Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Review: asam bongkrek, toksin bakteri dari tempe bongkrek Mufti Ghaffar
Nutrition Scientific Journal Vol 2, No 1 (2023)
Publisher : Program Studi Gizi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37058/nsj.v2i1.7486

Abstract

ABSTRACTIn Indonesia tempe bongkrek has been known to cause poisoning, and extraordinary incidents have occurred as a result of its consumption. The toxin that comes from tempe is bongkrekic acid. The purpose of writing this article is to summarize what is known about bongkrekic acid, its sources, production, poisoning, and prevention of exposure to bongkrekic acid. Tempe bongkrek can cause food poisoning caused by bongkrekic acid. Bongkrekic acid is a mitochondrial toxic compound produced by the bacterium Burkholderia gladioli pathovar cocovenenans. B. Gladioli produce the toxic compounds toxoflavin and bongkrekic acid. Bongkrekic acid contamination usually occurs when coconut-based food products, such as tempe bongkrek, are prepared under unhygienic conditions or stored improperly. Bongkrekic acid is very toxic and can cause poisoning in humans and animals. Intoxication caused by consuming contaminated tempe bongkrek can occur very quickly within 1-10 hours. This acid primarily affects the liver, causing liver damage, organ failure, and often leading to death. Prevention can use calincing leaves, adding NaCL, and drying.Keywords: bacterial toxin, bongkrekik acid, foodborne, tempe bongkrek  ABSTRAKDi Indonesia tempe bongkrek telah diketahui dapat menyebabkan keracunan, dan telah terjadi kejadian luar biasa akibat pengonsumsiannya. Toksin yang berasal dari tempe ini adalah asam bongkrek. Tujuan penulisan artikel ini adalah merangkum apa yang telah diketahui mengenai asam bongkrek, sumber, produksi, keracunan, dan pencegahan terpapar asam bongkrek. Tempe bongkrek dapat menyebabkan keracunan makanan yang disebabkan oleh asam bongkrek. Asam bongkrek merupakan salah satu senyawa toksik mitokondrial yang dihasilkan oleh bakteri Burkholderia gladioli pathovar cocovenenans. B. Gladioli menghasilkan senyawa beracun toksoflavin dan asam bongkrek. Kontaminasi asam bongkrek biasanya terjadi saat produk makanan berbasis kelapa, seperti tempe bongkrek, disiapkan dalam kondisi tidak higienis atau disimpan secara tidak tepat. Asam bongkrek sangat beracun dan dapat menyebabkan keracunan pada manusia dan hewan. Intoksikasi yang disebabkan mengonsumsi tempe bongkrek terkontaminasi dapat terjadi sangat cepat dalam kurun waktu 1-10 jam. Asam ini terutama mempengaruhi hati, menyebabkan kerusakan hati, kegagalan organ, dan seringkali berujung pada kematian. Pencegahan dapat menggunakan daun calincing, penambahan NaCL, dan pengeringan. Kata kunci: asam bongkrek, penyakit bawaan makanan, tempe bongkrek, toksin bakteri
Karakteristik Organoleptik Brownis Berbahan Tepung Komposit Terigu dan Ubi Jalar Kuning Ghaffar, Mufti; Nurhamzah, Lutfi Yulmiftiyanto
Jurnal Teknologi dan Mutu Pangan Vol 3 No 1 (2024): JTMP: Jurnal Teknologi dan Mutu Pangan
Publisher : Universitas Bumigora

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30812/jtmp.v3i1.4247

Abstract

Brownis are a cake product that is widely consumed by the public, and is prepared traditionally. Brownis tend to contain unbalanced nutrients. So it is considered a food that has little health benefits. One way to increase the nutritional value of Brownis is to substitute other ingredients that have complete nutritional content, namely yellow sweet potato flour. It is known that yellow sweet potatoes contain carbohydrates, minerals, antioxidants and fiber. This research aims to determine the effect of the percentage of yellow sweet potato on organoleptic test results in terms of color, aroma, taste, texture and appearance. The method used is the hedonic test to determine the level of preference and the best formulation. The hedonic scale uses a score of 1: dislike very much, 2: dislike, 3: neutral, 4: like, and 5: like very much. Formulation of brownie products with substitution percentages for yellow sweet potato, namely 0%, 25% and 50%. Based on the research results, the 25% yellow sweet potato flour substitution formulation was the product most preferred by panelists based on the hedonic value of taste, texture, appearance and color. So it can be concluded that the brownie product with the addition of 25% yellow sweet potato is the best formulation in this study. This research contributes to providing practical solutions to improve the nutritional value of brownis products.
KARAKTERISTIK BISKUIT SUBSTITUSI TEPUNG UMBI GANYONG (Canna discolor)DAN TEPUNG IKAN GABUS (Channa striata) SEBAGAI CAMILAN SEHAT BALITA Lutfi Yulmiftiyanto Nurhamzah; Mufti Ghaffar; Yana Listyawardhani
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol. 9 No. 6 (2024): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63071/aeeqt260

Abstract

Selain rasa yang lezat, salah satu hal yang penting dalam pengembangan produk biskuit yaitu kandungan nutrisinya. Ikan gabus merupakan ikan air tawar yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku pangan karena mengandung protein cukup tinggi. Umbi ganyong diketahui mengandung karbohidrat yang tinggi, sehingga baik digunakan untuk bahan utama produk pangan yang tinggi energi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sensori dan nilai gizi biskuit substitusi tepung ikan gabus dan tepung umbi ganyong sebagai camilan sehat balita. Pada penelitian ini terdapat 3 formulasi perlakuan dengan persentase berdasarkan jumlah tepung ikan gabus dan tepung umbi ganyong yaitu F1 (tepung ikan gabus 15% : tepung umbi ganyong 25%), F2 (20% : 20%), dan F3 (25% : 15%). Sedangkan untuk perlakuan kontrol (F0) menggunakan persentase 100% tepung terigu. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA) dilanjutkan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95% (α=0,05). Hasil uji organoleptik biskuit substitusi tepung ikan gabus dan tepung umbi ganyong memiliki rata-rata kesukaan aspek warna sebesar 3,00 – 4,20, aroma sebesar 2,29 – 4,37, rasa sebesar 2,46 – 3,94, dan tekstur sebesar 2,80 – 3,89. Biskuit dengan perlakuan terbaik mengandung kadar air 7,25%, kadar abu 5,44%, kadar lemak 19,65%, kadar protein 13,06%, kadar karbohidrat 52,66%, kadar serat kasar 1,94% yang sudah memenuhi standar SNI SNI 01-7111.2-2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biskuit yang dibuat dapat dijadikan sebagai camilan sehat balita