Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Peningkatan Ketahanan Pangan Melalui Diseminasi Dan Pengembangan Sup Jagung Pulut Instan Pada Beberapa Kelompok Wanita Tani Tangerang Selatan Adolf J.N. Parhusip; Nuri A. Anugrahati; Intan Matita; Ratna Handayani; Nadine E. Todia; Kezia G. Surjadi
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 5 No. 1 (2024): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN)
Publisher : Cv. Utility Project Solution

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55338/jpkmn.v5i1.2355

Abstract

Pemanfaatan lahan terbatas di perkotaan dengan tanaman pangan yang bermanfaat merupakan suatu kegiatan positif dan meningkatkan nilai, baik bagi keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Produk tanaman pangan yang berkhasiat berfungsi seperti pangan fungsional, karena   kandungan   komponen   aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Selain manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya. Forum Kelompok Wanita Tani (KWT) Tangerang Selatan merupakan komunitas kelompok masyarakat di Tangerang Selatan yang melakukan kegiatan budidaya tanaman pangan, rempah-rempah dan hidroponik. Beberapa tanaman yang sudah dibudidayakan, antara lain jagung ketan, jahe, kencur, sereh, kelor, dan     bayam merah, serta tanaman pangan lain seperti sayuran, cabai, dan buah-buahan. Namun sebagian besar anggota Forum KWT Tangerang Selatan masih memiliki pengetahuan yang terbatas tentang manfaat kesehatan dan cara mengolah tanaman yang dibudidayakan ini menjadi produk pangan fungsional. Hal ini mendorong dilakukannya kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat oleh Program Studi Teknologi Pangan melaluimeningkatkan ketahanan pangan melalui kegiatan pelatihan dan penyuluhan tentang pembuatan produk pangan fungsional, yaitu sup berbasis jagung pulut. Kegiatan PkM dilakukan dengan metode penyuluhan (presentasi dan video) dan pelatihan (praktik langsung) di Kantor Kecamatan Ciputat Timur, Tangerang pada 21 September 2023 dan dihadiri oleh 39 orang anggota KWT Tangerang Selatan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, Jagung pulut merupakan salah satu tanaman yang telah dibudidayakan oleh Forum KWT Tangerang Selatan. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat diharapkan mampu membantu Masyarakat Tangerang Selatan dalam meningkatkan kesejahteraan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam lokal menjadi produk pangan fungsionalseluruh peserta PkM (100%) menyatakan dapat mengikuti kegiatan pelatihan dan penyuluhan dengan baik dan termotivasi meneruskan kegiatan dalam rutinitas harian. Hal ini dapat menjadi modal yang baik dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam lokal menjadi produk pangan fungsional dan berkontribusi pada usaha peningkatan ketahanan pangan.
Pemanfaatan Ekstrak Kasar Daun Sirih Hijau (Piper betle) dan Daun Sirih Merah (Piper crocatum) Sebagai Antimikroba Pada Daging Ayam Broiler Segar Parhusip, Adolf J.N.; Putridimara , Sabrina A.; Kristianto, Elin; Alfredo, Alfredo; Fraulencia, Jesseline
Jurnal Biologi Papua Vol 15 No 2 (2023)
Publisher : Jurusan Biologi FMIPA Universitas Cenderawasih

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31957/jbp.2881

Abstract

Green betel plants (Piper betle) and red betel plants (Piper crocatum) are plants that found in many parts of Indonesia which can be categorized as medicinal plants. This is due to the content contained in green and red betel leaves which has phenolic compounds, such as flavonoids, tannins, and saponins. The research objective of this study was to utilize the extract of green betel leaf and red betel leaf by extracting ethanol FG 96% as an antimicrobial compound. There are 4 types of tested bacteria used in this study, they are Escherichia coli, Salmonella, S. aureus, and B. cereus. The extract concentrations used for the two types of leaf extract were 0, 5, 10, 15, and 20%. The sample used for TPC was a fresh broiler chickens, with immersion time for 0, 24, 48, and 72 hours. The total phenolic properties of the green and red betel leaf extracts were 2630.1 mg GAE/g and 6294.8 mg GAE/g, respectively. The total flavonoids possessed by the green and red betel leaf extract were 679.0 mg QE/g and 1662.9 mg QE/g, respectively. Both types of betel leaf extract can function as the best antimicrobial at a concentration of 20%. The bacteria that most resistant to green and red betel leaf extract is E. coli, and the bacteria that most sensitive to green and red betel leaf extract is S. aureus. The MIC and MBC values of Gram positive bacteria (S. aureus and B. cereus) were lower than the MIC and MBC values of Gram negative bacteria (E. coli and Salmonella). Key words: Green betel leaves; red betel leaves; extracts; fresh broiler chicken. 
KARAKTERISASI EKSTRAK KULIT MELINJO (Gnetum gnemon L.) MERAH SEBAGAI KOMPONEN ANTIBAKTERIKARAKTERISASI EKSTRAK KULIT MELINJO (Gnetum gnemon L.) MERAH SEBAGAI KOMPONEN ANTIBAKTERI Angel, Veliana; Parhusip, Adolf J.N.
FaST - Jurnal Sains dan Teknologi (Journal of Science and Technology) Vol 8, No 1 (2024): MAY
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/jstfast.v8i1.7598

Abstract

Melinjo peel is generally disposed, even though it contains bioactive compounds such as tannin, flavonoid and saponin, which can be used as antimicrobial compound. The purpose of this research was to analyze the antimicrobial activity of melinjo peel extract. The extraction of red melinjo peel was conducted by maceration method using ethyl acetate as solvent for 24 h at room temperature. The extract at concentration 4, 8, 12, and 16% (w/v) could not inhibit the growth of Rhizopus oligosporus ATCC 22959, whereas could inhibit the growth of Escherichia coli ATCC 8739, Bacillus cereus ATCC 10876, and Pseudomonas aeruginosa ATCC 9027. The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) of the extract was ranged from 0.50-0.69%, while the Minimum Bactericidal Concentration (MBC) value was ranged from 2.00-2.76%. The phytochemical compounds that found in extract were alkaloids, saponin, phenolic, flavonoids and glycosides. The inhibitory capacity of the extract at selected concentration (12%) had a similar level as compared to 1000 ppm Colistin against E. coli and P. aeruginosa. The inhibition of extract increased at low pH (pH 4), while neutral pH decreased the inhibition of the extract. Heat treatment at 65oC for 30 minutes increased the antibacterial activity, whereas heat treatment at 75, 85, and 95oC decreased the antibacterial activity of the extract. Addition of salt and sugar at concentration 1-5% and 10-50%, respectively, increased the antibacterial activity of the extract. The extract could damage cell morphology and was confirmed by the presence of ions (Ca2+, K+, and Mg2+) outside of the cells.Bahasa Indonesia Abstract:Kulit melinjo umumnya dibuang, padahal mengandung komponen bioaktif seperti tanin, flavonoid, dan saponin, yang dapat dimanfaatkan sebagai komponen antimikroba. Tujuan penelitian ini karakterisasi komponen bioaktif ekstrak kulit melinjo merah sebagai antibakteri. Proses ekstraksi kulit melinjo merah dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etil asetat selama 24 jam pada suhu ruang. Ekstrak etil asetat kulit melinjo merah pada konsentrasi 4, 8, 12, dan 16% (w/v) tidak dapat menghambat kapang R. oligosporus ATCC 22959, namun dapat menghambat bakteri  E. coli ATCC 8739, B. cereus ATCC 10876, dan P.  aeruginosa ATCC 9027. Nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dan Minimum Bactericidal Concentration (MBC) dari ekstrak terhadap ketiga bakteri uji berturut-turut adalah 0.50-0.69%, dan 2.00-2.76%. Komponen fitokimia yang terdapat pada ekstrak etil asetat terdiri dari alkaloid, saponin, fenolik, flavonoid, dan glikosida. Ekstrak etil asetat dengan konsentrasi terpilih (12%) memiliki diameter zona hambat hampir setara dengan antibiotik kolistin 1000 ppm terhadap bakteri E. coli dan P. aeruginosa. Ekstrak pada kondisi asam (pH 4) memiliki diameter zona hambat lebih besar dibandingkan pH netral (pH 7). Pemanasan ekstrak pada suhu 65oC selama 30 menit akan meningkatkan diameter zona hambat, dan menurun pada suhu pemanasan 75, 85, dan 95oC. Penambahan garam dan gula masing-masing pada konsentrasi 1-5% dan 10-50% akan meningkatkan diameter zona hambat ekstrak. Ekstrak dapat merusak morfologi ketiga bakteri uji, yang didukung dengan keluarnya ion-ion penyusun dinding sel (Ca2+, K+, dan Mg2+). Ekstrak etil asetat kulit melinjo merah memiliki komponen bioaktif yang mampu membunuh dan menghambat pertimbuhan mikroba uji.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA CIBUGEL MELALUI USAHA PENINGKATAN MUTU ALPUKAT BEKU TEROLAH MINIMAL Parhusip, Adolf; Cidarbulan Matita, Intan; Halim, Yuniwaty; Wijaya, Julia Ratna; Tri Nugroho, Raphael Dimas
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 6 (2023): INOVASI PERGURUAN TINGGI & PERAN DUNIA INDUSTRI DALAM PENGUATAN EKOSISTEM DIGITAL & EK
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37695/pkmcsr.v6i0.2217

Abstract

Desa Cibugel merupakan salah satu desa di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang memiliki jumlah penduduk sekitar 12.069 jiwa dengan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai wiraswasta atau pedagang. Usaha yang telah dirintis oleh salah satu kelompok masyarakat Desa Cibugel adalah usaha buah beku (frozen fruit) dari alpukat. Namun, dalam pelaksanaan produksi usaha ini, masyarakat Desa Cibugel belum memiliki kesadaran akan pentingnya pengetahuan dalam penanganan pasca panen buah alpukat dan pengolahan buah alpukat beku yang benar. Hal ini terlihat dari perlakuan pekerja terhadap buah alpukat tersebut, seperti belum diaplikasikannya hygiene pekerja dan sanitasi area kerja, serta prosedur kerja yang kurang tepat. Penanganan yang belum optimal dapat meningkatkan risiko kontaminasi yang tidak diinginkan dan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas pada buah alpukat beku. Berdasarkan informasi dan permasalah yang telah diperoleh, maka tim PKM Teknologi Pangan UPH melakukan kegiatan penyuluhan sanitasi pangan dan prosedur kerja untuk produk alpukat terolah minimal agar memberdayakan masyarakat Desa Cibugel melalui usaha peningkatan mutu buah alpukat beku. Kegiatan PKM ini dilakukan melalui survei, wawancara/diskusi, penyuluhan, pemberian video panduan, dan pemberian peralatan penunjang pada pelaku usaha alpukat terolah minimal (beku). Antusiasme peserta PKM dapat dilihat melalui sesi diskusi yang interaktif. Hasil evaluasi dari 84% responden menyatakan bahwa 100% peserta PKM merasa kegiatan PKM ini bermanfaat dan ingin mengikuti kembali kegiatan PKM yang serupa.
FERMENTASI BAWANG PUTIH DENGAN Rhizopus oryzae DAN Lactobacillus bulgaricus SEBAGAI PENGAWET PANGAN Parhusip, Adolf; Sherly
Jurnal Pengolahan Pangan Vol 8 No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Alkhairaat Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/pangan.v8i2.109

Abstract

Bawang putih mengandung senyawa alisin yang dapat berperan sebagai senyawa antibakteri, tetapi menyebabkan terbentuknya aroma bawang putih yang tajam dan tidak disukai oleh sebagian masyarakat. R. oryzae memiliki kemampuan untuk memecah senyawa γ-glutamyl cysteine yang merupakan bahan dasar dari senyawa aliin dan prekursor untuk terbentuknya senyawa alisin. L. bulgaricus dapat menghasilkan asam organik yang menghambat pertumbuhan bakteri patogen dan mengawetkan produk pangan. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan proses fermentasi menggunakan R. oryzae dan L. bulgaricus dalam menghasilkan bawang putih yang dapat diterima oleh masyarakat dan meningkatkan kemampuan ekstrak bawang putih sebagai pengawet alami produk pangan. Proses fermentasi bawang putih dilakukan dengan dua faktor perlakuan, yaitu lama fermentasi selama 24, 48, 72 jam dan rasio R. oryzae:L. bulgaricus dengan perbandingan 1:0, 1:1, dan 0:1. Perlakuan terpilih untuk fermentasi bawang putih adalah selama 72 jam dengan rasio R. oryzae:L. bulgaricus 1:1. Bawang putih terfermentasi memiliki nilai pH sebesar 3,72±0,05, nilai TAT sebesar 0,53±0,01%, total bakteri asam laktat (BAL) sebesar 6,18±0,04 log10 CFU/ml, total kapang sebesar 8,21±0,09 log10 CFU/ml, TPC sebesar 8,33±0,22 log10 CFU/ml, nilai skoring sebesar 2,89±0,26, dan nilai hedonik sebesar 3,52±1,41. Ekstrak bawang putih terfermentasi akan diuji kemampuan sebagai pengawet pangan pada bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan perlakuan konsentrasi 0, 2, 4, 8, dan 16%. Ekstrak bawang putih terfermentasi efektif sebagai pengawet pangan pada konsentrasi 16% dengan zona hambat S. aureus sebesar 14,00±0,71 mm dan E. coli sebesar 7,50±0,71 mm. Ekstrak bawang putih terfermentasi lebih efektif menghambat S. aureus dibandingkan dengan E. coli. Kandungan total fenolik dan flavonoid pada bawang putih yang sudah difermentasi sebesar 2,46±0,12 mgGAE/g dan 0,24±0,001 mgQE/g. Ekstrak bawang putih terfermentasi mengandung senyawa aktif 2,3-butanediol, L-lactic acid, diallyl disulfide, dan diallyl trisulfide yang dapat berperan sebagai senyawa antibakteri, antimikroba, antiinflamasi, dan antioksidan.
Utilization of Rosella as a Natural Color and Source of Antioxidants for Soybean Hull Nata Nolita, Maurelle; Suharso, Eveline; Kurniawan, Christine J; Anugrahati, Nuri A.; Parhusip, Adolf J. N.; Soedirga, Lucia C.; Matita, Intan C.
Indonesian Food Science and Technology Journal Vol. 7 No. 2 (2024): Volume 7. Number 2, July 2024 |IFSTJ|
Publisher : Department of Technology of Agricultural product (THP) Jambi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/ifstj.v7i2.31949

Abstract

Nata is a fiber-rich cellulose formed through the fermentation of sugar by Acetobacter xylinum bacteria. Soybean hull waste has a nutritional content of 14.45% protein, 3.04% fat, 3.15% ash, 47.01% crude fiber, and 32% total iron minerals, making it suitable as raw material in making nata sheets. Rosella flowers contain anthocyanins that can be used as a natural red colorant in food products. The addition of rosella flower crude extract to nata will increase the visual and functional values of nata. This study aims to determine the best concentration of rosella flower crude extract (0%, 2%, 4%, 6%) based on the characteristics and functional value of nata made from soybean hulls. The best concentration of rosella flower crude extract in this study is 6%, producing nata with 0.776±0.020 mM antioxidant, 2.230±0.276 mg/L anthocyanin, 67.40±0.063 L*, 48.84±0.740 °hue (red color), 13.96±0.770 C*. The scoring test results show that nata with 6% rosella flower crude extract has ‘slightly no foreign taste’ (4.55±1.197), ‘slightly no foreign aroma’ (4.80±0.966), and ‘slightly red’ color (4.20±0.687). The hedonic test results show that panelists ‘slightly like’ the taste (5,12±1,22), aroma (5,15±1,17), and color (5,57±1,11) of the nata.