Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENGARUH KARAKTERISTIK HABITAT MANGROVE TERHADAP KEPADATAN KEPITING ( SCYLLA SERRATA ) DI PANTAI UTARA KABUPATEN DEMAK, JAWA TENGAH Haposan Sipayung, Roni
Jurnal TAMBORA Vol. 5 No. 2 (2021): EDISI 13
Publisher : Wakil Rektor 3, Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat dan Publikasi, Universitas Teknologi Sumbawa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36761/jt.v5i2.1113

Abstract

Rehabilitation of mangrove forests is very important to maintain ecosystem stability and increase the productivity of mangrove forests. The success of mangrove forest rehabilitation can be seen by the density of mangrove vegetation and the increase in mangrove crabs. Mangrove crab is the main commodity for farming communities because in addition to playing an important role in the mangrove ecosystem, it also has high economic value so it needs to be developed to increase people's income. This research was conducted with the aim of knowing the density of mangrove vegetation and crab density in different planting years and the effect of mangrove habitat characteristics on crab density. The research was conducted in three different planting years, namely 2003, 2005, and 2006. Each planting year consisted of a front zone, a middle zone and a back zone. In each zone a measuring plot with a size of 5 m x 5 m was made to collect data on vegetation density, temperature, mud thickness, salinity, acidity, and dissolved oxygen (DO). Then in the 5 m x 5 m plot, a 1 m x 1 m plot was made to collect data on the number of crabs. Data analysis used regression equation and ANOVA difference test. The results showed that the highest vegetation density was in the back zone of the 2006 planting year with a density of 2160 individuals/ha, while the highest density of crabs was in the 2005 planting year with a density of 12111.11 individuals/ha. Regression analysis showed the effect of temperature, mud thickness and salinity variables on crab density with the equation Y = 3.447 - 0.044X1 - 0.009X2 - 0.230X3 with R = 0.809. In the different ANOVA test, only the thickness of the mud had a significant difference at three years of planting (0.00 < 0.05).
PENYULUHAN DAN PENANAMAN VEGETASI MANGROVE DI SEKITAR PESISIR OESAPA BARAT KOTA KUPANG Roni Haposan Sipayung
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2023): Volume 4 Nomor 2 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v4i2.16176

Abstract

Penanaman vegetasi adalah salah satu tindakan rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk dapat memperbaiki lahan dan juga meningkatkan fungsi ekonomi dan ekologinya. Penanaman menjadi sebuah investasi jangka panjang yang dapat menjamin keberlangsungan kehidupan yang ada di dalam hutan. Ekosistem mangrove akhir-akhir mengalami berbagai permasalahan yang cukup kompleks. Permasalahan-permasalahan yang sering dialami oleh ekosistem mangrove, yaitu: adanya gelombang tsunami, siklon maupun abrasi khususnya di Nusa Tenggara Timur. Selain itu, ekosistem mangrove tidak jarang mengalami eksploitasi lahan dan penebangan pohon yang terjadi hampir di seluruh daerah pesisir di Indonesia. Kerusakan-kerusakan yang diakibatkan permasalahan ini sangat merugikan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Hal ini kemudian diperparah dengan adanya kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat dan kondisi perekonomian secara global sangat tidak mendukung Pengabdian ini bertujuan untuk memberikan penyuluhan dan melakukan penanaman bersama masyarakat yang tinggal di daerah ekowisata mangrove Oesapa Barat. Metode Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat dilakukan dengan cara penyampaian materi mengenai kondisi ekosistem mangrove berupa focus group discussion dan melakukan penanaman secara langsung di daerah ekowisata mangrove Oesapa Barat, Kota Kupang. Masyarakat sangat menantikan kegiatan penanaman ini agar dapat memulihkan ekosistem mangrove Oesapa Barat yang sebelumnya mengalami kerusakan akibat siklon seroja pada tahun 2021.
PELATIHAN EKO ENZIM DI JEMAAT KAISAREA BTN KOLHUA, KOTA KUPANG Johanna Suek; Roni Sipayung; Made Tusan S
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 5 (2023): Volume 4 Nomor 5 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v4i5.20997

Abstract

Pelatihan pembuatan Eko-enzim dilatarbelakangi berlimpahnya sampah organik dapur yang dapat didaur ulang menghasilkan Eko-enzim. Eko-enzim merupakan salah satu produk dimana formulasi pembuatan adalah sampah organik dicampur dengan molase dan air. Rasio antar bahan yang dibutuhkan adalah tiga bagian bahan organik, satu bagian molase dan 10 bagian air bersih. Kemudian, bahan tersebut diletakan dalam wadah tertutup dan difermentasi selama 3 bulan untuk memperoleh larutan eko-enzim. Larutan eko-enzim yang telah matang dicampur dengan air dapat bermanfaat untuk membilas perabotan rumahtangga, dapat digunakan sebagai shampo, dijadikan sebagai sabun mandi, dan juga bermanfaat sebagai penyubur tanaman. Multi manfaat eko-enzim dan berlimpahnya sampah yang ada di kota Kupang, yang mana sebagian besar, 70%-80% adalah sampai organik, mendorong kami dari multidisiplin Fakultas Pertanian  melakukan pelatihan pembuatan eko-enzim di Jemaat Kaisarea. Hasil kegiatan memperlihatkan peserta sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pelatihan ini, dan lebih dari 70% peserta yang meminta bahan untuk lasngsung dipratikan, dan dibawa pulang untuk dirawat/dijaga hingga proses pemanenan. Antusiasme peserta sangat tinggi mengingat sampah organik dapur dihasilkan setiap hari. Melalui pelatihan pembuatan eko-enzim dan mendorong masyarakat secara kontinu dapat memanfaatkan limbah dapur untuk menghasilkan eko-enzim.
Perbandingan Metode Pengawetan Asap Cair dan Perebusan Boraks Terhadap Kualitas 3 Jenis Bambu Pamona S. Sinaga; Mamie E. Pelloundo’u; Nixon Rammang; Roni H. Sipayung; Marlince Manehat
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 3 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i3.10605

Abstract

Bambu merupakan salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang mempunyai nilai manfaat yang besar namun masih mengalami permasalahan dengan umur bambu yang sangat pendek dibandingkan dengan kayu, karena keawetan bambu masih tergolong rendah. Pengawetan bambu yang dilakukan dengan beberapa metode seperti metode larutan asap-garam cair dan metode perebusan boraks tentunya mempunyai efek mutu yang berbeda-beda. Ada juga hubungan antara proses pelestarian bambu dan biaya energi dan lingkungan yang harus diperhitungkan sebagai bagian dari dampak lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengetahui pengaruh metode asap cair dan metode perebusan boraks terhadap mutu 3 jenis bambu yang diawetkan, 2) mengetahui dampak lingkungan dari pengaruh metode asap cair-larutan garam. pengawetan dan metode perebusan boraks. Tahapan penelitian dimulai dari penyiapan 3 jenis bambu (pembersihan dan pemotongan), penyiapan bahan pengawet bambu (larutan garam-asap cair dan boraks), pengujian mutu bambu awet (uji retensi) dan pengukuran nilai eco-cost. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan metode pengawetan asap cair dan larutan garam menghasilkan bambu awet yang memenuhi standar SNI 01-5010-1-1999 (BSN 2003) sebagai bahan konstruksi dengan jenis bambu Pering disusul Betung dan Betung Hitam
MULTIFUNGSI PEKARANGAN SEBAGAI SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG KETERSEDIAAN PANGAN PEDESAAN DI KABUPATEN KUPANG Made Tusan Surayasa; Johanna Suek; Roni Haposan Sipayung; Charles Kapioru
Jurnal Dinamika Sosial Ekonomi Vol 25, No 1 (2024): Jurnal Dinamika Sosial Ekonomi
Publisher : Agribusiness Department, Faculty of Agriculture, UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jdse.v25i1.12228

Abstract

Penelitian Multifungsi pekarangan bertujuan untuk mendeskripsikan multifungsi pekarangan dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi serta mengestimasi kontribusi pekarangan terhadap ketersediaan pangan keluarga. Penelitian berlangsung dari bulan Maret sampai Agustus, 2023. Pemilihan lokasi secara sengaja sebanyak tiga desa/kelurahan, dimana setiap desa mewakili satu kecamatan. Penentuan jumlah sampel secara quota yakni 40 rumahtangga yang dipilih secara acak dari populasi, sehingga terdapat 120 rumahtangga yang terlibat dalam penelitian. Data primer dikumpulkan dan terkumpul dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis multifingsi pekarangan dari aspek ekologis dengan mengindentitikasi dan menginventarisasi jumlah jenis tanaman dan ternak. Aspek sosial analisis dari jumlah curahan kerja rumahtangga pada pekarangan. Aspek ekonomi dianalisis dengan menghitung nilai produksi dari berbagai jenis tanaman dan ternak. Peran pekarangan dalam penyediaan pangan dihitung nilai setara beras yang diperoleh dari penerimaan pekarangan, Hasil studi ditemukan bahwa dari aspek ekologi terdapat keanekaragaman hayati dari 15 jenis tanaman pangan, sekitar 25 – 30 jenis tanaman hias, 20 jenis sayuran, 10 jenis tanaman biofarmaka, 25 jenis tanaman tahunan serta 10 jenis tanaman perkebunan dan 6 jenis ternak peliharaan. Aspek sosial menginformasikan rata-rata curahan tenaga kerja anggota keluarga sebesar 5,12 HKO minggu-1 . Nilai ekonomi diperoleh rata-rata penerimaan sebesar Rp. 25.220.319,60 rumahtangga-1 tahun-1 . Peran pekarangan dalam menyediakan pangan setara dengan nilai tukar beras sebesar 360,29 kg kapita -1 tahun-1 , besaran ini masuk kategori cukup bagi ketersediaan pangan rumahtangga pedesaan Kabupaten Kupang.
FORESTRY PARTNERSHIP SCHEME IN SOCIAL FORESTRY PROGRAM ON FOREST FARMERS GROUPS IN FOREST AREAS WITH THE SPECIAL PURPOSE OF SISIMENI SANAM, FATULEU SUBDISTRICT, KUPANG REGENCY Emanuella Elma Intania Logo; Lusia Sulo Marimpan; Nixon Rammang; Roni Haposan Sipayung
Journal of Scientech Research and Development Vol 6 No 1 (2024): JSRD, June 2024
Publisher : Ikatan Dosen Menulis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56670/jsrd.v6i1.440

Abstract

Forestry Partnership scheme in Social Forestry Program is one of the programs implemented by the government to overcome the problem of forest destruction and deforestation. This research aims to determine the effectiveness of the Social Forestry Program and Forestry Partnership Scheme in preserving forest areas and improving the welfare of communities around forest areas. The research uses observation methods to determine plant types, interviews, and Good Services Ratio (GSR) analysis for the socio-economic characteristics of the community and the rate of land cover change using spatial analysis (Geographic Information System). The results of the research show that the Social Forestry Program Forestry Partnership Scheme is less effective in terms of conserving forest areas; this is indicated by changes in land cover conditions in 2013, 2018, and 2023, that forest land decreased by 19%, mixed plantations increased by 11.42 %, and settlements increased by 7.58%. The planting pattern used by members of the forest farmer group is agroforestry, which combines forestry crops with annual crops. The Forest Farmer Group in the Forestry Partnership program is running effectively economically, with a total economic value of 64,231,000 IDR per year, with the highest utilization being Cashew nuts at 71%. Respondents' income was very effective by 85%. The social aspect is less practical regarding respondents' welfare, with an average value of 2.59, meaning they are classified as less prosperous.
Potensi Penyimpanan Karbon Hutan Mangrove Di Taman Wisata Alam Laut Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur (Studi Kasus, Mangrove Oesapa, mangrove Ekowisata, dan Mangrove Paradiso) Maria Oktaviani Yohana Balut; Lusia Sulo Marimpan; Nixon Rammang; Roni Haposan Sipayung
Journal of Scientech Research and Development Vol 6 No 1 (2024): JSRD, June 2024
Publisher : Ikatan Dosen Menulis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56670/jsrd.v6i1.443

Abstract

Ekosistem mangrove sebagai karbon biru (Blue carbon) yang berperan sebagai paru-paru dunia yaitu melalui penyerapan dan penyimpanan karbon. Hasil Penelitian menunjukan bahwa dari masing-masing klaster diperoleh nilai biomassa dan kandungan karbon yaitu mangrove Oesapa nilai biomassa tegakan 1.664,17 Ton/Ha dan kandungan karbon tegakan 782,16 C Ton/Ha serta nilai biomassa serasah 33,09 Ton/ha dan kandungan karbon serasah 156,55 C Ton/Ha, mangrove Ekowisata nilai biomassa tegakan 440,76 Ton/Ha dan kandungan karbon tegakan 207,16 C Ton/Ha serta nilai biomassa serasah 298,11 Ton/Ha dan kandungan karbon serasah 140,11 C Ton/Ha dan mangrove Paradiso nilai biomassa tegakan 455,13 Ton/Ha dan kandungan karbon tegakan 213,91 C Ton/ha serta nilai biomassa serasah 258,77 Ton/Ha dan kandungan karbon serasah 121,62 C Ton/Ha. Dari ketiga klaster diperoleh rata-rata potensi biomassa dan kandungan karbon tersimpan yaitu rata-rata nilai biomassa tegakan 853,35 Ton/Ha dan kandungan karbon tegakan 401,08 C Ton/Ha serta rata-rata nilai biomassa serasah 296,65 Ton/Ha dan kandungan karbon serasah 139,43 C Ton/Ha.
Penilaian Status Kesehatan Hutan Mangrove di Sekitar Danau Tuadale pada Kawasan Suaka Margasatwa Tuadale, Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur" Elisabet E. P Laom; Wilhelmina Seran; Norman P. L. B. Riwu Kaho; Roni Haposan Sipayung
Journal of Scientech Research and Development Vol 6 No 1 (2024): JSRD, June 2024
Publisher : Ikatan Dosen Menulis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56670/jsrd.v6i1.449

Abstract

Hutan mangrove merupakan ekosistem pantai yang penting dipertahankan karena fungsinya sebagai penyedia sumber daya alam. Kawasan Suaka Margasatwa adalah area yang ditetapkan untuk melindungi satwa liar dan habitatnya, serta mendukung konservasi keanekaragaman hayati. Hutan mangrove Danau Tuadale pada kawasan suaka margasatwa mengalami kerusakan akibat aktivitas masyarakat seperti penebangan untuk lahan tambak dan pemanfaatan kayu, serta dampak dari tumpahan minyak dari Sumur Minyak Montara di Laut Timor pada tahun 1998 yang menyebabkan kematian ribuan pohon mangrove, kerugian ekonomi, sosial, dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kesehatan ekosistem hutan mangrove di Danau Tuadale menggunakan metode Forest Health Monitoring (FHM), yang menilai empat indikator utama: Vitalitas fokus pengamatan penilaian kerusakan pohon dan kondisi tajuk, Produktivitas: luas bidang dasar (LBDS) dan volume kayu, Biodiversitas: indeks kekayaan jenis, indeks keanekaragaman jenis dan indeks kemerataan jenis, Kualitas Tapak: pH tanah, salinitas air, dan kapasitas tukar kation (KTK). Pengambilan sampel tanah secara purposive sampling. Pengambilan sampel tanah diambil pada tiga zona yaitu pada zona proksimal, middle dan distal dengan menggunakan ring sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vitalitas pohon di Danau Tuadale berada pada kategori sedang, dengan banyaknya pohon yang mengalami kerusakan fisik. Indikator produktivitas menunjukkan kategori sedang berdasarkan perhitungan luas bidang dasar dan volume. Indeks biodiversitas menunjukkan kekayaan jenis yang rendah, keanekaragaman jenis yang juga rendah, dengan kondisi lingkungan yang kurang stabil dan kemerataan jenis tinggi. Penilaian kualitas tapak menunjukkan bahwa derajat keasaman tanah berkategori kebasaan sedang, salinitas air rendah, dan kapasitas tukar kation (KTK) sangat tinggi.
Herpetofauna Diversity at the Nusa Cendana University Fadlan Pramatana; Yusratul Aini; Maria M. E. Purnama; Roni Haposan Sipayung; Oki Hidayat
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol 11 No 1 (2025): January
Publisher : Postgraduate, University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jppipa.v11i1.8130

Abstract

University campuses are built to carry out the learning process. Therefore, this area has dramatically developed and impacted on the environment and biodiversity. The Nusa Cendana University (Undana) campus area as a habitat for wild animals is included in the built and managed habitat categories. In human-dominated habitats in urban areas such as Undana, it is still possible for animal species to find habitats to find food, shelter, and water sources. This research aims to analyze herpetofauna diversity and update information on preliminary studies of herpetofauna at Nusa Cendana University so that it can be used as primary data for assessing time series. Data was collected using the Visual Encounter Survey combined with the time-constrained search method for three hours from 18.30 to 21.30 WITA at three habitat types (Agricultural, open-area, and built-area habitat). The observation period is divided into two categories: dry and rainy season. Twelve species from eight herpetofauna families, consisting of four amphibians and eight reptiles, were recorded in three habitat types in the Undana campus area. It was recorded that there were six additional herpetofauna species compared to the preliminary study.
PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE DI EKOWISATA HUTAN MANGROVE KELURAHAN OESAPA BARAT, KOTA KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR Roni Haposan Sipayung; Lusia Sulo Marimpan; Fadlan Pramatana; Pamona Silvia Sinaga; I Gede Semarabawa
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 3 (2024): Volume 5 No. 3 Tahun 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v5i3.29735

Abstract

Ekosistem mangrove saat ini menjadi fokus pengembangan yang sangat penting untuk mengatasi perubahan iklim. Salah satu aplikasi pemanfaatan ekosistem mangrove adalah melalui kebijakan blue carbon (karbon biru). Di Indonesia ekosistem mangrove memiliki peranan yang paling besar dalam penyerapan karbon karena sekitar 17 persen karbon dunia berada di daerah pesisir pulau-pulau yang ada di Indonesia. Selain peranannya terhadap penyerapan karbon dunia, pemanfaatan ekosistem mangrove juga dapat berupa rekreasi/ekowisata, peningkatan produk ekonomi, dan pemanfaatan jasa lingkungan lainnya. Ekosistem Mangrove Kelurahan Oesapa Barat, Kota Kupang saat ini masih dimanfaatkan hanya sebagai tujuan wisata padahal potensi pemanfaatan yang dimiliki di dalamnya sangat banyak. Pengabdian ini bertujuan untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang tinggal di daerah ekosistem mangrove Kelurahan Oesapa Barat terkait dengan pemanfaatan ekosistem mangrove dan potensi yang ada di dalamnya. Metode penyuluhan kepada masyarakat dilakukan dengan menggunakan metode focus group discussion mengenai  pengelolaan ekosistem mangrove dengan materi seperti pemanfaatan ekosistem mangrove dan pengenalan produk-produk ekonomi mangrove. Penyuluhan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan yang baru kepada masyarakat dalam memanfaatkan ekosistem mangrove sehingga bukan hanya jasa ekologisnya/jasa lingkungan saja yang dapat dioptimalkan namun juga secara ekonomi membantu kesejahteraan masyarakat sekitar ekosistem mangrove Kelurahan Oesapa Barat, Kota Kupang.