Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

PERBEDAAN LEVEL RERATA KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL SEBELUM DAN SETELAH PERSALINAN SPONTAN PADA KELOMPOK INKONTINENSIA URIN DAN KELOMPOK NORMAL Bobby Indra Utama; Hasni Kemala Sari; Hafni Bachtiar
Andalas Obstetrics And Gynecology Journal Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/aoj.1.1.7-14.2017

Abstract

Trauma to the pelvic floor during delivery is now recognized as a major etiological factor against PFM disorders such as urinary incontinence, pelvic organ prolapse and fecal incontinence. This study was conducted to analyze the differences in mean levels of differences of pelvic muscle strength before and after spontanous labor between stress urinary inconti-nence group and normal group. This research was done using analytic method with cross sectional design in 13 women with stress urinary incontinence, and 17 women with normal group. Subjects were collected in hospitals of Pariaman, Padang from May to December 2014. Examination of the pelvic floor muscle strength was performed with a perineometer. Differences between the mean difference in the strength of the pelvic floor muscles before and after spontaneous delivery between the two groups were analyzed using independent t test. The mean difference between the strength of the pelvic floor muscles before and after spontaneous labor in stress urinary incontinence group was larger than normal group (3.85 + 1.281 cmH2O vs 2,00 + 1.173 cmH2O, p = 0.000). The mean difference between the strength of the pelvic floor muscles before and after spontaneous labor in stress urinary incontinence group was significantly greater than the normal group.Keywords: Pelvic Floor Muscle, Urinary Incontinence, Spontaneous Labor
Hubungan Pelaksanaan Strategi Directly Observed Treatment Short Course dengan Hasil Pengobatan Tuberkulosis Paru Puskesmas Padang Pasir Kota Padang 2011-2013 Nurmadya Nurmadya; Irvan Medison; Hafni Bachtiar
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i1.223

Abstract

AbstrakTuberkulosis (TB) paru masih menjadi masalah utama kesehatan global di dunia. Pada tahun 2011, Indonesia berada di posisi keempat dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia. Dalam upaya penanggulangan TB, Indonesia telah mengadopsi strategi DOTS sejak tahun 1995. Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2011, angka keberhasilan pengobatan di Puskesmas Padang Pasir yaitu 71,43% dan angka ini belum mencapai target nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pelaksanaan strategi DOTS dengan hasil pengobatan TB paru di Puskesmas Padang Pasir Kota Padang. Jenis Penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional study. Data dikumpulkan melalui wawancara kepada responden menggunakan kuisioner yang kemudian di analisis melalui uji Chi-Square. Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan adanya hubungan antara pelaksanaan komitmen oleh petugas kesehatan (p-value : 0,000), pelaksanaan pemeriksaan dahak (p-value: 0,005, ketersedian OAT (p-value : 0,002) dengan hasil pengobatan TB paru. Hasil uji statistik pada peranan PMO (p-value : 0,185) dan pencatatan pelaporan penderita TB paru (p-value 0,184) menunjukkan tidak terdapat hubungan dengan hasil pengobatan TB paru.Kata kunci: tuberkulosis paru, DOTS, hasil pengobatanAbstractTuberculosis (TB) remains a major problem pulmonary global health in the world. In 2011, Indonesia was in fourth position with the highest number of TB patients in the world. InTB controlefforts, Indonesia hasadopted theDOTS strategysince 1995.Based on the annual report of Padang City Health Department in 2011, the treatment success rate in Padang Pasir Health Center is 71.43% and this figure has not reached the national target. The study aims to determine the relationship implementation of the DOTS strategy with pulmonary TB treatment success in health centers Padang Padang Pasir.This type of study design was cross-sectional analytic study. Data were collected through interviews with respondents using a questionnaire which was then analyzed by chi-square test. The results of the chi -square statistical tests showed that the implementation of commitments by health workers (p - value: 0.000), the implementation of sputum examination (p - value : 0.005), availability of OAT (p - value : 0.002) have a correlation with the results of treatment of pulmonary tuberculosis . While results statistical tests on the role of the PMO (p - value : 0.185) reporting and recording of pulmonary TB patients (p– value : 0.184) showed there was no correlation with the results of treatment of pulmonary tuberculosis.Keywords: pulmonary tuberculosis, DOTS, treatment success
Hubungan Kecanduan Bermain Video Games Kekerasan dengan Perilaku Agresif pada Murid Laki-laki Kelas IV dan V di SD Negeri 02 Cupak Tangah Pauh Kota Padang Rivo Armanda Satria; Adnil Edwin Nurdin; Hafni Bachtiar
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i1.228

Abstract

AbstrakPerilaku agresif adalah perilaku yang bertujuan untuk menyakiti orang lain, untuk mengekspresikan perasaan negatifnya seperti permusuhan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Terdapat 4 aspek agresivitas, yaitu kemarahan, permusuhan, agresi verbal, dan agresi fisik. Salah satu faktor yang diduga mempengaruhi perilaku agresif adalah kebiasaan bermain video games yang mengandung unsur kekerasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku kecanduan bermain video games yang mengandung unsur kekerasan terhadap prilaku agresif pada murid laki-laki kelas IV dan V di SD Negeri 02 Cupak Tangah Pauh Kota Padang Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study dengan jumlah sampel sebanyak 83 orang murid laki-laki dari kelas IV dan V di SD N 02 Cupak Tangah Pauh. Data dikumpulkan melalui wawancara kepada responden menggunakan kuesioner yang kemudian di analisis dengan uji statistik chi-square dengan derajat kepercayaan 95% (0,05).Hasil penelitian menunjukkan persentase responden yang memiliki perilaku agresif lebih tinggi pada responden yang mengalami kecanduan bermain video games yang mengandung unsur kekerasan jika dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami kecanduan bermain video games yang mengandung unsur kekerasan (67,6%:20,4%) dan terdapat hubungan yang bermakna antara kecanduan bermain video games yang mengandung unsur kekerasan dengan perilaku agresif (p-value=0,000).Disarankan bagi pihak sekolah agar memiliki program konseling psikologis anak misalnya dalam bentuk UKESWA (usaha kesehatan jiwa) yang termasuk dalam program UKS (usaha kesehatan sekolah) untuk mendeteksi sejak dini perilaku kecanduan anak terhadap video games yang mengandung unsur kekerasan dan perilaku agresif anak sehingga dapat diberikan bimbingan untuk mengatasi kecanduan dan perilaku agresif tersebut agar tidak berlanjut dan menjadi conduct disorder atau perilaku anti sosialKata kunci : agresif, kecanduan, video gamesAbstractAggressive behavior is a behavior that is intended to harm others to express their negative feelings such as hostility to achieve the desired goal. There are four aspects of aggression, namely anger, hostility, verbal aggression, and physical aggression. One of the factors thought to affect aggressive behavior is a habit of playing violent video games. The objective of this study was to determine the relationship of behavioral addiction playing violent video games toward aggressive behavior in boys elementary school grade IV and V in State Elementary School 02 Cupak Tangah Pauh Padang.This study used a cross sectional study design with total sample of 83 students grade IV and V. Data were collected through interviews with respondents using a questionnaire and then analyzed by chi-square test with 95% confidence level (0.05).The results obtained the percentage of respondents who have aggressive behavior was higher in respondents who experienced addicted to playing violent video games compared to those who did not experience the addiction of playing violent video games (67.6% : 20.4%) and there is a significant relationship between addiction playing violence video games with aggressive behavior (p–value = 0.000). It is advisable for the school to have a psychological counseling program for example in the form of UKESWA (mental health efforts) are included in the program UKS (school health unit) for the early detection of children's behavioral addiction to video games and aggressive behavior so that the children can be given guidance to overcome the addiction and aggressive behavior in order not to continue and become a conduct disorder or anti-social behavior.Keywords : addiction, aggressive, video games
Analisis Cakupan Antenatal Care K4 Program Kesehatan Ibu dan Anak di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman Elmispendriya Gusna; Pelsi Sulaini; Hafni Bachtiar
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i1.428

Abstract

AbstrakPencapaian target K4 (kunjungan ibu hamil ke tenaga kesehatan yang dilakukan paling sedikit 4 kali selama hamil) akan terlaksana jika adanya motivasi bidan di desa ditambah pembinaan dari bidan koordinator yang secara rutin dilakukan dalam bentuk supervisi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis cakupan antenatal care K4 program kesehatan ibu dan anak di wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten Padang Pariaman. Penelitian ini menggunakan metode penelitian gabungan antara kuantitatif dan kualitatif. Subjek penelitian untuk penelitian kuantitatif  adalah 49 orang bidan desa, sedangkan informan untuk kualitatif adalah kepala bidang kesehatan keluarga dan Kasie kesehatan ibu dan anak dinas kesehatan kabupaten Padang Pariaman, kepala puskesmas, petugas pemegang program KIA dan bidan pengelola KIA di puskesmas Sungai Limau. Hasil penelitian ini mendapatkan lebih dari separoh (53,1%) bidan desa memiliki motivasi rendah, sedangkan lebih dari separoh (67,3%) bidan koordinator sudah melakukan supervisi  ke bidan desa dan pada umumnya (91,8%) responden memiliki cakupan K4 yang rendah. Tidak terdapat hubungan antara motivasi bidan desa dan supervisi bidan koordinator dengan cakupan antenatal care K4 (p < 0.05). Cakupan antenatal care K4 di Kabupaten Padang Pariaman belum berhasil karena kurangnya peran aktif bidan desa di tengah masyarakat, monitoring dan evaluasi dari dinas kesehatan dan pimpinan puskesmas serta supervisi bidan koordinator belum optimal, serta sumber daya manusia yang belum memaksimalkan perannya dalam melaksanakan tugas ditambah masih kurangnya  kelengkapan sarana dan prasarana. Perlu optimalisasi peran dan fungsi bidan di desa dan optimalisasi kemitraan dengan berbagai pihak dalam komunitas.Kata kunci: cakupan antenatal care K4, motivasi, supervisi AbstractThe achievement of K4 (four time antenatal care) target will be success with support from motivation of village midwives and routine supervision of coordinator midwives. The objective of this study was to analyze K4 antenatal care scope of maternal and child program in Padang Pariaman health department working area. This is a mixed of quantitative and qualitative study. The subject of quantitative study was 49 village midwives and informant of qualitative study was: chief of family health and chief of maternal child health of  Padang Pariaman health department; chief, maternal and child program coordinator, and administrator midwife of Sungai Limau public health care. The results of this study were more than half (53.1%) of village midwives have low levels of motivation, while more than half (67.3%) of coordinator midwives have been doing supervision to village midwives. There was no significant relationship of village midwives motivation and coordinator midwives supervision with K4 antenatal care scope (p < 0.05). Analysis of the result showed K4 antenatal care scope of maternal and child program in Padang Pariaman has not succeded yet caused by lack of active role of village midwives, minimum monitoring and evaluation from health department and public health care of Padang Pariaman and coordinator midwives, lack of optimalized role of human resources and lack of infrastructure. Keywords: complete visits (K4) antenatal care scope, motivation, supervision
Hubungan Kadar Laktat Dehidrogenase dengan Stadium Limfoma Maligna Non Hodgkin di Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang periode Desember 2009 sampai Maret 2013 Dian Rahma Kasir; Irza Wahid; Hafni Bachtiar
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i2.46

Abstract

AbstrakAwal abad ke-2l masyarakat Indonesia mengalami transisi epidemiologi penyakit. Perubahan pola penyakit ini dapat dilihat dari peningkatan insiden penyakit kanker sebagai penyebab kematian di Indonesia dalam 10 tahun terakhir, yaitu dari urutan ke-12 menjadi urutan ke-6. Di Indonesia, limfoma non Hodgkin (LNH) menduduki urutan keenam keganansan yang sering terjadi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Olivia Putri Perdana di bagian patologi anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas didapatkan data bahwa pada januari 1997-desember 2001 terdapat 70 (81,39%) penderita limfoma maligna non Hodgkin dari keseluruhan penderita limfoma maligna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar laktat dehidrogenase (LDH) dengan stadium pada penderita limfoma maligna non Hodgkin. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dengan menggunakan data yang bersumber dari rekam medik pasien. Populasi dari penelitian ini adalah data rekam medik seluruh penderita limfoma maligna non hodgkin yang berobat ke RSUP Dr. M. Djamil Padang yaitu 317 data rekam medik, tetapi yang memenuhi syarat untuk menjadi sampel hanya 40 data. Analisis statistik yang digunakan adalah uji T. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan kadar laktat dehidrogenase dengan stadium pada penderita limfoma non Hodgkin (P = 0,001). Diketahui nilai laktat dehidrogenase pada stadium III-IV lebih tinggi daripada nilai laktat dehidrogenase pada stadium I-II.Kata kunci: Laktat dehidrogenase, Limfoma maligna non Hodgkin, Stadium AbstractEarly 21th century, Indonesian society in transition epidemiology of the disease. Changing patterns of disease can be seen from the increased incidence of cancer as a cause of death in Indonesia in the last 10 years, ie from 12th to 6th order. In Indonesia, non-Hodgkin's lymphoma (NHL) ranks sixt frequent in all of cancer. Based on research conducted by Olivia Putri Perdana in anatomic pathology at the Faculty of Medicine, University of Andalas that the data obtained during the January 1997 - December 2001 there were 70 (81.39%) patients with non -Hodgkin's malignant lymphoma of the overall malignant lymphoma patients.This study aims to determine the relationship of levels of lactate dehydrogenase (LDH) with stage of non -Hodgkin's malignant lymphoma patients.This research is a cross sectional analytic approach using data derived from patient medical records. The population is the entire medical record malignant non Hodgkin lymphoma patients who went to DR. M. Djamil Padang hospital, they are 317 medical records, but are eligible to be sampled only 40 data. Statistical analysis used is the T test.Statistical test results show that there is relationship between lactate dehydrogenase levels with stage in non -Hodgkin's lymphoma patients (P = 0.001). Known value of lactate dehydrogenase in stage III - IV is higher than the value of lactate dehidrodenase in stage I - II.Keywords: Lactate dehydrogenase, malignant non-Hodgkin's lymphoma, Stage
Perbedaan Perlukaan Genitalia Perempuan Berdasarkan Posisi Persetubuhan Diluar Perkawinan di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2010-2012 Ami Tri Nursasmi; Rika Susanti; Hafni Bachtiar
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i2.37

Abstract

AbstrakPersetubuhan diluar perkawinan menjadi suatu masalah di pengadilan karena banyaknya perbedaan pendapat mengenai perlukaan selaput dara. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan perbedaan perlukaan selaput dara tersebut yang dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang, mencakup karakteristik korban, perlukaan selaput dara, perlukaan dibagian tubuh lain, dan hubungan perlukaan berdasarkan posisi persetubuhan. Penelitian ini bersifat analitik. Sampel sebanyak 81 responden yang telah mengalami persetubuhan diluar perkawinan. Data diambil dari Bagian Forensik RSUP Dr. M. Djamil Padang periode bulan Juli 2010 sampai dengan Juli 2012. Data diolah dengan menggunakan program komputer dan dianalisis melalui uji chi square. Dari 81 subjek penelitian ditemukan hasil tertinggi berupa usia korban adalah 12-18 tahun (62%), pekerjaan sebagai pelajar (56%), alamat berada di Kecamatan Koto Tangah (20%), hubungan korban dengan pelaku sebagai pacar (48%), perlukaan selaput dara pada arah jarum jam selain 5 dan 7 (47%), tidak tampaknya tanda-tanda kekerasan dibagian tubuh lain (81%). Dari uji chi square didapatkan nilai p = 0,585 dengan demikian Ha penelitian ditolak (p>0,05). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara perlukaan selaput dara dengan posisi persetubuhan diluar perkawinan.Kata kunci: Persetubuhan, selaput dara, perlukaanAbstractNon marital sexual activity has been being a big issues on the court because there are contradictions argument about wounded hymen. This research is conducted to prove the difference of that wound occurs in public hospital of dr.M.Djamil Padang, including the victim’s character, hymen’s injury, another injury in other parts body, and the connection of each injuries based on intercourse position. This research having an analitical nature. 81 respondents of sample who done non marital sexual activity. The data taken from Forensics division of RSUP dr.M.Djamil Padang for period of July 2010 to July 2012. The data be treated with computer program and analyzed by chi square test. From 81 subjects of research found the highest result are the age of victim in range 12-18 years old (62%), the occupation as a student (56%), the address in Koto Tangah sub district (20%), the relation of victim and executants as a boyfriend (48%), wounded hymen injured in except area 5 and 7 (47%), no other visible injuries due to violation in other parts of the victim’s bodies (81%). From chi square test, the vale of p=0,585 as the result and the conclusion this research of Ha rejected (p>0,05)]. The conclusion of this research, there is no significant relationship between wounded hymen injured with non marital sexual activity.Keywords:sexual intercourse, hymen, injury
Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Berobat Pasien Yang Diterapi Dengan Tamoxifen Setelah Operasi Kanker Payudara Arif Budiman; Daan Khambri; Hafni Bachtiar
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v2i1.60

Abstract

Abstrak Banyak faktor yang mempengaruhi kepatuhan berobat pasien yang diterapi dengan tamoxifen setelah operasi kanker payudara. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kepatuhan berobat pasien di RS. Dr. M Djamil, Padang. Sehingga dapat menjadi masukan dan perbaikan untuk meningkatkan kepatuhan berobat pasien. Metode yang digunakan adalah wawancara langsung, penderita mengisi daftar pertanyaan (kuesioner) dan skala likert pelayanan tenaga medis. Periode penelitian dilakukan selama 3 bulan. Analisis univariat, bivariat dan multivariat dilakukan dengan memakai SPSS versi 18.00. Dari 61 pasien didapatkan 9 pasien tidak patuh terapi tamoxifen, hasil penelitian bivariat didapatkan hubungan yang bermakna antara kepatuhan dengan umur, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, ketersediaan asuransi kesehatan dan pelayanan tenaga medis (p<0,05) sedangkan efek samping tidak berhubungan dengan kepatuhan (p>0,05). Analisis multivariat didapatkan faktor yang paling berpengaruh adalah pelayanan tenaga medis dengan p= 0,06. Dapat disimpulkan bahwa pelayanan medis merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kepatuhan berobat pasien yang diterapi tamoxifen setelah operasi kanker payudara, faktor lain yang berpengaruh adalah umur, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga dan ketersediaan asuransi kesehatan. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan pada tenaga medis sehingga dapat meningkatkan kepatuhan berobat pasien. Kata kunci: Kepatuhan, tamoxifen, kanker payudara.AbstractMany factors affect compliance of treatment in patients treated with tamoxifenAfter breast cancer surgery. This study aims to determine the factors that may affect treatment compliance of patients in the hospital. Dr.M.Djamil, Padang. So it can be sugestion and improvement to enhance patients treatment compliance.Methods. The method is a direct interview, patients filled out a questionnaire (questionnaire) and Likert scale medical services. Period of research carried out for 3 months. Analysis univariat, bivariat and multivariat performed by using SPSS version 18.00.Results. Of the 61 patients we found 9 patients not adherent tamoxifen therapy, the results bivariant a significant association between adherence to the age, level of education, familyIncome, availability of health insurance and medical care (p<0.05). Multivariate analysis found that the most influential factor is the care of medical personnel with p=0.06. Discussion. It can be concluded that the medical services are the most influential factor on treatment compliance of patients receiving tamoxifen after breast cancer surgery, other factors are age, education level, family income and the availability of health insurance. The results of this study can be suggestion on the medical staff so as to improve treatment compliance of patients.Keywords:Compliance, tamoxifen, breast cancer.
Pengaruh Terapi Oksigen Menggunakan Non-Rebreathing Mask Terhadap Tekanan Parsial CO2 Darah pada Pasien Cedera Kepala Sedang Hendrizal Hendrizal; Syaiful Saanin; Hafni Bachtiar
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i1.23

Abstract

AbstrakTekanan parsial CO2sangat berpengaruh terhadap aliran darah otak (ADO) dan tekanan intra kanial. Latarbelakang penelitian ini adalah bahwa dalam teori tekanan gas campuran John Dalton dinyatakan bahwa jika salah satu tekanan gas dalam campuran gas bertambah maka tekanan parsial gas lain akan menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan konsentrasi oksigen dalam Non-Rebreathing Mask (NRM) akan menurunkan tekanan parsial CO2, sehingga dapat digunakan untuk menurunkan PaCO2 sambil memperthankan PaO2 yang tinggi untuk menurunkan TIK (Tekanan Intra Kranial) pada pasien cedera kepala. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian Clinical Trial dengan rancangan penelitian one shoot pretest and postest pada pasien cedera kepala sedang dengan GCS 9-13 yang dilakukan terapi konservatif di RS Dr. M. Djamil Padang. Pada pasien dinilai tekanan parsial CO2 darah sebelum dan setelah 6 jam terapi oksigen menggunakan NRM. Jumlah sampel sebanyak 16 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan perbedaan bermakna tekanan parsial CO2 darah sebelum dan setelah terapi oksigen menggunakan NRM (p<0,05). Terjadi penurunan tekanan parsial CO2 darah setelah terapi oksigen mengunakan NRM dari39,00 ± 3,7 menjadi 432,06 ± 6,35. Pembahasan: Terapi oksigen menggunakan NRM dapat menurunkan tekanan parsial CO2 darah sehingga dapat digunakan untuk menurunkan tekanan intrakranial pada pasien cedera kepala sedang.Kata kunci: Terapi Oksigen, Non-Rebreathing Mask, Tekanan Parsial CO2 DarahAbstractThe partial pressure of CO2 is very influential on cerebral blood flow (CBF) and intra kanial pressure. The background of this research is that the pressure of the gas mixture in the theory of John Dalton stated that if one of the gas pressure in the gas mixture increases, the partial pressure of other gases will decline. This study aimed to determine whether the increase in oxygen concentration in the non-rebreathing mask (NRM) will decrease the partial pressure of CO2, so that it can be used to decrease PaCO2 while PaO2 still higher to protect brain from higher of ICT (intra-cranial pressure) state in patients with head injuries. Method: This research is a Clinical Trial with one shoot pretest and posttest design in patients with moderate head injury with GCS 9-13 conducted conservative treatment at the hospital Dr. M. Djamil Padang. In patients assessed blood CO2 partial pressure before and after 6 hours of oxygen therapy using the NRM. Total sample of 16 patients who met the incluton criteria. Result: The result showed significant differences in blood CO2 partial pressure before and after oxygen therapy using the NRM (P <0.05). There was a decrease of bloodCO2partial pressureafter oxygen therapy using NRM from 32.06 ± 6.35 to 39.00 ± 3.74. Discussion: Oxygen therapy using NRM can decrease blood CO2 partial pressure that can be used to reduce the intra-cranial pressure in patients with moderate head injury.Keywords: Oxygen Therapy, Non-Rebreathing Mask, Blood CO2 Partial Pressure
Perbedaan Efektivitas Parasetamol Oral Dengan Tramadol Oral Sebagai Tatalaksana Nyeri Pasca Operasi Transurethral Resection of The Prostate Ismail Muhammad; Alvarino Alvarino; Nasman Puar; Hafni Bachtiar
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v2i1.66

Abstract

AbstrakPendahuluan. Transurethral Resection of The Prostate (TURP) merupakan tindakan operasi endoskopi yang sudah menjadi standar baku untuk penatalaksanaan pembesaran kelenjar prostat jinak yang memerlukan tindakan bedah. Nyeri pasca operasi TURP disebabkan karena trauma (reseksi jaringan prostat), iritasi foley kateter dan traksi kateter pasca TURP pada luka operasi. Metode. Merupakan jenis penelitian eksperimental yang membandingkan efektivitas pemakaian parasetamol oral 500 mg dengan tramadol oral 50 mg sebagai tatalaksana nyeri pasca TURP. Penelitian ini melibatkan 30 orang pasien yang dibagi 2 kelompok yaitu 15 orang kelompok parasetamol dan 15 orang kelompok tramadol. Intensitas nyeri dengan skala VAS dan efek samping obat dinilai pada 3jam, 5jam, 7jam pasca spinal anesthesia. Hasil penelitian kemudian diuji dengan independen T.test dan Chi-square. Hasil. Rata-rata nilai VAS 3 jam pasca spinal anastesia kelompok parasetamol adalah 0,6267 cm dan tramadol 0,6400 cm. Pada 5 jam pasca spinal anastesi rata-rata nilai VAS kelompok parasetamol 1,5800 cm, kelompok tramadol 1,4933 cm. Pada 7 jam pasca spinal anesthesia rata-rata nilai VAS kelompok parasetamol 3,5800 cm dan kelompok tramadol 3,1667 cm. Setelah uji statistik baik pada 3jam, 5jam, 7jam pasca spinal anesthesia tidak terdapat perbedaan yang bermakna intensitas nyeri pada ke 2 kelompok dengan p > 0,05. Sedangkan kejadian mual dan alergi juga tidak ada perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok. p > 0,05. Kesimpulan. Parasetamol 500 mg oral versus tramadol 50 mg oral memiliki efektifitas yang sama dalam mengatasi nyeri pasca operasi TURP. Sedangkan kejadian mual dan alergi tidak ada perbedaan yang bermakna pada ke 2 kelompok.Kata kunci: TURP, parasetamol, tramadol, VASAbstractArial 9 italic Introduction. Transurethral Resection of the Prostate (TURP) is an endoscopic surgery that become the gold standard for the treatment of benign enlargement of the prostate gland that requires surgery. Postoperative pain due to trauma TURP (resection of prostate tissue), irritation foley catheters and catheter traction after TURP surgery on the wound. Methods. This study was an experimental research that compares the effectiveness of the use of oral paracetamol 500 mg with 50 mg oral tramadol as a pain management of post-TURP. This study involved 30 patients divided into 2 groups: 15 people group of paracetamol and 15 people group of tramadol. Pain intensity with the VAS scale and drug side effects rated at 3 hours, 5 hours, 7 hours after spinal anesthesia. Results were then tested with independent T.test and Chi-square Results were then tested with independent T.test and Chi-square. Results. Mean VAS values after 3 hours spinal anesthesia group of paracetamol and tramadol were 0.6267 cm 0.6400 cm. At 5 hours after spinal anesthesia the mean VAS value of paracetamol group was 1.5800 cm, group of tramadol was 1.4933 cm. At 7 hours after spinal anesthesia mean VAS value group of paracetamol was 3.5 800 cm and group of tramadol was 3.1667 cm. After a statistical test at 3 hours, 5 hours, 7 hours after spinal anesthesia, we conclude that there was no significant difference in pain intensity on the 2 groups with P> 0.05. While the incidence of nausea and allergies also had no significant difference in both groups. P> 0.05. Conclusion. Paracetamol 500 mg orally versus tramadol 50 mg orally had the same effectiveness in addressing postoperative pain TURP. While there was no significant difference in the 2 groups in the incidence of nausea and allergies
KAJIAN FAKTOR ORGANISASI DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD PARIAMAN Dewi Murni; Hafni Bachtiar; Happi Sasmita
Ners Jurnal Keperawatan Vol 12, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.464 KB) | DOI: 10.25077/njk.12.1.1- 14.2016

Abstract

AbstractNursing care documentation is a record and report in nursing setting that is useful for patients, nurse and medical team in providing services on communication accurately and completely in writing as nurse’s responsibility. An effective documentation could ensure the continuity of service, saving time and minimizing the risk of error. The implementation of nursing documentation is one way to measure , determine, monitor and conclude a nursing care service in a hospital. The implementation of nursing documentation in Pariaman Public Hospital shows are still low (49.5%) than their own limit 65%, while, according to the Ministry of Health, 80% as the limit. Nurse’s performance in the nursing care implementation was influenced by organizational factors (Leadership of head nurse, remuneration, supervision and coaching). The purpose of this study was to find out whether organizational factors related to nurses' performance in the implementation of nursing care in hospitals Pariaman. This study used cross sectional design. Population and sample in this study were 89 nurses in hospitals Pariaman, with simple random sampling. Instrument used questionnaire. The results showed that there was a significant relationship between leadership (p = 0.000), rewards (p = 0.005), supervision (p = 0.000) and coaching (p = 0.003). This study recommended to the head of Pariaman Public Hospital to improve supervision in each room, leadership, rewards and guidance on the implementation of nursing care to nurses.Keywords : Performance, Documentation, nursing careAbstrakDokumentasi asuhan keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam asuhan keperawatan yang berguna bagi pasien, perawat dan tim serta tanggung jawab perawat. Dokumentasi yang efektif menjamin kesinambungan pelayanan, menghemat waktu, dan meminimalisasi resiko kesalahan. Pelaksanaan dokumentasi keperawatan sebagai salah satu alat ukur untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan suatu pelayanan asuhan keperawatan yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit. Data menunjukkan pendokumentasian asuhan keperawatan masih rendah (49,5%), dengan ketentuan RSUD Pariaman mengunakan asuhan keperawatan adalah 65% sedangkan, menurut Depkes 80%. Kinerja Perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dipengaruhi oleh faktor organisasi (Kepemimpinan kepala ruangan, imbalan, supervisi dan pembinaan). Tujuan penelitian ini untuk melihat factor organisasi yang berhubungan dengan kinerja perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di RSUD Pariaman. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana di RSUD Pariaman dengan jumlah sampel 89 orang, dengan teknik pengambilan sampel Simpel random sampling. Instrument yang digunakan angket. Hasil uji statistik bivariat chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kepemimpinan (p = 0,000), imbalan (p = 0,005), supervisi (p = 0,000) dan pembinaan (p = 0,003). Rekomendasi bagi Direktur RSUD Pariaman untuk meningkatkan supervisi di setiap ruangan, kepemimpinan, imbalan dan pembinaan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan kepada perawat pelaksana.Kata kunci : Kinerja, dokumentasi, asuhan keperawatan