Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Formulasi dan Karakterisasi Nanoemulsi Ekstrak Etanol Buah Wualae (Etlingera Elatior (Jack) R.M. Smith): Formulation and Characterization of Nanoemulsion Ethanol Extract of Wualae (Etlingera Elatior (Jack) R.M. Smith) Wa Ode Sitti Zubaydah; Astrid Indalifiany; Yamin; Suryani; Dian Munasari; Muhammad Handoyo Sahumena; Sitti Raodah Nurul Jannah
Lansau: Jurnal Ilmu Kefarmasian Vol. 1 No. 1 (2023): Lansau: Edisi April 2023
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lansau.v1i1.4

Abstract

Wualae (Etlingera elatior (Jack) R.M. Smith) has a high flavonoid content, so it has the potential as an antioxidant and can be used in drug delivery systems, namely nanoemulsions. Nanoemulsions can improve absorption, help dissolve lipophilic drugs and increase bioavailability. This study aims to determine the formulation and characterization of wualae nanoemulsion. The research method used is a low-energy emulsification method. The nanoemulsion is formulated into four formulas with a concentration ratio of tween 80 and PEG 400, namely 50%: 30% (F1), 50%: 10% (F2), 10%: 30% (F3), and 10%: 10% (F4). The characterizations included organoleptic tests, nanoemulsion type tests, viscosity tests, transmittance tests, particle size tests, polydispersity index tests, potential zeta and physical tests, and centrifugation and cycling tests. The results obtained sequentially are F1 has a characteristic odour of clear yellow, type of oil-in-water nanoemulsion, 150 cPa.s, 99%, 14.56 ± 0.666 nm, 0.061 ± 0.017, 1.453 ± 1.23 mV and is stable in the test. F2 has a characteristic odour of clear yellow colour, oil-in-water nanoemulsion type, 900 cPa.s, 97.2%, 13.8 ± 0.781 nm, 0.126 ± 0.066, -5.503 ± 0.57 mV and is stable in difficult tests. F3 has a dirty white type of nanoemulsion oil in 9.5 cPa and is unstable in typical tests. F4 has a characteristic odour of cloudy white colour, oil-in-water nanoemulsion type, 6 cPa.s and is inconsistent in stability testing. Based on the data above, the best wualae fruit extract nanoemulsion formulation is formula 1.
Penentuan Toksisitas Akut Ekstrak dan Fraksi Daun Maja (Aegle Marmelos L.) dan Identifikasi Gugus Fungsi Irvan Anwar; Yamin; Parawansah; Sabarudin; Rachma Malina; Vica Aspadiah; Loly Subhiaty Idrus; Nadiya Mutmainnah
Lansau: Jurnal Ilmu Kefarmasian Vol. 1 No. 2 (2023): Lansau: Edisi Oktober 2023
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lansau.v1i2.17

Abstract

Daun maja (Aegle marmelos L.) adalah tanaman yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional dan dikenal memiliki banyak metabolit sekunder. Dilakukan pengujian toksisitas untuk menilai keamanan tanaman yang digunakan sebagai bahan obat. Pengujian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak beracun yang muncul dalam kurun waktu 24 jam setelah pemberian bahan/zat uji. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas akut, kadar total fenolik dan flavonoid, serta identifikasi gugus fungsi pada fraksi n-heksan daun maja (Aegle marmelos L.). Pengujian toksisitas akut dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), penentuan kadar total fenolik dan flavonoid menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan identifikasi gugus menggunakan spektrofotometri Fourier-Transform Infra Red. Nilai LC50 ekstrak methanol dan fraksi n-heksana dalam penelitian ini berturut-turut adalah 771,19 dan 772,77 ppm, yang artinya ekstrak dan fraksi daun maja bersifat toksik dilihat dari nilai LC50< 1000 ppm. Pada pengukuran kadar fenolik dan flavonoid total fraksi n-heksan memiliki kadar paling tinggi berturut-turut yaitu 312,10 dan 296,90 mgEQ/g. Hasil pengujian identifikasi gugus fungsi pada daun maja berdasarkan spektra FTIR menunjukkan keberagaman jenis gugus fungsi. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu daun maja (Aegle marmelos L.) mengandung komponen kimia yang berkontribusi terhadap toksisitasnya, dan dikategorikan medium toksik (≤1,000 mg/L).
PENYULUHAN PENCEGAHAN STUNTING BAGI MASYARAKAT UNTUK PERTUMBUHAN OPTIMAL ANAK DI KECAMATAN SOROPIA, KABUPATEN KONAWE Yamin; Dian Munasari Solo; Sabarudin; Arfan; Sitti Raodah Nurul Jannah; Nurull Hikmah; La Ode Nggawu; La Ode Muhammad Fitrawan
Mosiraha: Jurnal Pengabdian Farmasi Vol. 2 No. 1 (2024): Edisi April 2024
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/mosiraha.v2i1.35

Abstract

Stunting merupakan kondisi pertumbuhan terhambat pada anak akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada periode seribu hari pertama kehidupan (mulai dari kehamilan hingga usia 2 tahun). Stunting ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari standar yang seharusnya pada usia tertentu. Penyuluhan pencegahan stunting harus terus dilakukan, karena angka stunting di Indonesia khususnya kabupaten Konawe masih terbilang tinggi. Menurut data SSGI (Survei Status Gizi Indoensia) tahun 2021, angka stunting di kabupaten Konawe mencapai 26,2%. Pencegahan stunting dimulai sejak sebelum ibu melahirkan sampai anak berusia 2 tahun. Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya stunting yang perlu diketahui oleh masyarakat. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan kesadaran, pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat dalam upaya pencegahan stunting pada anak untuk mewujudkan pertumbuhan optimal anak. Lokasi pengabdian ini dilakukan di desa Soropia dan desa Waworaha, kecamatan Soropia, kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara dengan target penyuluhan kelompok masyarakat di desa tersebut. Kegiatan ini dilakukan dengan metode ceramah, pemberian leaflet dan brosur, booklet serta diskusi tanya jawab dengan peserta kegiatan pengabdian yang berjumlah 50 orang. Materi yang disampaikan terkait stunting, faktor penyebab, ciri-ciri stunting, dampak, pencegahan dan cara penanganan stunting.