Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Pendas : Jurnah Ilmiah Pendidikan Dasar

PENGGUNAAN MODEL SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE (SSCS) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN SUMEDANG UTARA Sri Rezeki, Neneng; Saepurokhman, Asep; Budiman, Arip
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Vol. 10 No. 03 (2025): Volume 10 No. 03 September 2025 Terbit
Publisher : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23969/jp.v10i03.32897

Abstract

Writing descriptive text is the art of depicting or describing an object or phenomenon in vivid detail, with the primary goal of conveying the author's experience to the reader. This means the writer acts as the reader's "eyes," observing visual details directly and then translating them into words. More than simply informing, the writer strives to stimulate the reader's imagination and senses, so they can see, hear, or feel the object being described for themselves, even if they have never witnessed it in person. Based on field observations, students experience difficulty developing ideas or concepts, lack attractive designs, and lack writing skills. This is due to the lack of variety in the learning models implemented by teachers. This study aims to describe the learning outcomes of writing descriptive text using the Search, Solve, Create, and Share (SSCS) learning model for fifth-grade elementary school students in North Sumedang District, Sumedang Regency, in the 2025/2026 academic year. Therefore, the instruments used were teaching modules, observation sheets, tests, and student learning motivation questionnaires. The method used in this study was a quasi-experimental approach with qualitative and quantitative analysis. Based on data analysis, the success rate of poster writing learning using the SSCS model in the three sample classes is categorized as high. This is evidenced by the z-test calculation results, which show a calculated Z of -0.51, while the z-table for a 1% significance level is 2.33. Comparing the calculated Z values, it is found that the calculated Z values ​​lie within the range of -z to z. Because the calculated Z values ​​lie within the range of -z0.4900 to z0.4900 (-2.33 < -0.51 < 2.33), the hypothesis proposed in this study is accepted. Thus, the learning outcomes of poetry writing using the Search, Solve, Create, and Share (SSCS) learning model for fifth-grade elementary school students in North Sumedang District in the 2025/2026 academic year are categorized as high.    
CITRA PAHLAWAN DALAM TOKOH CERITA RAKYAT “CIUNG WANARA” DAN RELEVANSINYA SEBAGAI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Nurdiantini; Budiman, Arip; Sukmana, Ece
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Vol. 10 No. 03 (2025): Volume 10 No. 03 September 2025
Publisher : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23969/jp.v10i03.32948

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan citra pahlawan dalam cerita rakyat Ciung Wanara serta relevansinya terhadap penguatan pendidikan karakter di sekolah. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan analisis isi. Tahapan analisis meliputi pemilihan cerita Ciung Wanara, identifikasi struktur naratif dengan teori Propp, telaah perjalanan tokoh melalui kerangka The Hero’s Journey Campbell, interpretasi citra pahlawan dengan delapan klaster Goethals dan Allison, serta kategorisasi nilai karakter sesuai dimensi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ciung Wanara digambarkan sebagai sosok pahlawan yang berani, tangguh, bijaksana, adil, dan berbakti. Karakter tersebut sesuai dengan nilai karakter PPK, yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotongroyong, dan integritas. Citra pahlawan dalam cerita tidak hanya merefleksikan idealisme moral masyarakat Sunda, tetapi juga dapat dijadikan teladan konkret bagi peserta didik. Dengan demikian, Ciung Wanara memiliki nilai strategis sebagai media pembelajaran. Integrasi cerita rakyat ini di sekolah mampu memperkuat pendidikan karakter, menumbuhkan rasa cinta tanah air, dan memperkokoh identitas budaya bangsa.
KARAKTERISTIK MANTRA DI KECAMATAN RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG Noer Fatonah, Siti Saleha; Budiman, Arip; Sukmana, Ece
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Vol. 10 No. 03 (2025): Volume 10 No. 3 September 2025 In Order
Publisher : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23969/jp.v10i03.32950

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik mantra yang digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang. Fokus kajian terbatas pada lima jenis mantra, yaitu pengasihan/ asihan, pengobatan/ jampe, tatacara, kekuatan/ ajian dan Tolak Malapetaka/ singlar.. Analisis dilakukan melalui perspektif semiotik dan psikoanalisis dengan mengacu pada empat tokoh: Michael Riffaterre (heuristik dan hermeneutik), Roland Barthes (denotasi, konotasi, dan mitos), Charles Sanders Peirce (ikon, indeks, simbol), serta Sigmund Freud (simbolisme dan alam bawah sadar). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi teks mantra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mantra di Rancakalong memiliki ciri khas dalam struktur bahasa berupa repetisi, diksi simbolik, dan metafora yang berfungsi sebagai media spiritual, sosial, dan estetis. Analisis semiotik memperlihatkan bahwa setiap mantra memuat makna berlapis, mulai dari makna literal hingga simbolisme budaya dan mitologis. Analisis psikoanalisis menyingkap adanya simbol-simbol bawah sadar yang berkaitan dengan rasa takut, harapan, dan keyakinan masyarakat terhadap kekuatan adikodrati. Selain fungsi praktis, mantra juga berperan dalam pewarisan nilai-nilai kearifan lokal Sunda. Hasil kajian ini direkomendasikan sebagai bahan ajar sastra lisan dalam pendidikan, sehingga dapat memperkaya pemahaman siswa terhadap tradisi dan identitas budaya lokal.