Institusi kepolisian merupakan salah satu lembaga pemerintah yang dituntut dalam kerangka good governance, sehingga salah satu yang disoroti adalah rekrutmen yang menjadi pintu masuk dalam institusi ini. Artikel ini bertujuan mengkaji proses rekrutmen calon anggota polisi di Sulawesi Selatan dengan berfokus pada pengaruh budaya organisasi, lokalitas dan keterhubungan sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui pengumpulan data observasi di lingkungan Polda Sulawesi Selatan dan wawancara dengan beberapa orang panitia pelaksana rekrutmen, calon anggota yang akan direkrut serta masyarakat. Temuan menunjukkan bahwa budaya organisasi Polri yang formal dan hierarkis menegaskan loyalitas dan hubungan personal dikategorikan budaya tertutup, mengakibatkan praktik tradisionalisme dalam proses seleksi. Disisi lain ada upaya modernisasi yang menunjukkan terbentuknya budaya terbuka. Adanya keterhubungan sosial pada rekrutmen, di mana calon anggota yang memiliki jaringan sosial cenderung lebih diuntungkan dalam rekrutmen. Meskipun terdapat upaya untuk menerapkan prinsip Bersih, Transparan, Akuntabel, dan Humanis (BETAH), tantangan dari budaya lokal yang mengakar masih menjadi hambatan. Penelitian ini menekankan perlunya reformasi dalam proses rekrutmen untuk menciptakan sistem yang lebih adil dan meritokratik. Keberlanjutan studi lebih lanjut diharapkan dapat memberikan kerangka perubahan sosial yang mampu mempengaruhi praktik rekrutmen di Polri.