Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Pencegahan Gelombang ke Tiga melalui Health Education Penguatan Disiplin Protokol Kesehatan COVID-19 Di Desa Margamukti Sumedang Utara Heri Ridwan; Iis Aisyah; Ayu Prameswari Kusuma Astuti; Delli Yuliana Rahmat; Hikmat Pramajati
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 7 No 2 (2022): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (539.675 KB) | DOI: 10.30653/002.202272.47

Abstract

PREVENTION OF THE THIRD WAVE THROUGH HEALTH EDUCATION STRENGTHENING DISCIPLINE OF COVID-19 HEALTH PROTOCOLS. The mortality rate due to the COVID-19 pandemic in the world has increased to 3,893,114 people and as many as 179,657,832 were confirmed positive on June 24, 2021. In West Java Indonesia, the mortality rate has reached 4,826. In The, North Sumedang recorded 14 people died out of 662 confirmed positive cases until June 23, 2021. Meanwhile, in October 2021 the number of confirmed COVID-19 began to decrease, but the people began to lack discipline in implementing health protocols, fearing a third wave of COVID-19 would occur in Indonesia. The purpose of this community service was to increase public knowledge, awareness and obedience to the importance of implementing health protocols during the COVID-19 pandemic. The methods of lectures, discussions, evaluations and the practiced of implementing health protocols to prevent the spread of COVID-19 were used. The results after this activity showed that the majority of participants have Very Good knowledge and skills to implemented COVID-19 health protocols. We hope that people who have received these activities can disseminate, remind their families and surrounding people to implement and actively participate in health promotion regarding the discipline of implementing the COVID-19 health protocol.
GO VACCINE COVID-19 SEBAGAI WUJUD KEPEDULIAN DALAM PENANGANAN KASUS COVID-19 DI DESA MARGAMUKTI, SUMEDANG Heri Ridwan; Iis Aisyah; Ayu Prameswari Kusuma Astuti; Maulana Maulana; Hikmat Pramajati
Jurnal Sinergitas PKM & CSR Vol 7, No 1 (2023): APRIL
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/jspc.v7i1.6187

Abstract

Seiring dengan masih belum tercapaian target 70% vaksinasi dosis ke 2 di Indonesia, sementara kasus baru varian Omicron telah masuk ke Indonesia, sehingga diperlukan program percepatan vaksinasi dosis ke 1, 2 dan booster (dosis ke 3). Tujuan dari program kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini merupakan upaya dalam peningkatan angka capaian sasaran vaksin covid-19 dalam usaha mencegah semakin tingginya prevalensi, menurunkan angka mortalitas dan morbiditas, serta mencegah dan mengantisipasi terjadinya gelombang lanjutan dari pandemik Covid-19. Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah home visit/door to door melakukan promosi kesehatan, diskusi dan pemberian vaksin dosis 1, 2 dan 3 bagi masyarakat yang belum dilakukan vaksinasi. Hasil yang didapatkan selama kurang lebih satu bulan dari kegiatan PkM berbasis kepakaran bidang ilmu ini adalah adanya peningkatan capaian sebesar 0,85% vaksin dosis 1, sebesar 2,31% dosis 2 dan untuk dosis 3 sebesar 4,51%. Rencana tindak lanjut kedepannya, tim PkM bersama dengan pemerintahan desa lain dalam satu wilayah kerja Puskesmas yang sama akan secara kolaboratif dan partisipatif untuk mempercepat capaian vaksinasi Covid-19.
PERBEDAAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENCEGAHAN ISPA PASCA DILAKUKAN PENDIDIKAN KESEHATAN Sandi Nugraha; Iis Aisyah; Ayu Prameswari
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 4 No. 2 (2023): JUNI 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v4i2.15797

Abstract

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) aatau dikenal juga penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan. Di Indonesia kematian akibat ISPA pada balita pada tahun 2019, menempati urutan pertama, dengan jumlah mencapai 1,473 balita dari 151 juta balita yang menderita ISPA. Untuk membantu mencegah masalah ini, hal yang paling tepat yaitu memberikan pendidikan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Jenis penelitian ini merupakan deskriptif kuantitatif. Dengan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling sejumlah 52 responden. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan tingkat pengetahuan responden antara sebelum dan sesudah implementaasi pendidikan kesehatan ditandai dengan adanya perubahan tingkat pengetahuan yang sebelumnya kurang dan cukup menjadi meningkat baik. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan terkait pencegahan ISPA berdampak baik bagi pengetahuan ibu.  Simpulannya yaitu sebelum  diberikan pendidikan kesehatan dari  52 responden (100%)  didapatkan hasil sebanyak 31 responden (60%) kategori pengetahuan kurang, dan 21 responden (40%) dengan kategori pengetahuan cukup. Setelah diberikan pendidikan kesehatan, seluruh responden yang berjumlah 52 responden (100%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Adanya perbedaan tingkat pengetahuan responden antara sebelum dan sesudah Implementaasi pendidikan kesehatan ditandai dengan adanya perubahan tingkat yang pengetahuan yang sebelumnya kurang dan cukup menjadi meningkat baik.
Penyuluhan Kesehatan Tentang Penyakit Reumatik di Salah Satu Desa di Kecamatan Ujung Jaya Diding Kelana Setiadi; Iis Aisyah
Bina Sehat Masyarakat Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : Bina Sehat Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/bsn.v1i1.33740

Abstract

Reumatik adalah penyakit yang menyerang sendi dan struktur atau jaringan penunjang sekitar sendi. Penyakit rematik yang sering ditemukan adalah osteoarthritis akibat degenerasi atau proses penuaan, artritis rematoid penyakit autoimun dan gout karena asam urat tinggi (Junaidi, 2010). Pada lansia penyakit ini sering terjadi sehingga terkadang menyebabkan gangguan kualitas hidup pada lansi. Penyakit Reumatik dapat dicegah dan juga diberikan penanganan kesehatan. Dengan penyuluhan ini diharapkan pengetahuan lansia dan keluarganya dapat meningkat mengenai reumatik ini.metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah kaji tindak (action Research). Hasil dari penyuluhan ini adalah adanya peningkatan pengetahuan lansia mengenai ap aitu reumatik, pencegahannya dan penanganannya.
Penyuluhan Kesehatan Tentang Penyakit Thalasemia Iis Aisyah; Diding Kelana Setiadi
Bina Sehat Masyarakat Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : Bina Sehat Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/bsn.v1i1.33744

Abstract

Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defisiensi produk rantai globin pada haemoglobin (Suriadi, 2012). Jawa Barat memiliki jumlah penderita thalassemia terbanyak di Indonesia dengan jumlah 1.751 orang atau 35% dari jumlah penderita thalassemia di Indonesia. Keberhasilan penanganan thalasemia terletak pada keberhasilan mengatasi dampak anemia. Dengan melakukan tranfusi darah secara rutin maka dampak dari thalassemia dapat diperlambat. Penyuluhan ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai thalassemia dan juga meningkatkan ketersediaan darah di PMI Kabupaten Sumedang dengan melakukan donor darah.
PELATIHAN TIM PELACAK DAN KADER PEMANTAU DETEKTIF COVID-19 (DITEKSI AKTIF CORONA VIRUS DISEASE) DI DESA MARGAMUKTI, SUMEDANG Heri Ridwan; Iis Aisyah; Ayu Prameswari Kusuma Astuti; Siti Lika Latifah
Jurnal Sinergitas PKM & CSR Vol 7, No 3 (2023): DECEMBER
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/jspc.v7i3.7492

Abstract

Covid-19 terus mengalami mutasi dan menghasilkan varian-varian baru, termasuk BF.7 dan XBB.1.5, yang merupakan subvarian dari Omicron. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi varian XBB 1.5 sebagai yang paling menular. Oleh karena itu, diperlukan kontribusi dari anggota kader kesehatan untuk membantu dalam pemantauan dan deteksi awal individu yang dicurigai terinfeksi virus Covid-19. Kader kesehatan masyarakat adalah individu yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani berbagai masalah kesehatan, baik pada tingkat individu maupun masyarakat, serta bekerja dekat dengan fasilitas pelayanan kesehatan. Tujuan dari program pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk menciptakan kader kesehatan yang memiliki peran sebagai detektif aktif Covid-19. Metode yang telah digunakan yaitu melalui pendidikan, pelatihan, diskusi, dan penilaian terkait dengan deteksi aktif Covid-19 bagi anggota kader. Hasil dari program ini adalah telah terbentuknya 18 kader detektif yang mampu melacak dan memonitor individu yang dicurigai terinfeksi Covid-19 di desa Margamukti. Rencana tindak lanjut kedepannya, tim Program Kesehatan Masyarakat (PkM) akan bekerjasama dengan pemerintahan desa-desa lain yang berada di wilayah kerja Puskesmas yang sama untuk menyelenggarakan pelatihan yang serupa kepada para kader kesehatan. Ini merupakan upaya kolaboratif dan partisipatif dalam meningkatkan kualifikasi para kader untuk kepentingan kesehatan masyarakat.
Analisis faktor pembangun self efficacy pada penderita hipertensi dalam melaksanakan kepatuhan minum obat Inayah Sri Wulandari; Akhmad Faozi; Iis Aisyah
Holistik Jurnal Kesehatan Vol. 18 No. 3 (2024): Volume 18 Nomor 3
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawatan-fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v18i3.332

Abstract

Background: Hypertension can be a dangerous condition if it is not controlled, especially if it lasts for a long time because it can cause complications such as stroke, heart disease and other health problems. In an effort to prevent this, hypertension sufferers need to regularly take antihypertensive medication. A person's compliance with taking medication is determined by self-efficacy or belief in the success of treatment. This is because self-efficacy can influence changes in individual behavior, especially hypertension sufferers, in terms of compliance with taking medication. Purpose: To analyze the relationship between self-efficacy building factors and medication adherence in hypertension sufferers. Method: This type of quantitative research uses an analytical survey design through a cross-sectional approach. Respondents in this study were 68 people who were selected using stratified random sampling techniques. The instruments in this research were the self-efficacy building factor questionnaire and the Morisky medication adherence scale questionnaire (MMAS-8). Data analysis used the Spearman's rho statistical test. Results: The correlation between self-experience (performance achievement) and compliance with taking medication was 0.007 (p<0.05), observation of others (vicarious experience) with compliance with taking medication <0.001 (p<0.05), verbal persuasion and compliance with taking medication was 0.004 (p<0.05), and physiological conditions (physiological information) with medication adherence of 0.104 (p>0.05). Conclusion: There is a positive relationship between own experience (performance achievement), observation of others (vicarious experience), and verbal persuasion with medication adherence in hypertensive patients. Meanwhile, there is no relationship between physiological conditions (physiological information) and compliance with taking medication.   Keywords: Drug Compliance; Hypertension; Self-Efficacy; Sources of Self-Efficacy.   Pendahuluan: Hipertensi dapat menjadi kondisi yang berbahaya jika tidak terkontrol, terutama jika berlangsung dalam jangka waktu yang panjang karena dapat menyebabkan timbulnya komplikasi seperti stroke, penyakit jantung, dan masalah kesehatan lainnya. Dalam upaya mencegahnya, penderita hipertensi perlu mengonsumsi obat anti hipertensi secara rutin. Kepatuhan minum obat seseorang ditentukan oleh self efficacy atau keyakinan dirinya akan keberhasilan pengobatan. Hal ini karena self efficacy dapat memengaruhi perubahan perilaku individu terutama penderita hipertensi dalam hal kepatuhan minum obat. Tujuan: Untuk menganalisis hubungan antara faktor pembangun self efficacy terhadap kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi. Metode: Jenis penelitian kuantitatif menggunakan desain survei analitik melalui pendekatan cross sectional. Responden dalam penelitian ini sebanyak 68 orang yang dipilih melalui teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner faktor pembangun self efficacy dan kuesioner morisky medication adherence scale (MMAS-8), analisis data menggunakan uji statistik Spearman’s rho. Hasil: Korelasi antara pengalaman diri (performance accomplishment) dengan kepatuhan minum obat sebesar 0.007 (p<0.05), pengamatan terhadap orang lain (vicarious experience) dengan kepatuhan minum obat sebesar <.001 (p<0.05), persuasi verbal (verbal persuasion) dengan kepatuhan minum obat sebesar 0.004 (p<0.05), dan kondisi fisiologis (physiological information) dengan kepatuhan minum obat sebesar 0.104 (p≥0.05). Simpulan: Terdapat hubungan yang positif antara pengalaman diri sendiri (performance accomplishment), pengamatan terhadap orang lain (vicarious experience), dan persuasi verbal (verbal persuasion) dengan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi. Sedangkan, untuk kondisi fisiologis (physiological information) dengan kepatuhan minum obat ditemukan tidak terdapat hubungan.   Kata Kunci: Efikasi Diri; Hipertensi; Kepatuhan Minum Obat; Sumber Efikasi Diri.
Hubungan Status Kesehatan Ibu Saat Hamil dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Alyah Hodijah; Iis Aisyah; Amanda Puspanditaning
Jurnal Keperawatan Florence Nightingale Vol 7 No 1 (2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52774/jkfn.v7i1.130

Abstract

Low birth weight (LBW) is a major health problem in Indonesia that can increase the prevalence of mortality and morbidity in infants. In 2022, the prevalence of LBW in Sumedang Regency showed an increase from 455 babies (2.54%) in 2021 to 509 babies (3.18%). The condition of LBW can occur due to maternal health disorders during pregnancy. The purpose of this study it to analyze the correlation between maternal health status and the incidence of LBW. The design used was analytical observational with participants mothers who gave birth at Sumedang Regional Hospital in 2022, with a total of 360 respondents. Based on the Chi Square Test result, there is a significant correlation between maternal health status and the incidence of LBW at Sumedang Regional Hospital with a P-value = 0.001. The conclusion of this study is that there is a correlation between maternal health status during pregnancy and the incidence of LBW, where multiple pregnancy has the greatest risk of giving birth to LBW babies. To maintain the pregnancy, pregnant women are advised to routinely carry out Antenatal Care (ANC).
Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Pra Sekolah Yulia Wulandari; Iis Aisyah; Amanda Puspanditaning
Jurnal Keperawatan Florence Nightingale Vol 7 No 1 (2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52774/jkfn.v7i1.157

Abstract

One of the things that influences how well children develop their fine motor skills is their nutritional condition. Children who are malnourished can have impaired fine motor skills that are inappropriate for their age. The aim of this research is to find out the relationship between the fine motor development of preschool children in Margamukti Village and their nutritional status. This research method used a cross-sectional quantitative research design and a total sample technique was used in this research with a total of 48 respondents; The population was children attending Kenanga Kindergarten, Margamukti Village, aged between 36 and 72 months. The SDIDTK questionnaire sheet was used to measure fine motor development, while anthropometric measurements of body weight based on age were used to determine nutritional status. The research results showed that there was no relationship between the fine motor development of preschool children in Margamukti Village and their nutritional status. A p value of 0.532 > (0.05) was found in the Spearman Rank test. The research results show that there is no relationship between the fine motor development of preschool children in Margamukti Village and their nutritional status. A p value of 0.532 > (0.05) was found in the Spearman Rank test. These results indicate that nutritional status does not have a significant influence on fine motor development in pre-school children in Margamukti Village.
Hubungan Lama Waktu Pengunaan Gawai dengan Kesehatan Mental Emosional Anak Sekolah Banita Ihfatun Drama; Iis Aisyah; Ahmad Purnama Hudaya
Jurnal Keperawatan Florence Nightingale Vol 7 No 1 (2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52774/jkfn.v7i1.162

Abstract

The use of gadgets cannot be avoided anymore, from children to adults, because they offer various conveniences. However, this convenience has resulted in an unavoidable increase in gadget use by children, which can have negative effects on their emotional mental health. This research aims to analyze the relationship between the duration of gadget use and emotional mental health in elementary school children. This quantitative study with a correlational design used the Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) and a questionnaire measuring gadget use duration filled out by parents of 5th and 6th grade elementary school children aged 11-12, involving a population of 74 in SDN Licin Cimalaka using total sampling technique. The chi-square test result showed a p-value of 0.684 > 0.05. The study showed that respondents with normal mental health status had a long gadget play duration of 42 respondents (59.1%). The conclusion drawn was that there is no significant relationship between the duration of gadget use and emotional mental health.