Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

BEBERAPA PERSPEKTIF SOSIOLOGI SASTRA: DARI STRUKTURALISME GENETIK KE RESEPSI SASTRA Jupriono, D.; Ibnu Rochim, Achluddin; Ismail, Hasan
TANDA Vol 3 No 01 (2023): SASTRA DAN BAHASA
Publisher : COMMUNITY OF RESEARCH LABORATORY SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di bawah sosiologi sastra, antar-perspektif teoretis menunjukkan kekhasan pandangan masing-masing. Strukturalisme genetik memandang bahwa karya sastra memiliki struktur tertentu dan lahir dari proses historis tertentu. Kajian sastra dan politik menegaskan bahwa sastrawan dan karyanya hendaknya terlibat aktif dalam seluruh proses politik dan pembangunan masyarakatnya. Teori hegemoni sastra menegaskan perlunya pembongkaran substansi karya sastra sebagai siasat penguasa dalam mencari legitimasi dan dukungan politis dari rakyat. Kritik sastra feminis mengupayakan pembacaan karya sastra dari perspektif pembaca sebagai perempuan untuk membongkar dominasi patriarki. Teori estetika resepsi sastra mengemukakan bahwa perubahan tafsir suatu karya antarperiode dan antarpembaca terjadi karena perbedaan horizon pembaca dan tempat terbuka bagi setiap karya sastra.
PELESETAN AKRONIM SEBAGAI STRATEGI KRITIK SOSIAL DAN RESISTENSI VERBAL Jupriono, D.; Ibnu Rochim, Achluddin; Hakim, Lukman
TANDA Vol 3 No 02 (2023): SASTRA DAN BAHASA
Publisher : COMMUNITY OF RESEARCH LABORATORY SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69957/tanda.v3i02.970

Abstract

Menghadapi rezim otoriter Orde Baru dan rezim liberal Reformasi, mahasiswa sebagai pihak oposan yang "kreatif" tidak kurang akal. Ia pun mendayagunakan potensi energi bahasa untuk melancarkan kritik social dan resistensi verbal. Kajian ini mengangkat strategi kritik sosial dan resistensi verbal kebahasaan mahasiswa terwujud dalam akronim-singkatan pelesetan melalui perspektif sosiolinguistik kritis. Teknik rekayasa akronim-singkatan bernuansa politis meliputi dua hal penjungkirbalikan dekonstruksi semantis, yaitu menggunakan kata-akronim-singkatan nonpolitis untuk maksud politis dan menggunakan kata–akronim–singkatan politis untuk maksud nonpolitis. Bentuk akronim-singkatan pelesetan berfungsi melakukan identifikasi kelompok, membuat representasi keadaan sosial, melancarkan kritik, peringatan, dan perlawanan, serta meledek kebijakan penguasa. Objek yang dituju bentuk pelesetan adalah para presiden, DPR, MPR, hakim, jaksa, militer, polisi, partai politik, keluarga Cendana, dan pejabat umum.
PRINSIP KOOPERATIF, KESANTUNAN, DAN PARAMATER PRAGMATIK DALAM WACANA HUMOR GUS DUR Jupriono, D.
TANDA Vol 3 No 02 (2023): SASTRA DAN BAHASA
Publisher : COMMUNITY OF RESEARCH LABORATORY SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69957/tanda.v3i02.971

Abstract

This research discusses the verbal humour of Gus Dur from the perspective of speech acts (cooperative principle, politeness principle and pragmatic parameter). With qualitative approach and constructivistic paradigm, this study applies the strategy of text ethnography. By referential identity method and documentation, selection, classification and explanation technique, finally it is known that in the verbal humour of Gus Dur, there are always deviations on the cooperative principle (maxim of quantity, quality, relevance and manner), the polite­ness principle (tact, generosity, approbation, modesty, agree­ment, and sympathy maxim), and pragmatic parameter (distance, power, and rank rating).
EDUKASI KOMUNIKASI PUBLIK PERANGKAT DESA KEPADA WARGA DESA CAMPUR, KEC. GONDANG, KAB. NGANJUK Wahyono, Danu; Jupriono, D.; Andayani, Ambar
ABDIMAS Vol 4 No 02 (2024): PENDIDIKAN MASYARAKAT
Publisher : COMMUNITY OF RESEARCH LABORATORY SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69957/abdimass.v4i02.947

Abstract

Kegiatan pemberian edukasi tentang komunikasi publik kepada aparat pemerintahan Desa Campur, Kecamatan Gondang, Kabupaten Nganjuk, dapat berjalan efektif. Pelaksanaan komunikasi publik oleh kaur pemerintahan desa kepada tokoh-tokoh informal berorientasi pada tujuan akhirnya, yakni mengubah perilaku tokoh informal dalam hal menjaga kebersihan, kesehatan, dan kelestarian lingkungan. Karena yang dihadapi adalah tokoh informal, yang memiliki wibawa dan pengaruh sosial, aparat pemerintah desa harus menjaga muka dan harga diri tokoh tersebut, agar tetap terjaga hubungan baik dalam interaksi sosial selanjutnya, dan juga demi pengaruh positifnya kepada warga pada umumnya. Seiring dengan tuntutan perkembangan teknologi komunikasi, Kaur pemerintahan hendaknya memanfaatkan media social android platform WhatsApp (WA) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan komunikasi publik kepada warga.
PERUBAHAN SOSIAL AKIBAT MEDIA SOSIAL: Studi Kasus Penggunaan WhatsApp Web di Untag Surabaya Jupriono, D.; Andayani, Ambar; Sigit Pramono, Bambang
RELASI Vol 4 No 01 (2024): ILMU KOMUNIKASI
Publisher : COMMUNITY OF RESEARCH LABORATORY SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69957/relasi.v4i01.1400

Abstract

Perubahan sosial adalah sesuatu yang alami, pasti terjadi, tidak mungkin dihindari. Tugas manusia dalam menghadapinya adalah memaksimalkan sisi-sisi positif dan meminimalkan sisi-sisi negatifnya. Pro-kontra atas media sosial adalah biasa, dengan alasan keberatan dan dukungan masing-masing. Penelitian ini berpendekatan kualitatif dan berjenis eksploratif. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara dan observasi. Wawancara tidak terstruktur ditujukan kepada dosen dan mahasiswa Untag Surabaya. Selanjutnya, data dianalisis dengan: membaca keseluruhan data; membuat kategorisasi; mendalami bagian-bagian; menemukan pola, persepsi, dan makna dari data. Akhirnya penelitian ini menemukan beberapa fenomena perubahan sosial akibat media sosial perlu dicermati: lahirnya “genarasi perunduk”, “medsos junkies” & hilangnya “keintiman sosial”, media pendongkrak eksistensi dan komodifikasi waktu luang, serta “turn back hoax”.