci: Strategi, Jaminan Kesehatah Nasional (JKN), Puskesmas, Keluarga Miskin and analisa SWOT
The Effect of H-Hope Plus Kinesthetic with Acupressure ST 36 and SP 6 on Weight Gain among Infants with Low Birth Weight Rizqitha Rizqitha; Mardiyono Mardiyono; Leny Latifah
International Journal of Nursing and Health Services (IJNHS) Vol. 3 No. 4 (2020): International Journal of Nursing and Health Services (IJHNS)
Publisher : Alta Dharma Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35654/ijnhs.v3i4.270

Abstract

During this time, the handling of LBW infants in the form of incubator care requires a high cost, while the Kangaroo Mother Care (KMC) has not been able to reach the standard of increase. H-HOPE plus kinesthetic can help parents to care for their baby at home after returning from hospital care. ST36 and SP6 acupressure an essential role in stimulating the production of hormones that affect the absorption of nutrients so that optimal infant growth can be achieved. The study aimed to increase LBW infants' weight using the H-HOPE plus kinesthetic with ST36 and SP6 acupuncture. A randomized control trial (RCT) was applied in this study. We involved 30 LBW infants and divided them into two groups, including the experimental and control groups. The intervention group received the H-HOPE plus Kinesthetic method with acupressure ST36 SP6 for 14 days in 2x/15 minutes/day and KMC 1 hour/day and 15 infants, whereas the control group received the KMC for 14 days in 1 hour/day. The results showed that patients in the experimental group showed increasing the bodyweight within 14 days; approximately 629.33 grams showed p=0.001, meaning that the increase reached the standard of average increase (420 grams). The H-HOPE plus Kinesthetic method with acupressure ST 36 and SP 6 effectively increased LBW infants' weight Keywords : H-HOPE plus Kinesthetic, acupressure, weight, LBW infants.
The Effect of Acumoxa Therapy on Blood Pressure in Gestational Hypertension Ketut Anom Sri Kesumawati; Mardiyono Mardiyono; Leni Latifah
International Journal of Nursing and Health Services (IJNHS) Vol. 3 No. 5 (2020): International Journal of Nursing and Health Services (IJHNS)
Publisher : Alta Dharma Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35654/ijnhs.v3i5.327

Abstract

Gestational hypertension (GH) adverse effects on pregnancy and fetal development, but there are still a few non-pharmacological interventions that can control blood pressure. The study aimed to examine the impact of acumoxa therapy on reducing blood pressure among patients with GH. Thirty-four patients were admitted to three community health centers in Brebes Regency. They were selected and randomly divided into two groups, such as the experimental group and the control group. This study's participation was pregnant women randomly allocated to the experimental group (n= 17) and control group (n=17). The intervention group received acumoxa therapy. The control group received acupressure therapy at the same time of 5 minutes at each point in 3 sessions per week for four weeks. The points used between the intervention and control groups were almost the same. Acupoints HT 7 and LI11 are given acumoxa and acupressure. Point GV20 is only covered by pressure, and point KI3 is only moxibustion. Of the 34 women who completed the study, those who received acumoxa had significantly lower mean arterial pressure (MAP) (mean difference = 8 mmHg, p<0.05). Acumoxa therapy is an effective non-pharmacological method for reducing blood pressure in patients with gestational hypertension
Application of Cupping Therapy with Ginger Aromatherapy on Reducing Cholesterol Level among Patients with Hypercholesterolemia Mayu Sanlia Samadani; Mardiyono Mardiyono; M. Choiroel Anwar
International Journal of Nursing and Health Services (IJNHS) Vol. 4 No. 1 (2021): International Journal of Nursing and Health Services (IJNHS)
Publisher : Alta Dharma Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35654/ijnhs.v4i1.371

Abstract

Hypercholesterolemia is a significant risk factor for cardiovascular disease. Cholesterol can interfere with and change blood vessels' structure, resulting in impaired endothelial function causing lesions, plaques, occlusion, and embolism. Cupping therapy with ginger aromatherapy is one alternative treatment for hypercholesterolemia. It improved lipid profile levels. The study aimed to examine the effect of cupping therapy with ginger aromatherapy on reducing the lipid profile levels among hypercholesterolemia patients. This true experimental study design, pre-test, and post-test with non-equivalent control group design was applied in this study. Thirty samples were selected into the experimental group and the control group. The intervention group received the cupping therapy with ginger aromatherapy, while the control group only received the10 gr simvastatin drug per day. The lipid profile levels were measured on day 1 and day 21. The result showed a significant difference between the experimental group and the control group with a p-value<0.05. In conclusion, it was found that cupping therapy with ginger aromatherapy for 21 days was effective in reducing lipid profile levels among hypercholesterolemia patients. Further researchers are expected to develop research on cupping therapy's benefits with ginger aromatherapy to reduce lipid profiles or other pathological conditions
TANGGUNG JAWAB NEGARA DAN MEKANISME PENYELESAIAN EXTRAJUDICIAL KILLINGS 1965 Mardiyono Mardiyono
Refleksi Hukum: Jurnal Ilmu Hukum Vol 1 No 1 (2016): Refleksi Hukum: Jurnal Ilmu Hukum
Publisher : Universitas Kristen Satya Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.12 KB) | DOI: 10.24246/jrh.2016.v1.i1.p29-44

Abstract

AbstrakPersoalan extrajudicial killings 1965 merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dantermasuk kejahatan HAM berat sesuai Pasal 7 UU No. 26 Tahun 2000. Penghukumanyang dilakukan tanpa proses pengadilan merupakan pengkhianatan terhadap nilai-nilaikemanusiaan yang terkandung dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. DalamMasstricht Guidelines on Violations of Economic, Social and Cultural Rights, negaraberkewajiban melindungi hak-hak sipil dan politik, hak-hak ekonomi, sosial dan budaya,dengan memberlakukan tiga jenis kewajiban pada Negara, yaitu: kewajiban untukmenghormati, melindungi dan memenuhi. Kegagalan untuk melakukan salah satu daritiga kewajiban tersebut merupakan pelanggaran hak yang dilakukan oleh negara. Terkaitdengan extrajudicial killings 1965, negara dapat memikul kewajiban baik sebagai akibatdari perbuatannya sendiri (acts of commision) maupun oleh karena pembiaran (acts ofommission).AbstractThe infamous tragedy of extrajudicial killings in Indonesia in 1965 could be categorized ascrimes against humanity, as well as a serious violation of human rigts as set forth inArticle 7 of Law No. 26, 2000 and Article 1 Paragraph (3) of the Constitution of 1945. In theMaastricht Guidelines on Violations of Economic, Social and Cultural Rights, the state isobliged to protect the civil, political and economic rights, as well as social and culturalrights. to impose state obligations (the obligation to respect, protect and fulfill). Failure todo any of these constitutes a violation of rights by the state. In relation to extrajudicialkillings that took place in 1965, the state may assume obligations both as a result of hisown actions (acts of commission) as well as because of its omission.
PENTINGNYA PEMBENTUKAN KARAKTER SEJAK DINI (PKSD) DALAM UPAYA MEMPERSIAPKAN KELUARGA BERKULITAS DI ERA GLOBALISASI Mardiyono Mardiyono
CAKRAWALA Vol 3, No 1: Desember 2008
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2398.223 KB) | DOI: 10.32781/cakrawala.v3i1.93

Abstract

Masa lima tahun pertama merupakan dasar kemampuan pengindraan, berpikir, berbicara, bertingkah laku sosial dan kemampuan menolong diri sendiri dan lain-lain. Oleh karena itu pada umur ini anak perlu dilatih atau diajarkan suatu kemampuan sesuai dengan umurnya. Dalam masa lima tahun pertama itulah maka para ahli menyebutnya sebagai istilah “masa emas” (golden age periode).
Pilot Study Efektifitas Media Video Animasi Terhadap Tingkat Depresi Pasien Kanker Serviks Diagnosa Awal Dwi Fitriyanti; Mardiyono Mardiyono; Yuriz Bakhtiar
Indonesian Journal of Nursing Research (IJNR) Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (49.32 KB) | DOI: 10.35473/ijnr.v2i1.225

Abstract

Cervical cancer is the cancer that most often attacks women after breastcancer throughout the world. Around the world every two minutes or everyhour a woman dies from cervical cancer. Every patient newly diagnosed withcervical cancer needs to know information about cervical cancer that canaffect the patient's psychological changes in the form of depression. Thepurpose of this study was to determine the effectiveness of education withanimation media to reduce the depression level of cervical cancer patientswith early diagnosis. The method of this research is a pilot study(preliminary study) or testing the feasibility of animation video media on thelevel of depression. Respondent samples in the animated video media trialincluded 10 intervention samples and 10 control samples. The results of theanimation video media research are feasible to be used in subsequent studiesin cervical cancer patients with an initial diagnosis of depression. Dataanalysis using the Wilcoxon Sign Rank Test showed that there was asignificant difference in the level of depression before and after being giveneducation using the animation video media in the intervention group with avalue of p = 0.005 while in the control group with a value p = 0.102. Theconclusion of this study is that the animation video media is feasible to beused in subsequent studies and can effectively be given to cervical cancerpatients with an initial diagnosis of depression.