Articles
PENGELUARAN KONSUMSI
Baihaqi, Wazin
ALQALAM Vol 20 No 96 (2003): January - March 2003
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1315.691 KB)
|
DOI: 10.32678/alqalam.v20i96.650
Berbeda dengan ekonomi sekuler yang bersandar pada positivisme yang bebas nilai, ekonomi Islam justru bersandar pada serangkaian aturan etik yang terdapat dalam Al Qur'an. Tetapi ekonomi Islam bukan semata-mata ekonomi normatif. Perangkat hukum melalui ijma dan qiyas mampu menterjemahkan konsep ekonomi dalam Al Quran ke dalam bentuk yang lebih operasional. Dengan demikian konsep ekonomi yang lebih operasional ini pun tidak melepaskan diri dari pengamatan-pengamatan objektif sesuai jaman.Selain mengatur aspek-aspek produksi dan sirkulasi, ekonomi Islam pun mengatur aspek-aspek konsumsi. Khusus mengenai pengeluaran konsumsi, Islam melarang perbuatan mubazir (boros) dan bakhil (kikir) serta menganjurkan pengeluaran komumsi yang pertengahan dan sederhana. Anjuran dan larangan tentang pengeluaran komsumsi ini tidak hanya berpengaruh terhadap kehidupan setiap manusia secara individual tetapi juga berpengaruh terhadap kondisi ekonomi masyarakat secara lebih luas, seperti pada proses produksi, tersedianya lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi.Rangsang kognitif mempengaruhi pembentukan sikap dan perilaku. Artinya setiap pengetahuan yang dimiliki dan kemudian dipahami individu akan berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan perilakunya. Karena itu agar terhindar dan perbuatan mubazir dan bakhil, maka setiap muslim perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mkup tentang pengeluaran konsumsi menurut etika ekonomi Islam.Kata kunci: Konsumsi, Etika, Ekonomi, Islam
PENGARUH KONTRIBUSI PRODUK SYARIAH TERHADAP PERTUMBUHAN ASET PADA PERUSAHAAN ASURANSI DI INDONESIA 2012-2018
Muhyani Muhyani;
Wazin Baihaqi
Syar'Insurance: Jurnal Asuransi Syariah Vol 5 No 2 (2019): December 2019
Publisher : UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32678/sijas.v5i2.2685
The formulation of the problems in this study are: 1). How does the contribution of the product affect the growth of sharia insurance company assets in Indonesia? 2). How much influence does the product's contribution have on the growth of sharia insurance company assets in Indonesia? The purpose of this study are 1). To analyze the effect of product contributions on the growth of sharia insurance company assets in Indonesia.2). To measure how much influence the contribution of Islamic products to the growth of insurance company assets in Indonesia .. The method used in this study is a quantitative method that uses a classic assumption test, hypothesis testing, correlation coefficient test, and coefficient of determination test. The data used are secondary data. Based on the results of the T Test, the value of t calculated product contributions can be -0.501 smaller than t table 2.0345 thus there is no significant effect between the contribution of products to asset growth. While the value of R2 0.009 or (0.9%) which means that the contribution of the product affects the growth of assets by 0.09% while the remaining 99.1% is influenced by other factors not examined in this study.
WANITA BEKERJA
Wazin Wazin
Al Qalam Vol 11 No 58 (1996): Januari - Februari 1996
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (757.692 KB)
|
DOI: 10.32678/alqalam.v11i58.708
Wanita Bekerja (Suatu Tinjauan Fenomenologis Fiqh Munakahat)
PENGARUH ISLAM TERHADAP KEKUASAAN POLITIK DI INDONESIA
Wazin Baihaqi
Al Qalam Vol 22 No 1 (2005): January - April 2005
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (805.531 KB)
|
DOI: 10.32678/alqalam.v22i1.1437
Ada tiga fase perkembangan Islam yang dijelaskan dalam tulisan ini. Pertama tetang masuknya Islam ke Indonesia. Pada fase ini Islam sebagai sebuah ide baru di Nusantara mendapatkan tempatnya tidak hanya sebagai agama yang kemudian dianut oleh penduduk asli, tetapi juga mengubah lembaga politik yang semula berbentuk kerajaan bercorak Hindu menjadi bentuk kerajaan yang bercorak Islam. Fase kedua tentang bagaimana Islam bereaksi terhadap kolonialisme yang masuk ke Indonesia. Perlawanan terhadap kolonialisme dilakukan oleh kelompok Islam selama 3,5 abad. Gerakan perlawanan yang semula bersifat sporadis kemudian berkembang menjadi gerakan politik yang lebih modern karena bangkitnya kesadaran dari kelompok terpelajar Islam yang disebut dengan urban Islam (Islam perkotaan). Di tengah kebijakan-kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang menghambat perkembangan dan pelaksanaan syari'at Islam, kelompok Islam bersikap defensif (bertahan) dan bahkan terus berkembang higga Islam tetap sebagai agama mayoritas penduduk Indonesia. Fase ketiga tentang bagaimana kelompok Islam bersikap pro aktif terhadap persiapan pembentukan negara pasca kemerdekaan. Para tokoh nasionalis islami berusaha untuk menetapkan Islam sebagai asas kehidupan bernegara dan berbangsa setelah pada akhirnya harus berkompromi dengan heterogintas masyarakat Indonesia. Kata Kunci: Islam, Indonesia, politik, sejarah
TANGGUNGJAWAB ILMUWAN MUSLIM DALAM MASYARAKAT
Wazin Baihaqi
Al Qalam Vol 19 No 92 (2002): January - March 2002
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1039.743 KB)
|
DOI: 10.32678/alqalam.v19i92.1445
Tidak semua pengetahuan memenuhi kaidah-kaidah ilmiah. Pengetahuan ilmiah memiliki kriteria tertentu seperti pengetahuan (knowledge), tersusun secara sistematis, menggunakan pemikiran dan dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain (obyektif). Dalam kerangka filsaf ilmu, sebuah pengetahuan dapat disebut pengetahuan ilmiah (science) apabila memenuhi aspek-aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis. Karena itu seorang ilmuwan adalah orang yang mampu menyelami dunia pengetahuan ilmiah dengan mengikuti kaidah-kaidah keilmuan yang telah ditetapkan, terutama dalam menggali dan memperoleh data. Jelas sekali bahwa pengetahuan ilmiah mengandalkan kekuatan logika dan hanya membatasi diri pada gejala-gejala konkrit yang dapat diindera oleh manusia.Seorang ilmuwan tidak hanya menunjukan sebuah kemampuan berfikir logis dan argumentatif, tetapi ia memiliki sebuah pandangan tentang bagaimana ilmu tersebut digunakan. Beberapa ilmuwan memilih sikap netral dan menyerahkan penggunaan ilmu pengetahuan sesuai keinginan dan kebutuhan masyarakat. Kelompok ilmuwan lain memilih untuk memiliki sikap formal dengan memperhitungkan kegunaan ilmu pengetahuan tersebut dengan nilai-nilai kemanusiaan, mempertimbangkan kelestarian alam dal memiliki pertimbangan kelestariannya. Ilmuwan memiliki tanggung jawab terhadap profesinya untuk senantiasa prefesional dan loyal terhadap asas-asas profesi seperti kejujuran, obyektif, kritis dan rasional. Selain itu ilmuwan memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat untuk senantiasa tertarik dengan permasalahan masyarakat dan dengan kemampuannya membangun masyarakat tersebut. Untuk itu perlu dibina komunikasi yang baik antara ilmuwan dan masyarakat.Dalam pembahasan ini dirumuskan pula bagaimana idealnya ilmuwan muslim itu. Terdapat istilah ulil albab dan rausyanfikr untuk menunjukkan mentalitas ilmuwan muslim ideal Dijelaskan pula dalam tulisan ini bagaiman AlÂQuran justru menuntun manusia pada cara-cara benalar untuk mencapai kebenaran dan menyandingkannya dengan keimanan, sehingga untuk ilmuwan muslim tidaklah mungkin memisahkan antara ilmu dan iman. Karena itu ilmuwan muslim tidak semata-mata mengakui kebenaran yang dihasilkan dari fakta-fakta obyektif yang dapat diuji kritis tetapi juga memiliki keterikatan terhadap nilai-nilai agama. Sehingga dalam mengamalkan ilmunya, ilmuwan muslim mempertimbangkan apakah pemanfaatan ilmu tersebut sesuai dengan etika Islam ?
Pemikiran M. Natsir Tentang Dakwah Islam
Wazin Baihaqi
Tsaqofah Vol 1 No 2 (2003): June 2003
Publisher : Departement of History and Islamic Civilization, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32678/tsaqofah.v1i2.3475
M Natsir adalah tokoh seorang tokoh fenomenal yang dikenal sebagai birokrat, politisi dan dai ternama. Kiprahnya di dunia politik dilakukan terutama pada masa pendudukan Jepang sampai pada masa orde lama.