Kulit pisang merupakan limbah melimpah yang belum dimanfaatkan secara optimal, meskipun masih mengandung nutrisi yang berpotensi digunakan sebagai bahan pakan unggas. Namun, kulit pisang tidak dapat diberikan secara langsung karena memiliki faktor penghambat kecernaan yang tinggi dan kadar protein yang rendah. Oleh sebab itu, diperlukan teknologi pengolahan, baik fisik, kimia, maupun biologis, untuk meningkatkan kualitasnya sebagai pakan. Penelitian ini bertujuan menilai potensi kulit pisang sebagai bahan pakan unggas dan memberikan referensi pemanfaatannya. Hasil review menunjukkan bahwa kulit pisang dapat digunakan sebagai bahan pakan, baik dalam bentuk tepung maupun tepung fermentasi, tetapi penggunaannya menjadi tidak optimal pada level tinggi. Peningkatan level penambahan tepung kulit pisang maupun tepung kulit pisang fermentasi cenderung menurunkan konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan unggas. Konversi ransum terbaik pada ayam broiler dan ayam kampung ditemukan pada penambahan 5% tepung kulit pisang fermentasi, masing-masing sebesar 1,72 ± 0,15 dan 3,65. Pada ayam petelur, konversi ransum optimal dicapai pada level 15% tepung kulit pisang (1,98 ± 0,2). Bobot badan ayam broiler meningkat hingga 1729,84 g pada level 7,5% tepung kulit pisang fermentasi, sedangkan bobot badan itik mencapai 1076,09 g dengan penambahan 7% tepung kulit pisang. Pada ayam petelur, level 8% dapat menghasilkan produksi telur hingga 94,01 ± 1,42%. Secara keseluruhan, kulit pisang dapat digunakan dalam pakan unggas hingga level maksimal 15%. Meski demikian, diperlukan penelitian lanjutan untuk menentukan metode pengolahan terbaik, level penggunaan yang aman dan efisien, serta pengaruh jangka panjang terhadap performa unggas. Kata kunci: fermentasi, performa, tepung kulit pisang, unggas