Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

PENINGKATAN KADAR BILIRUBIN TOTAL SERUM DAN KAITANNYA DENGAN DERAJAT KLINIS PASIEN COVID-19: Elevation of Total Bilirubin Serum and Its Correlation with Clinical State of Covid-19 Patient Rostini, Tiene; Kurnia Pramono, Laila; Tjandrawati, Anna; Harahap, Raja Iqbal Mulya
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 9 No. 2 (2022): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.579 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v9i2.697

Abstract

Latar belakang : Reseptor utama SARS-CoV-2, yaitu Angiotensin Converting Enzyme-2 (ACE-2) diekspresikan secara luas pada tubuh manusia. Derajat klinis infeksi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) bervariasi, dan diklasifikasikan menjadi asimtomatik, sakit ringan, sakit sedang, sakit berat, dan kritis. Peningkatan kadar bilirubin total serum sering dihubungkan dengan derajat klinis penyakit serta mortalitas COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kadar bilirubin total serum dan hubungannya dengan derajat klinis infeksi COVID-19 Metode : Desain penelitian adalah cross sectional dengan pengambilan data secara simple random sampling. Data yang dikumpulkan sebanyak 73 sampel yang berasal dari RSUP Dr. Hasan Sadikin dalam periode Mei–Desember 2020. Data bilirubin total dan derajat klinis infeksi COVID-19 dianalisis menggunakan Uji Mann-Whitney dan Uji Spearman untuk mendapatkan hubungan antara kedua variabel. Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan laki-laki lebih banyak dari perempuan, dengan dominasi subjek berusia 46–65 tahun, yaitu sebanyak 47,9% dari keseluruhan sampel. Median kadar bilirubin total serum pada infeksi COVID-19 derajat klinis berat-kritis lebih tinggi dibandingkan derajat klinis sedang (0,8 mg/dl vs 0,4 mg/dl), dengan koefisien r sebesar 0,463 (p<0,05). Simpulan : Peningkatan kadar bilirubin total serum berhubungan dengan derajat klinis infeksi COVID-19 di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan secara kohort prospektif yang mengukur kadar bilirubin total serum secara serial dan menilai outcome subjek penelitian.
Pemeriksaan Laboratorium pada Hemoglobin Terglikasi (HbA1C) : Review Standarisasi dan Implementasi Klinis Mulya Harahap, Raja Iqbal; Rostini, Tiene; Suraya, Nida
Action Research Literate Vol. 8 No. 6 (2024): Action Research Literate
Publisher : Ridwan Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/arl.v8i6.409

Abstract

Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Hemoglobin A1c (HbA1c) adalah derivat dari hemoglobin A (HbA), dengan penambahan glukosa pada rantai ß. Pada tahun 2010 ADA memasukkan HbA1c sebagai salah satu kriteria diagnosis diabetes. Jum Tujuan dari penelitian untuk mengevaluasi metode-metode standar yang digunakan dalam pengukuran HbA1C serta meninjau bagaimana hasil pengukuran tersebut diterapkan dalam praktik klinis. Metode pemeriksaan HbA1c cukup banyak namun yang telah terstandardisasi oleh NGSP dan saat ini banyak dipakai diantaranya yaitu metode immunoassay, ion-exchange HPLC (High Performance Liquid Chromatography), enzimatik, boronate affinity chromatography, dan capillary electrophoresis. Pemilihan metode sangat dipengaruhi oleh populasi pasien dan biaya. Metode yang dapat dipilih untuk populasi hemoglobinopati yaitu metode boronate affinity HPLC dan enzimatik. Pelaporan hasil HbA1c dalam persen sesuai dengan standar NGSP atau mmol/mol sesuai dengan standar IFCC yang keduanya dapat dikonversi satu sama lain dengan master of equation. Hasil pemeriksaan HbA1c dipengaruhi oleh berbagai faktor yang paling penting adalah Hb varian.Kesimpulan dari penelitian ini yaitu standardisasi metode pemeriksaan HbA1c oleh NGSP dan IFCC telah memastikan konsistensi hasil yang memungkinkan konversi nilai HbA1c antar sistem yang berbeda.
Pemeriksaan Laboratorium pada Resistansi Insulin Mulya Harahap, Raja Iqbal; Rostini, Tiene; Suraya, Nida
Action Research Literate Vol. 8 No. 12 (2024): Action Research Literate
Publisher : Ridwan Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/arl.v8i12.2569

Abstract

Resistansi insulin merupakan kondisi metabolik yang ditandai dengan gangguan respons tubuh terhadap insulin, yang berperan penting dalam metabolisme glukosa. Kondisi ini berkontribusi pada perkembangan berbagai gangguan kesehatan, seperti diabetes melitus tipe 2, hipertensi, dislipidemia, dan penyakit kardiovaskular. Studi ini mengevaluasi metode pemeriksaan laboratorium dalam mendeteksi resistansi insulin, mencakup metode langsung seperti Hyperinsulinemic Euglycemic Clamp (HIEC) dan metode tidak langsung seperti HOMA-IR, QUICKI, dan Indeks TyG. Metode langsung memberikan hasil yang sangat akurat, namun membutuhkan fasilitas dan prosedur yang kompleks, sedangkan metode tidak langsung menawarkan alternatif praktis dengan tingkat prediksi yang baik. Selain itu, indeks pengganti berbasis biomarker seperti adiponektin dan leptin terus dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi diagnosis. Studi ini menekankan pentingnya pemilihan metode yang tepat sesuai kebutuhan klinis atau penelitian untuk deteksi resistansi insulin yang lebih efektif.