Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Problems of Horizontal and Vertical Political Accountability of Elected Officials in Indonesia Said, Muhtar; Minan, Ahasanul; Huda, Muhammad Nurul
JILS (Journal of Indonesian Legal Studies) Vol 6 No 1 (2021): Human Rights Issue in Various Context: National and Global Perspective
Publisher : Faculty of Law, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jils.v6i1.43403

Abstract

The accountability system for elected officials in Indonesia is inherently linked with the electoral system that is applied to unravel the problem in the context of a symmetrical system of people's sovereignty. This article analyzes the dynamics of the current regulations on the accountability system of elected officials. However, this article would only focus on the accountability system for regional leaders (governor, mayor and regent), regional legislators (DPRD) and the senatorial regional delegates (DPD) in Indonesia and the participation of constituencies in proposing a recall system. The purpose of this research is to construct an accountability mechanism for regional heads, DPRD and DPD to their constituents that are appropriate and in line with the electoral system applied in Indonesia. This research is expected to be a material for consideration for policy makers and the Indonesian people in general in designing an accountability system for elected officials that is appropriate and in line with the applied electoral system. To do such, this article is based on a descriptive study. Keywords: accountability, horizontal and vertical politics, direct democracy, elected officials, recall, Indonesian election
Problems of Horizontal and Vertical Political Accountability of Elected Officials in Indonesia Said, Muhtar; Minan, Ahasanul; Huda, Muhammad Nurul
JILS (Journal of Indonesian Legal Studies) Vol 6 No 1 (2021): Human Rights Issue in Various Context: National and Global Perspective
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jils.v6i1.43403

Abstract

The accountability system for elected officials in Indonesia is inherently linked with the electoral system that is applied to unravel the problem in the context of a symmetrical system of people's sovereignty. This article analyzes the dynamics of the current regulations on the accountability system of elected officials. However, this article would only focus on the accountability system for regional leaders (governor, mayor and regent), regional legislators (DPRD) and the senatorial regional delegates (DPD) in Indonesia and the participation of constituencies in proposing a recall system. The purpose of this research is to construct an accountability mechanism for regional heads, DPRD and DPD to their constituents that are appropriate and in line with the electoral system applied in Indonesia. This research is expected to be a material for consideration for policy makers and the Indonesian people in general in designing an accountability system for elected officials that is appropriate and in line with the applied electoral system. To do such, this article is based on a descriptive study. Keywords: accountability, horizontal and vertical politics, direct democracy, elected officials, recall, Indonesian election
Tantangan pembangunan daerah perbatasan 3t dilihat dari implementasi kebijakan Nurliani, Nurliani; Minan, Ahsanul; Said, Muhtar
AL WASATH Jurnal Ilmu Hukum Vol. 5 No. 2 (2024): Law and Public Policy
Publisher : Prodi Ilmu Hukum Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47776/alwasath.v5i2.1513

Abstract

Wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara, menghadapi tantangan dalam melaksanakan kebijakan pembangunan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014. Meskipun mempunyai peran strategis dalam menjaga kedaulatan nasional, kesenjangan dalam implementasinya terlihat jelas dalam bidang ketahanan pangan, kesehatan, dan perekonomian. Kajian ini mengidentifikasi kesenjangan antara regulasi (das sollen) dan kenyataan (das sein) di Sebatik Utara. Dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris, data dikumpulkan melalui wawancara dengan partisipan lokal. Temuan menunjukkan bahwa kebijakan pembangunan perbatasan belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan Sebatik Utara, khususnya di bidang infrastruktur dan kesejahteraan ekonomi. Penelitian ini menawarkan perspektif baru dengan berfokus pada dimensi sosial dan ekonomi. Kesimpulannya merekomendasikan perbaikan kebijakan agar peraturan lebih selaras dengan implementasinya, dengan fokus yang lebih kuat pada pemberdayaan ekonomi lokal, kesehatan, dan ketahanan pangan.
Pemberdayaan Pemangku Kebijakan dalam Penegakan Disiplin Kedokteran melalui FGD di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia Said, Muhtar; Muaziz, Muhammad Hasan; Herlambang, Unu Putra; Wardana, Muhammad Ramadhan Giri
Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol 5 No 1 (2025): JPMI - February 2025
Publisher : CV Infinite Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52436/1.jpmi.3377

Abstract

Permasalahan dalam penegakan disiplin dokter di Indonesia sering kali menimbulkan ketidakpastian hukum, terutama dalam aspek transparansi dan hak pendampingan hukum bagi dokter. Untuk mengatasi isu ini, Program Studi Ilmu Hukum UNUSIA mengadakan Focus Group Discussion (FGD) di Jakarta yang melibatkan akademisi, praktisi hukum, dan perwakilan pemangku kepentingan. Tujuan kegiatan ini adalah merumuskan rekomendasi kebijakan yang dapat meningkatkan keadilan dalam proses disipliner dokter. Kegiatan FGD dilaksanakan pada 23 Januari 2025 di Kampus UNUSIA Jakarta dengan melibatkan berbagai institusi terkait. Hasil diskusi menunjukkan perlunya revisi regulasi dan penguatan advokasi hukum bagi dokter. Rekomendasi yang dihasilkan telah disampaikan kepada Komnas HAM, Kementerian Kesehatan, dan Ikatan Dokter Indonesia untuk ditindaklanjuti dalam kebijakan nasional. Dampak dari kegiatan ini adalah meningkatnya kesadaran pemangku kebijakan mengenai pentingnya reformasi dalam mekanisme penegakan disiplin dokter
KAJIAN AWAL KEDUDUKAN OMNIBUS LAW DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA DR, Muhammad Rusydi; Said, Muhtar
Jurnal De Lege Ferenda Trisakti Volume 2, Nomor 1, Maret 2024
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/ferenda.v2i1.18933

Abstract

As a state of law, Indonesia, which adheres to the Civil Law system, actually makes omnibus law which is a legal system of Common Law. The omnibus law is considered to be the answer to the overlapping of all existing laws and regulations in Indonesia. Omnibus Law if it is associated with the Legal System in Indonesia is contrary to the system that has been applied in Indonesia. There are 7 factions that agree and 2 factions that reject the discussion of the Omnibus Law Bill. In the process, Article 5 of Law No. 12 of 2011 and Law No. 15 of 2019 contains the principle of the formation of legislation, one of the problems in the formation of the Omnibus Law Bill is the principle of openness. This is because there are various indications, including the exclusion of groups related to or having an impact on this Omnibus Law Bill. There was also a member of the DPR who was supposed to be one of the working committees (Panja) to discuss the Omnibus Law Bill which was not involved because there was no notification. There is also a difference in the number of pages in the Omnibus Law Bill. In the regulations, referring to Law Number 12 of 2011 and Law Number 15 of 2019 concerning changes to the Formation of Laws, there are no clear norms and explanations regarding the Omnibus law process both in forming laws and revising laws. The absence of a legal basis for the formation of this omnibus law rules out the legitimacy of a law. Thus the position of Omnibus Law in Indonesia is not in accordance with the existing legal system in Indonesia, especially related to the Indonesian legal system (Civil Law) and Law Number 12 of 2011 and Law Number 15 of 2019 concerning Amendments to Law Number 12 of 2011 concerning the Establishment of Legislation.
DASUN REMBANG: TENGGELAM DAN BANGKIT Said, Muhtar
AL WASATH Jurnal Ilmu Hukum Vol 2 No 1 (2021): Pandemic, Human Right and Public Policy
Publisher : Prodi Ilmu Hukum Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47776/alwasath.v2i1.176

Abstract

Desa Dasun merupakan desa yang mempunyai sejarah Panjang karena merupakan pintu masuk Kota Lasem, Rembang dari wilayah pesisir utara. Meskipun pernah meraih kejayaan karena menjadi pusat perekonomian pada zaman dahulu kemudian tenggelam oleh zaman. Namun seiring waktu Desa Dasun mulai menuju kebangkitan. Kata Kunci : Dasun, Lasem, Rembang
Tatanegara Madjapahit Said, Muhtar
AL WASATH Jurnal Ilmu Hukum Vol 4 No 1 (2023): Pemilihan Umum dan Hukum Siber
Publisher : Prodi Ilmu Hukum Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47776/alwasath.v4i1.668

Abstract

Dalam pengetahuan hukum hidup (Wyaharacastra) membagi aparat penegak hukum menjadi beberapa nama, yakni Hakim yang dikenal dengan “Adhyaksa”, sedangkan Juris (ahli) ilmu hukum hindu dimaknai sebagai Pragwiwaka. Sedangkan hukum yang ada dan diterapkan disebut dengan Decadrasta yakni kebiasaaan dalam suatu daerah. Penamaan pemanam ini merupakan penamaa dalam struktur hukum yang ada di kerajaan Majapahit pada waktu itu. Menariknya dalam sistem hukum yang diberlakukan di Kerajaan Majapahit atau kerajaan sebelumnya seperti Sriwijaya, sumpah menjadi hukum tertinggi dalam rantai penerapan hukum di Kerajaan Majapahit. Dalam hal ini, Yamin menuliskan mengenai kesaktian sumpah kesetiaan menjadi kunci utama dalam ketertiban bermasyarakat dan bernegara dalam kerajaan – kerajaan pada masa lampau. Sumpah kesetiaan kepada kerajaan menjadi tumpuan utama bahkan dicantumkan dalam sebuah prasasti kerajaan tersebut.
Bestuursdwang Sebagai Upaya Pencegahan Preventif Pelanggaran Kode Etik Bagi Penyelenggara Pemilu Said, Muhtar
AL WASATH Jurnal Ilmu Hukum Vol 4 No 2 (2023): Pemilu dan Konstitusi
Publisher : Prodi Ilmu Hukum Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47776/alwasath.v4i2.767

Abstract

Bestuurdwang merupakan tindakan reparatoir yang bisa dijadikan alat untuk mencegah adanya pelanggaran professional dalam penyelenggaraan pemilu. Profesional dalam menjalan tugas dan fungsi sebagai penyelanggara pemilu adalah menaati asas yang sudah ditentukan. Tujuan penulisan ini untuk untuk memberikan gambaran terkait pentingnya tindakan reparatoir dalam mencegah adanya kesalahan dalam pembuatan kebijakan. Sedangkan metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini menggunakan metode normatif, dimana sumber preimernya adalah undang-undang dan sumber skundernya adalah kepustakaan. Salah satu pelanggaran kode etik yakni penyelenggaran pemilu tidak melaksanakan tugas dan fungsi secara profesional. Artikel ini akan menganalisis penerapan bestuursdwang terhadap penyelenggara pemilu tingkat daerah sebagai upaya pencegahan pelanggaran etik. Ada problem yuridis dalam mekanisme seperti ini. Meskipun demikian penyelenggara pemilu tingkat pusat mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan dan kontrol terhadap penyelenggara pemilu tingkat daerah supaya tidak melakukan pelanngaran kode etik
Tantangan pembangunan daerah perbatasan 3t dilihat dari implementasi kebijakan Nurliani, Nurliani; Minan, Ahsanul; Said, Muhtar
AL WASATH Jurnal Ilmu Hukum Vol 5 No 2 (2024): AL WASATH Jurnal Ilmu Hukum
Publisher : Prodi Ilmu Hukum Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47776/alwasath.v5i2.1513

Abstract

Wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara, menghadapi tantangan dalam melaksanakan kebijakan pembangunan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014. Meskipun mempunyai peran strategis dalam menjaga kedaulatan nasional, kesenjangan dalam implementasinya terlihat jelas dalam bidang ketahanan pangan, kesehatan, dan perekonomian. Kajian ini mengidentifikasi kesenjangan antara regulasi (das sollen) dan kenyataan (das sein) di Sebatik Utara. Dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris, data dikumpulkan melalui wawancara dengan partisipan lokal. Temuan menunjukkan bahwa kebijakan pembangunan perbatasan belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan Sebatik Utara, khususnya di bidang infrastruktur dan kesejahteraan ekonomi. Penelitian ini menawarkan perspektif baru dengan berfokus pada dimensi sosial dan ekonomi. Kesimpulannya merekomendasikan perbaikan kebijakan agar peraturan lebih selaras dengan implementasinya, dengan fokus yang lebih kuat pada pemberdayaan ekonomi lokal, kesehatan, dan ketahanan pangan.
Peningkatan Sumber Pendapatan Desa Pamegarsari Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Said, Muhtar; Minan, Ahsanul; Nugraha, Sigit Nurhadi; Lutfa, Asna; Ardiansyah, Alfan Rizki
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 6 No. 1 (2025): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Edisi Januari - Maret
Publisher : Lembaga Dongan Dosen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55338/jpkmn.v6i2.5648

Abstract

Desa Pamegarsari merupakan desa yang berada di Kecamatan Parung Kabupaten Bogor mempunyai banyak asset yang bisa dimanfaatkan guna peningkatan pendapatan Desa. Namun potensi tersebut belum dikelola secara maksimal oleh karena itu Tim Pengabdian Masyarakat Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia tertarik untuk membantu memembuatkan peta dan strategi pengembangan aset-aset di Desa tersebut. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari 2025 bertempat di Kantor Kepala Desa Pamegarsari. Hasil pendampingan tersebut bermasil memtakan dan membuat strategi terkait dengan pengembangan potensi pendapat desa tersebut dengan cara memaksimalkan keberadaan Setu Lebakwangi, Outbond Sapadia dan Taman Herbal Lebak Wangi.