Perundungan maya merupakan tindakan menyakiti atau mempermalukan seseorang secara berulang melalui media elektronik dan sosial. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran empiris mengenai karakteristik siswa serta bentuk-bentuk perundungan maya seperti flaming, impersonation, harassment, denigration, outing and trickery, exclusion, dan cyberstalking di SMPN 2 Pasar Kemis selama pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan studi dokumentasi, dengan uji validitas menggunakan face validity. Hasil analisis terhadap 55 siswa menunjukkan bahwa tingkat perundungan maya tergolong rendah, dengan skor aktual 7.907 dari skor ideal 11.550. Bentuk yang paling dominan adalah exclusion, flaming, dan harassment. Temuan ini mencerminkan kurangnya internalisasi nilai moral seperti empati, rasa hormat, dan tanggung jawab sosial di kalangan siswa. Sebagai solusi, peneliti mengusulkan Program Bersama Tolak Perundungan Maya Siswa (BERTOMAS) dengan pendekatan Social Groupwork yang mengintegrasikan teknik Logical Discussion, Reflection, serta Reward and Punishment untuk menanamkan kembali nilai-nilai moral dalam interaksi digital siswa.