Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

The effectiveness of cassava leaf meal (Manihot esculenta Crantz) in feed with enzymes supplementation on Broiler digestive organs Ririn Angriani; Widya Hermana; Muhammad Ridla
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan (Indonesian Journal of Animal Science) Vol. 32 No. 2 (2022): August 2022
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jiip.2022.032.02.12

Abstract

This research aimed to evaluate the effect of cassava leaf meal with enzyme supplementation in feed on the digestive organs of the broiler. The research used a completely randomized factorial design on 48 Cobb-strain broilers distributed into two observation factors and four replications (consisting of 2 samples). The observation factor is factor 1 is the addition of cassava leaf meal (0%; 1.5%; and 3.0%), and the second factor is the addition of non-starch polysaccharides and protease enzymes with each dose of 250 g/ton feed (with and without enzymes). The variables analyzed were the relative weight of the digestive organs, the relative weight of the parts of the small intestine, and the relative length of the parts of the small intestine. The data obtained were analyzed by analysis of variance (ANOVA), and if the results indicated significantly different, then the posthoc test was conducted. The results showed that the addition of cassava leaf meal could increase the relative weight of the gizzard significantly (p<0.05). The addition of enzymes can significantly decrease the relative weight of the gizzard, small intestine, pancreas, ileum, and the relative length of the duodenum and ileum (p<0.05). The use of cassava leaf meal in the feed up to 3.0% does not interfere with digestive organs. There was no interaction between cassava leaf meal and enzymes on size response of digestibility broiler organ. The addition of enzymes can offset the detrimental effects caused by the use of cassava leaf meals in feed.
Impact of Cassava Leaf Meal as a Rice Bran Substitute and Enzyme Supplementation on Lymphoid Organ Weight and Digestibility in Broiler Chickens Muhammad Ridla; Ririn Angriani; Widya Hermana
Buletin Peternakan Vol 47, No 3 (2023): BULETIN PETERNAKAN VOL. 47 (3) AUGUST 2023
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v47i3.83316

Abstract

Cassava leaves are a potential alternative feed ingredient due to their high levels of crude protein and energy. However, their utilization in poultry feed is constrained by factors such as cyanic acid, fiber content, and nutrient digestibility. This study aimed to investigate the impact of including cassava leaf meal (CLM) as a rice bran substitute and enzyme supplementation on lymphoid organ development and metabolizable energy parameters in broiler chickens. A 2x3 completely randomized factorial design was conducted using 48 Cobb-strain broilers unsexing at 35 days old. The treatments included different levels of CLM and enzyme (NSP and protease) supplementation at a dose of 250 g/ton of feed. The treatments consisted of R0E0: 0% CLM without enzyme, R0E1: 0% CLM with enzyme, R1E0: 1.5% CLM without enzyme, R1E1: 1.5% CLM with enzyme, R2E0: 3% CLM without enzyme, and R2E1: 3% CLM with enzyme. The variables assessed were lymphoid organ development (thymus, bursa Fabricius, and spleen) and metabolizable energy parameters (Apparent Metabolizable Energy (AME), True Metabolizable Energy (TME), Apparent Metabolizable Energy Corrected to Nitrogen (AMEn), and True Metabolizable Energy Corrected to Nitrogen (TMEn)). The data were subjected to analysis of variance (ANOVA) with post-hoc tests conducted for significant differences. Results indicated no interaction between CLM and enzymes in lymphoid organ development and energy metabolizable. The inclusion of CLM led to a reduction in AME and TME (p<0.05). However, enzyme supplementation significantly increased the relative weight of lymphoid organs (thymus, bursa Fabricius, spleen) and metabolizable energy parameters (AME, TME, AMEn, and TMEn) (p<0.05). Importantly, the inclusion of CLM up to a level of 3.0% did not negatively impact the health of broiler chickens. Furthermore, the addition of enzymes effectively mitigated the negative effects associated with CLM inclusion in the feed, suggesting their potential as a strategy to improve feed utilization in broiler production systems.
REVIEW : PEMANFAATAN TEPUNG DAUN SINGKONG PADA PAKAN UNGGAS Ririn Angriani
Jurnal Peternakan Borneo Vol. 3 No. 2 (2024): Jurnal Peternakan Borneo
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Politeknik Negeri Tanah Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34128/jpb.v3i2.35

Abstract

Review artikel ini bertujuan untuk mengetahui manfaat penggunaan tepung daun singkong pada pakan unggas terhadap performa dan kecernaan. Tepung daun singkong memiliki kandungan protein 23,78%, serat kasar 21,52%, energi metabolis 1.800 kkal/kg, kalsium 1,24%, dan fosfor 0,6%, sehingga tepung daun singkong bisa digunakan sebagai alternatif bahan pakan lainnya. Namun, ada beberapa faktor pembatas dalam pemanfaatan tepung daun singkong pada pakan unggas yaitu serat kasar yang tinggi, kandungan antinutrisi, dan kecernaan yang rendah. Pengolahan pakan menjadi salah satu solusi untuk mengatasi faktor pembatas tersebut seperti fermentasi, suplementasi enzim. Pemberian tepung daun singkong pada pakan unggas masih aman sampai level 20%, tetapi pemberian tepung daun singkong tanpa pengolahan dapat menurunkan performa ayam seiring dengan kenaikan level pemberian. Tepung daun singkong dengan tambahan enzim dapat meningkatkan kecernaan nutrien dan pemberian tepung daun singkong fermentasi dengan level 3% memberikan hasil terbaik pada organ pencernaan. Pemberian fermentasi tepung daun singkong fermentasi sebanyak 10% berpengaruh nyata terhadap konsumsi dan konversi pakan pada ayam joper. Selain itu, penambahan tepung daun singkong fermentasi juga mampu menurunkan lemak abdomen. Pemberian fermentasi tepung daun singkong pada ayam broiler fase grower pemberian efektif pada level 50g/kg, sedangkan fase finisher dapat mencapai level 150 g/kg.
PENGARUH TEPUNG DAUN SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) DENGAN SUPLEMENTASI ENZIM DALAM RANSUM TERHADAP ORGAN DALAM AYAM BROILER: Effect of Cassava Leaf Meal (Manihot esculenta Crantz) with Enzyme Supplementation in Ration on Broiler Internal Organs Angriani, Ririn; Hermana, Widya; Ridla, Muhammad
Wahana Peternakan Vol. 9 No. 1 (2025): Wahana Peternakan
Publisher : Faculty of Animal Science, University of Tulang Bawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37090/jwputb.v9i1.1888

Abstract

Daun singkong merupakan pakan alternatif yang potensial karena daun singkong memiliki kandungan protein kasar dan energi yang tinggi, namun pemanfaatannya dalam pakan unggas dibatasi oleh faktor pembatas seperti asam sianida, kandungan serat tinggi, dan daya cerna nutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ransum yang mengandung tepung daun singkong dengan suplementasi enzim terhadap organ dalam ayam broiler. Penelitian ini menggunakan 48 ekor ayam pedaging strain Cobb dengan rancangan acak lengkap faktorial yang terbagi dalam dua faktor pengamatan dan empat kali ulangan. Perlakuan yang digunakan meliputi taraf penambahan tepung daun singkong yang berbeda-beda (0%; 1,5%; dan 3,0%), serta penambahan enzim NSP (non-starch polysaccharides) dan protease dengan dosis masing-masing 250 g/ton pakan (dengan dan tanpa enzim). Variabel yang dinilai adalah bobot relatif organ dalam (jantung, ginjal, kandung empedu, sekum, dan kolon) dan panjang relatif sekum dan kolon. Analisis data menggunakan analisis varians (ANOVA) dengan uji post-hoc yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara tepung daun singkong dan enzim terhadap organ dalam (P <0,05). Namun penggunaan tepung daun singkong dalam ransum hingga 3,0% tidak memberikan dampak negatif terhadap kesehatan ayam broiler. Penambahan enzim dapat mengimbangi dampak buruk yang ditimbulkan oleh penggunaan tepung daun singkong dalam ransum.   Kata kunci: Tepung Daun Singkong, Enzim, Pakan lokal, Broiler
Kegiatan Vaksinasi Lumpy Skin Disease (LSD) Dan Penyakit Mulut Dan Kuku (PMK) Di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung Angriani, Ririn; Hartono, Madi; Edy Santosa, Purnama; Siswanto; Lumbantoruan, Neny Santy Jelita
Jurnal Abimana (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Nasional) Vol 2 No 1 (2025): Mei
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Politeknik Negeri Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25181/abimana.v2i1.4023

Abstract

Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) adalah penyakit hewan yang dapat menimbulkan angka kematian dan/atau angka kesakitan yang tinggi pada hewan, dampak kerugian ekonomi, keresahan masyarakat, dan/atau bersifat zoonotik. Indonesia sebelumnya dinyatakan bebas Lumpy Skin Disease (LSD) dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Namun, pada awal bulan Februari 2022 LSD dilaporkan muncul pertama kali di Indonesia, sedangkan PMK mulai mewabah pada buan April 2022. Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang memiliki populasi ternak yang banyak. Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan kesadaran dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai LSD dan PMK serta sebagai upaya memberikan tindakan pencegahan terhadap penyakit LSD dan PMK. Kegiatan vaksinasi LSD dan PMK di Kabupaten Lampung Selatan meliputi sosialisasi dan vaksinasi. Sosialisasi berisikan pemaparan materi serta diskusi. Materi yang disampaikan yaitu pengenalan serta tindakan pencegahan LSD dan PMK. Selain itu, juga dilakukan penjelasan mengenai teknis yang akan dilakukaan saat vaksinasi. Vaksinasi yang dilakukan adalah LSD pada ternak sapi dan kerbau serta vaksin PMK pada ternak sapi, kerbau, kambing, dan domba. Selain vaksinasi, juga dilakukan pemberian vitamin untuk hewan pasca vaskinasi serta obat cacing untuk hewan yang tidak divaksin. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat berjalan dengan lancar dan peserta antusias dalam sesi diskusi. Pengabdian masyarakat ini memberikan peningkatan pemahaman dan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan ternak. Kegiatan vaksinasi sudah dilakukan pada 10 desa yang ada di Kabupaten Lampung Selatan yaitu Siring Jaha, Suak, Budidaya, Banjar Suri, Talang Baru, Campang Tiga, Sukabanjar, Kota Dalam, Seloretno, dan Sukamaju. Sebanyak 297 ekor sudah divaksinasi PMK dan vaksinasi LSD sebanyak 261 ekor.
Review : Pengolahan Limbah Singkong sebagai Bahan Pakan Ayam Broiler Ririn Angriani
Jurnal Peternakan Borneo Vol. 4 No. 1 (2025): Jurnal Peternakan Borneo
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Politeknik Negeri Tanah Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34128/jpb.v4i1.45

Abstract

Review ini bertujuan untuk mengevaluasi pengolahan limbah singkong sebagai bahan pakan ayam broiler yang selanjutnya dapat dijadikan acuan dalam penggunaan limbah singkong pada pakan ayam broiler. Pengolahan limbah merupakan salah satu solusi dalam mengurangi pencemaran lingkungan, serta dapat mengatasi dalam penyediaan bahan pakan ternak. Limbah singkong seperti kulit dan daun yang umum digunakan pada pakan ternak unggas. Kulit singkong bermanfaat sebagai sumber energi, dengan kandungan Total Digestible Nutrient (TDN) yaitu 79,8%, sedangkan daun singkong dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein karena kandungan protein kasar daun singkong mencapai 19,82%. Kulit singkong terfermentasi sampai level 20% mampu meningkatkan nilai nutrisi serta mengefisiensikan penggunaan ransum dan income over feed cost ayam broiler. Selain itu, kulit singkong terfermentasi juga mampu meningkatkan kecernaan protein dan retensi nitrogen, meskipun kulit singkong belum mampu meningkatkan bobot relatif organ pencernaan ayam broiler. Selanjutnya, pada daun singkong terfermentasi juga mampu meningkatkan kecernaan, meskipun dalam penambahan daun singkong terjadi penurunan performa seiring dengan meningkatnya level. Namun, daun singkong sampai level 20% tidak beracun digunakan. Selain itu, penggunaan enzim juga dapat mengimbangi dampak buruk yang disebabkan oleh penggunaan daun singkong pada pakan. Daun singkong dengan enzim sampai level 3% tidak mengganggu organ pencernaan.
REVIEW: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KULIT PISANG DALAM RANSUM RUMINANSIA TERHADAP NILAI KECERNAAN: Review: Effectiveness of Banana Peel Inclusion in Ruminant Diets on Nutrient Digestibility Anggi Derma Tungga Dewi; Ririn Angriani; Lusia Komala Widiastuti
Wahana Peternakan Vol. 9 No. 2 (2025): Wahana Peternakan
Publisher : Faculty of Animal Science, University of Tulang Bawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37090/jwputb.v9i2.2666

Abstract

Kulit pisang merupakan salah satu limbah agroindustri yang potensial digunakan sebagai bahan pakan alternatif bagi ternak ruminansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunaan kulit pisang dalam berbagai bentuk dan proporsi terhadap nilai kecernaan bahan kering (KCBK), bahan organik (KCBO), protein kasar (KCPK), lemak kasar (KCLK), dan serat kasar (KCSK) pada ternak ruminansia. Hasil review menunjukkan bahwa penggunaan kulit pisang dalam bentuk terfermentasi secara umum meningkatkan nilai kecernaan dibandingkan kulit pisang segar atau kering. Nilai KCBK tertinggi tercatat pada perlakuan kulit pisang fermentasi dengan konsentrat dan hijauan (74,58%), sedangkan nilai KCBO tertinggi diperoleh dari kombinasi kulit pisang dan buah kakao yang difermentasi menggunakan mikroba starbio (80,65%). KCPK juga mengalami peningkatan signifikan hingga lebih dari 65% bila kulit pisang dikombinasikan dengan bahan berprotein tinggi dan difermentasi, dibandingkan dengan kulit pisang segar yang hanya mencapai 12%. KCLK meningkat pada perlakuan fermentasi, sedangkan KCSK cenderung menurun jika kulit pisang diberikan dalam jumlah besar tanpa perlakuan pendahuluan. Dibandingkan dengan referensi jurnal asli, penggunaan kulit pisang secara optimal dapat memberikan kontribusi positif terhadap efisiensi pakan, asalkan pengolahan dan formulasi ransumnya dilakukan dengan tepat. Dengan demikian, kulit pisang memiliki prospek sebagai bahan pakan ruminansia yang ekonomis dan berkelanjutan jika dikelola melalui pendekatan teknologi pakan yang sesuai. Kata kunci: Kulit pisang, Ransum, Ruminansia, Kecernaan
Evaluasi Kualitas Fisik Ampas Tahu yang Difermentasi Menggunakan Effective Microorganism (EM4) dengan Level Berbeda: Evaluation of Physical Quality of Fermented Tofu Dregs Using Effective Microorganism (EM4) at Different Levels Angriani, Ririn; Dewi, Anggi Derma Tungga
Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo Vol. 7 No. 3 (2025): JIPHO (Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo)
Publisher : Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56625/jipho.v7i3.315

Abstract

Ampas tahu berasal dari hasil sampingan pengolahan tahu sebagai bahan pangan. Produk tahu menghasilkan ampas tahu sebanyak 25-35%. Meskipun kategori limbah, ampas tahu masih memiliki kandungan protein kasar yang tinggi yaitu mencapai 27,55%. Selain itu, ampas tahu memiliki biaya yang relatif murah, sehingga penggunaan ampas tahu mampu menekan biaya produksi pakan. Ampas tahu sudah banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Namun seiring dengan manfaat ampas tahu, penggunaan ampas tahu sebagai pakan ternak memiliki beberapa kendala seperti serat kasar yang tinggi dan adanya anti nutrisi, sehingga diperlukan adanya pengolahan untuk mengatasi kendala penggunaanya tersebut. Penelitian ampas tahu fermentasi bertujuan untuk menganalisis karakterisitik fisik ampas tahu yang difermentasi menggunakan Effective Microorganism (EM4), serta mengetahui level pemberian EM4 yang efektif digunakan pada proses fermentasi. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi bahan acuan dalam pemanfaatan ampas tahu. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap yang memiliki 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan pada penelitian ini terdiri atas P1: 0% EM4; P2: 5% EM4; P3: 10% EM4; P4: 15% EM4; dan P5: 20% EM4. Proses fermentasi dilakukan selama 5 hari. Selanjutnya dilakukan pengamatan kualitas fisik dengan uji organoleptik, suhu, dan pH. Variabel yang diamati yaitu warna, tekstur, aroma, kebersihan, homogenitas, suhu, dan pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan EM4 berpengaruh nyata terhadap pH, semakin tinggi penambahan EM4 maka semakin rendah nilai pH. Perubahan warna, tekstur, aroma, kebersihan, homogenitas, dan suhu tidak berpengaruh nyata pada penambahan EM4. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas ampas tahu dengan penambahan EM4 sama dengan ampas tahu segar. Secara keseluruhan hasil penelitian ampas tahu fermentasi memiliki kualitas yang baik dan level pemberian 10% EM4 pada ampas tahu memberikan hasil yang paling baik.
Evaluasi Kualitas Fisik Ampas Tahu yang Difermentasi Menggunakan Effective Microorganism (EM4) dengan Level Berbeda: Evaluation of Physical Quality of Fermented Tofu Dregs Using Effective Microorganism (EM4) at Different Levels Angriani, Ririn; Dewi, Anggi Derma Tungga
Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo Vol. 7 No. 3 (2025): JIPHO (Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo)
Publisher : Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56625/jipho.v7i3.315

Abstract

Ampas tahu berasal dari hasil sampingan pengolahan tahu sebagai bahan pangan. Produk tahu menghasilkan ampas tahu sebanyak 25-35%. Meskipun kategori limbah, ampas tahu masih memiliki kandungan protein kasar yang tinggi yaitu mencapai 27,55%. Selain itu, ampas tahu memiliki biaya yang relatif murah, sehingga penggunaan ampas tahu mampu menekan biaya produksi pakan. Ampas tahu sudah banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Namun seiring dengan manfaat ampas tahu, penggunaan ampas tahu sebagai pakan ternak memiliki beberapa kendala seperti serat kasar yang tinggi dan adanya anti nutrisi, sehingga diperlukan adanya pengolahan untuk mengatasi kendala penggunaanya tersebut. Penelitian ampas tahu fermentasi bertujuan untuk menganalisis karakterisitik fisik ampas tahu yang difermentasi menggunakan Effective Microorganism (EM4), serta mengetahui level pemberian EM4 yang efektif digunakan pada proses fermentasi. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi bahan acuan dalam pemanfaatan ampas tahu. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap yang memiliki 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan pada penelitian ini terdiri atas P1: 0% EM4; P2: 5% EM4; P3: 10% EM4; P4: 15% EM4; dan P5: 20% EM4. Proses fermentasi dilakukan selama 5 hari. Selanjutnya dilakukan pengamatan kualitas fisik dengan uji organoleptik, suhu, dan pH. Variabel yang diamati yaitu warna, tekstur, aroma, kebersihan, homogenitas, suhu, dan pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan EM4 berpengaruh nyata terhadap pH, semakin tinggi penambahan EM4 maka semakin rendah nilai pH. Perubahan warna, tekstur, aroma, kebersihan, homogenitas, dan suhu tidak berpengaruh nyata pada penambahan EM4. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas ampas tahu dengan penambahan EM4 sama dengan ampas tahu segar. Secara keseluruhan hasil penelitian ampas tahu fermentasi memiliki kualitas yang baik dan level pemberian 10% EM4 pada ampas tahu memberikan hasil yang paling baik.
Karakteristik Fisik dan Potensi Ampas Tahu sebagai Bahan Pakan Alternatif dari Sentra Produksi Tahu di Desa Gadingrejo Induk, Kabupaten Pringsewu anggi derma tungga dewi; Ririn Angriani
AVES: Jurnal Ilmu Peternakan Vol. 19 No. 1 (2025): Juni
Publisher : Universitas Islam Balitar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35457/jp.v19i1.4532

Abstract

This study aimed to evaluate the physical characteristics and pH of tofu pulp from various production sites in Gadingrejo Induk Village, Gadingrejo Sub-district, Pringsewu Regency, Lampung Province, as an alternative feed ingredient for livestock. A total of 14 tofu by-product samples were collected from local production units and analyzed using organoleptic methods for five physical parameters: color, aroma, texture, cleanliness, and homogeneity. In addition, pH measurements were conducted to assess the freshness and potential fermentation of the material. The results showed significant variation in quality among samples. Samples S3 and S10 exhibited the best characteristics, including bright color, neutral aroma, smooth texture, high cleanliness and homogeneity, and near-neutral pH values (7.03–7.40). In contrast, sample S4 had the lowest scores in most parameters, including a low pH (5.13), indicating spontaneous fermentation. There were clear correlations between pH and both aroma and cleanliness, as well as between texture and homogeneity. In conclusion, tofu by-products from production centers with good sanitation and proper processing have high potential to be utilized as safe and viable livestock feed ingredients.