Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

KAJIAN KADAR ASPAL HASIL EKSTRAKSI PENGHAMPARAN CAMPURAN AC-WC GRADASI KASAR DENGAN JOB MIX FORMULA Anggraini, Muthia; Wiyono, Sugeng; Wanim, Arhan
Proceedings ACES (Annual Civil Engineering Seminar) Vol 1 (2015): Annual Civil Engineering Seminar (ACES)
Publisher : Proceedings ACES (Annual Civil Engineering Seminar)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dengan dikeluarkan spesifikasi umum 2010 (revisi 2) Direktoral Jendral Bina Marga, dimana sistempembayaran aspal dilakukan secara terpisah antara pembayaran aspal dengan pembayaran agregat.Kehilangan hasil ekstraksi kadar aspal menjadi permasalahan dilapangan bagi pihak pelaksanapekerjaan. Tujuan dari penelitian ini adalah: membandingkan kadar aspal hasil ekstraksi di AMP, saatpenghamparan (di belakang asphalt finisher) dan setelah pemadatan lapangan dengan kadar aspalJMF, dan pengaruh filler terhadap kadar aspal hasil ekstraksi, membandingkan pengaruh penggunaanpertamax plus sebagai pelarut dalam ekstraksi kadar aspal, dibanding dengan menggunakan bensinpada agregat quarry yang sama. Metode yang digunakan dengan cara ekstraksi menggunakan alatcentrifuge extractor dan pertamax plus sebagai pelarutnya. Berdasarkan hasil penelitian terjadipenurunan hasil ekstraksi dengan nilai di AMP 5,54%, di belakang finisher 5,47%, dari core 5,36%dengan kadar aspal JMF 5,56%, dengan deviasi di AMP -0,02%, di belakang finisher -0,09%, dancore -0,2%, tetapi masih memenuhi syarat spesifikasi 2010 revisi 2 yaitu ± 0,3%. Dan nilai fillersetelah ekstraksi mengalami peningkatan dari nilai filler JMF dengan nilai rata-rata deviasi 1,35%.Dengan menggunakan pelarut pertamax plus lebih menghasilkan kadar aspal yang lebih banyak daribensin, dimana kadar aspal rata-rata dengan pelarut bensin dari AMP 5,51%, di belakang finisher5,46%, dari core 5,34%. Dengan deviasinya -0,03% pada AMP, -0,01% di belakang finisher, dan -0,02% dari core. Dari pengujian perbandingan hasil ekstraksi dapat disimpulkan kadar aspal dariAMP lebih besar dari finisher, dan lebih besar dari core, dan kadar filler menjadi bertambah setelahekstraksi. Ini membuktikan bahwa aspal masih meresap kedalam pori agegat. Dengan pelarutpertamax plus lebih banyak melarutkan aspal dibandingkan dengan bensin. Sehingga disarankan untukmenggunakan pelarut yang mengandung oktan yang lebih tinggi dari pertamax plus sebagai bahanekstraksi.Kata kunci: Ekstraksi Kadar Aspal, Filler, Pelarut Pertamax Plus
PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH DI KAWASAN PERUMAHAN JALAN PADAT KARYA KELURAHAN UMBAN SARI KECAMATAN RUMBAI DENGAN METODE FILTRASI KARBON AKTIF Vega Ervina Lase; Virgo Trisep Haris; Muthia Anggraini
Prokons: Jurnal Teknik Sipil Vol 16, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/prokons.v16i1.355

Abstract

AbstractWater is one of the basic human needs in meeting daily needs. Groundwater around the residential area on the labor-intensive road, Urban Sari sub-district, Rumbai sub-district has poor water conditions. This can be proven by the release of cloudy and rusty water. One of the water treatment efforts that can be done is by using a filtration process using activated carbon as a filtration material with the type of filtration media, namely single media. The purpose of this study was to determine the decrease in the parameters of turbidity, pH, total dissolved solids (TDS) using activated carbon media of palm shells, coconut shells, sawdust, and rice husks on water quality based on Minister of Health Regulation No.492 of 2010. The method used is the filtration method with a simple filtration device with a diameter of 4 inches and a length of 80 cm, and the thickness of each activated carbon is 30 cm and the filtration process with three filtration times, namely 2 hours, 4 hours, and 6 hours. The results showed that the four variations of activated carbon were proven to be able to improve water quality. The best-activated carbon in improving water quality from the turbidity parameter is sawdust activated carbon with a decreasing percentage of 75.09%, for pH and TDS parameters, namely rice husk activated carbon with a pH of 14.45%, and a TDS of 73.35 %. In conclusion, from the four variations of activated carbon, the best in improving water quality is the turbidity parameter, namely sawdust activated carbon, for the pH parameter, namely rice husk activated carbon, for the TDS parameter, coconut shell activated carbon.Keywords: Activated Carbon, Turbidity, pH, Total Dissolved Solids
Stabilisasi Tanah Gambut Dengan Kapur Terhadap Nilai California Beraring Ratio (CBR) Muthia Anggraini; Mitra Sari; Fadrizal Lubis
Jurnal Teknik Sipil dan Teknologi Konstruksi Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Teknik Sipil & Teknologi Konstruksi
Publisher : Universitas Teuku Umar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1166.719 KB) | DOI: 10.35308/jts-utu.v7i2.3902

Abstract

The sontang-duri cross road is a causeway that is often traversed by large trucks. The problem that occurs is that the road construction has been destroyed, because this road has a subgrade of peat, where peat soil is considered to be less profitable soil if used as the basis of a road construction. Peat soil has low soil bearing capacity, high water content and high compressibility. The purpose of this study was to determine the percentage value of the California Bearing Ratio (CBR) peat soil stabilized using lime using variations of 5%, 10%, and 15%. The method used for this problem is to carry out chemical stabilization with the mixture of lime. From the results of the tests that have been carried out, the original soil CBR value of 95% maximum dry density was obtained at 1.40%. The addition of lime to peat soil with variations of 5%, 10%, and 15% increased the CBR value. The increase that reaches the requirements to be used as a road subgrade is in the variation of 15%, with a CBR value of 8%. The requirement to be used as a road subgrade is based on the bina marga specification of 6% so it can be concluded that the addition of lime for peat soil stabilization can increase the CBR value.
The Drainage Design on Umban Sari Street from STA 0+500 until STA 0+750 Rumbai Sub-District Pekanbaru City Fadli Gunawan; Virgo Trisep Haris; Muthia Anggraini
JURNAL TEKNIK Vol. 14 No. 2 (2020): Edisi Oktober 2020
Publisher : JURNAL TEKNIK UNILAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/teknik.v14i2.4528

Abstract

Drainage is an important part of city building. Drainage’s function is to channel the water stream in order to prevent pudde on road surface which will harm the road construction. Therefore, an adequate drainage is needed to contain the rainwater and waste discharge and channel it to the sewer. The purpose of this research is to calculate the appropriate and adequate canal drainage capacity and dimension so that puddles and floods will less likely to happen in the next 10 years on the research sector. Methods used is gumbel, arithmetic and rational. The result of research is economical section’s trapezoidal drainage design which dimension needed is H = 1,14 m. B = 1,41 m, T = 2,55 m and w = 0,75 m. Therefore can be concluded that designed drainage capacity plan on sector Umban Sari street is capable to contain rainwater discharge, because it adjusted to total discharge plan of 0,55509 m3/s and total discharge plan of 0,246 m/s. The suggestion from this research so that this planned drainage can function optimally is all party concerned will have to maintenance the drainage periodically, by doing checking, cleaning and not littering.
PERENCANAAN DIMENSI EKONOMIS SALURAN PRIMER DAERAH IRIGASI (DI) BUNGA RAYA Virgo Trisep Haris; Alfian Saleh; Muthia Anggraini
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol. 2 No. 1 (2016)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/siklus.v2i1.294

Abstract

Tahun 2001 pemerintah membuka suatu wilayah transmigrasi di daerah Kecamatan Bunga Raya Kabupaten Siak Sri Indrapura Provinsi Riau. Pada tahun 2001 itu juga Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau membangun jaringan irigasi dengan memanfaatkan sumber air dari Sungai Siak Kecil dan Danau Tasik Air Hitam, yang kemudian daerah tersebut dinamakan Daerah Irigasi (DI) Bunga Raya. Saluran yang dibangun untuk mengairi daerah pertanaman pada DI Bunga Raya ini masih berupa saluran tanah. Kondisi tanah yang labil dan arus aliran air yang dapat membawa atau mengikis keliling basah saluran, lambat laun dapat mengakibatkan kondisi saluran menjadi rusak yang akhirnya akan berpengaruh pada debit aliran yang tentunya akan mengganggu penyaluran air untuk kebutuhan pertanaman. Saluran sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesesuaian antara kebutuhan dan suplai air, maka kondisi saluran perlu mendapat perhatian sebagai upaya untuk dapat mempertahankan keberlanjutan kegiatan bercocok tanam di DI Bunga Raya, sehingga pembukaan lahan pertanian di daerah tersebut dapat sesuai dengan rencana pemerintah untuk meningkatkan kehidupan masyarakat. Salah satu upaya untuk menjamin fungsi saluran adalah membuat saluran menjadi permanen, untuk itu perlu dilakukan perencanaan agar saluran memiliki dimensi ekonomis sesuai dengan debit yang diairkan. Dimana dari data didapat dimensi saluran yang ada tidak ekonomis, dan dimensi saluran yang ekonomisnya adalah lebar dasar saluran (b) 2,628 m serta ketinggian air disaluran (y) 3,17 m, lebar permukaan air (Ta) 8,968 m , dan lebar atas saluran (Ts) 10,468 m.
PENGARUH PENAMBAHAN ABU TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) TERHADAP NILAI PENETRASI INDEKS ASPAL PERTAMINA PEN.60/70 Alfian Saleh; Muthia Anggraini
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol. 2 No. 2 (2016)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/siklus.v2i2.353

Abstract

Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari serangkaian pengujian karakteristik aspal. Kemudian dilakukan analisis dan pembahasan. Pengambilan abu TKKS didapat dari TKKS yang baru diambil dan dibakar menjadi abu yang lolos saringan #200. Dalam pemeriksaan dilakukan dengan empat tahap. Tahap I untuk mencari karakteristik aspal 60/70. Tahap II untuk mencari kadar aspal optimum pada aspal 60/70. Tahap II untuk mencari kadar abu TKKS optimum dengan variasi kadar abu TKKS 0,0%, 1,0%, 2,0%, 3,0%, dan 4,0% terhadap kadar aspal optimum, sehingga didapat kadar abu TKKS optimum 1,5% terhadap kadar aspal optimum. Tahap III dilakukan pengujian penetrasi dan titik lembek aspal dengan penambahan abu TKKS kadar optimum sebesar 1,5% untuk mendapatkan nilai penetration index (PI). Tahap IV yaitu menganalisis nilai PI tanpa penambahan abu TKKS dan dengan penambahan abu TKKS. Sehingga dari hasil PI didapat abu TKKS bisa dimanfaatkan sebagai bahan tambah untuk campuran beton aspal walaupun mengalami penurunan nilai durabilitas namun masih dalam batas yang ditentukan ≥75% ini disebabkan karena pada pengujian penetrasi dan titik lembek aspal dengan penambahan abu TKKS kadar optimum mengalami penuruan yang menandakan aspal tersebut menjadi keras dan rentan terhadap perubahan temperatur karena abu TKKS banyak mengandung K2O yang bersifat mudah teroksidasi dan peka terhadap perubahan temperatur.
ANALISIS SAMBUNGAN SEKRUP PADA KONSTRUKSI RANGKA ATAP BAJA RINGAN MENURUT SNI 7971:2013 Widya Apriani; Fadrizal Lubis; Muthia Anggraini
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol. 3 No. 2 (2017)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/siklus.v3i2.380

Abstract

Kegagalan struktur rangka atap bangunan dengan material baja ringan atau baja canai dingin dapat terjadi oleh beberapa sebab, misalnya faktor perencanaan dan pelaksanaan. Pada tahun 2016 terjadi kegagalan struktur rangka atap pada suatu gedung di Pekanbaru yang mengakibatkan hampir keseluruhan rangka atap bangunan rubuh. Kegagalan yang terjadi pada sambungan dan tekuk di beberapa batang yang terjadi pada beberapa joint atau sambungan antara ringbalk beton dan rangka batang. Penelitian dilakukan dengan melakukan pemodelan rangka atap baja canai dingin menggunakan SAP 2000 untuk mengetahui gaya dalam struktur. selanjutnya dilakukan desain sambungan menurut SNI 7971:2013 tentang baja canai. Sambungan yang akan dianalisis merupakan sambungan rangka baja ringan dengan menggunakan self-drilling screw yang didesain menurut ketentuan SNI 7971:2013. Hasil penelitian menunjukkan terjadi kegagalan sambungan yang dipengaruhi oleh mode bearing, karena kapasitas geser desain yang diperoleh lebih besar dari kapasitas tariknya, sehingga jumlah sekrup yang digunakan lebih sedikit. Kapasitas sambungan pada kasus ini ditentukan oleh kapasitas geser sekrup. Desain kapasitas geser sedikit di atas gaya dalam maksimum yang bekerja. Sedangkan, kapasitas tarik profil jauh kapasitas geser yang bekerja. Sambungan cukup kuat menahan gaya-gaya dalam rangka baja ringan yang menahan kombinasi beban gravitasi dan beban angin, beban hujan, sehingga sambungan bukanlah menjadi penyebab terjadinya keruntuhan struktur rangka atap.
PENGARUH POROSITAS AGREGAT TERHADAP RONGGA DALAM CAMPURAN BERASPAL PANAS: Kadar Pori Agregat Muthia Anggraini
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol. 4 No. 1 (2018)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/siklus.v4i1.881

Abstract

Semua agregat memiliki pori, porositas agregat akan berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Perbedaan ini dapat dilihat dari hasil penyerapan agregat terhadap air. Agregat yang banyak digunakan untuk campuran AC-WC pada proyek pekerjaan jalan skala kecil yang ada di Riau adalah agregat dari quarry Koto Kampar, Ujung Batu, dan Pasir Pengaraian. Porositas agregat yang berbeda akan menghasilkan parameter Marshall yang berbeda pula. Salah satu parameter Marshall adalah rongga dalam campuran atau Void In Mix (VIM). Nilai VIM dalam campuran perkerasan menggambarkan kinerja dari perkerasan tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh porositas agregat terhadap rongga dalam campuran beraspal panas. Metode yang dilakukan adalah pengujian kadar pori agregat kasar dan halus, serta pengujian marshal. Nilai penyerapan air agregat Pasir Pangaraian adalah 0,635%, Ujung Batu 1,080%, dan Kota Kampar 1,125%. Dari pengujian Marshall didapat nilai VIM untuk agregat Pasir Pangaraian 4,16%, Ujung Batu 4,36%, dan Koto Kampar 4,80%. Kesimpulannya semakin kecil nilai penyerapan air agregat maka nilai VIM nya juga akan semakin kecil. Kata kunci : Agregat, Kadar pori, Marshall, nilai VIM Abstract All aggregates have pores, aggregate porosity will be different between one area and another. This difference can be seen from the results of aggregate absorption of water. Aggregates are widely used for mixed AC-WC on a small-scale road works project in Riau is an aggregate of quarry Koto Kampar, Ujung Batu, and Pasir Pengaraian. Different aggregate porosity will produce different Marshall parameters. One of the Marshall parameters is Void In Mix (VIM). VIM value in pavement mix describes the performance of the pavement. The purpose of this research to determine the effect of aggregate porosity on void in mix. The method used is the testing of pore aggregate coarse and fine, and marshall test. The value of water absorption of Pasir Pangaraian aggregate is 0,635%, Ujung batu 1,080%, ada Koto kampar 1,125%. From Marshall test the value VIM Pasir Pangaraian aggregate 4,16%, Ujung Batu 4,36%, and Koto kampar 4,80%. In conclusion the smaller value of aggregate water absorption, the VIM value will also be smaller. Keywords: Aggregate, pore content, Marshall, VIM value
KAJIAN PENGARUH SEBARAN TACK COAT TERHADAP KEKUATAN GESER PADA LAPISAN PERKERASAN JALAN Muthia Anggraini; Alfian Saleh; Hendri Rahmat
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol. 5 No. 1 (2019)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/siklus.v5i1.2366

Abstract

Pemeliharaan jalan pada perkerasan lentur dapat dilakukan dengan overlay. Overlay mengakibatkan perkerasan lentur menjadi beberapa lapisan material beraspal. Untuk melakukan overlay diberi lapisan tack coat antara lapisan lama dengan lapisan baru. Fungsi dari tack coat adalah sebagai perekat antar lapisan, selain itu juga untuk menahan gaya geser yang terjadi diantara lapis perkerasan akibat dari beban kendaraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku lekatan tack coat dengan variasi sebaran tack coat 0,25; 0,30; 0,35; dan 0,45 ltr/m² pada lapisan perkerasan jalan. Metodologi yang digunakan yaitu pengujian laboratorium dengan menggunakan alat uji geser langsung untuk menentukan kuat geser tack coat. Hasil penelitian menunjukkan nilai kuat geser meningkat sampai takaran tack coat 0,35 ltr/m², dan nilainya turun pada takaran 0,45 ltr/m². Kesimpulannya kuat geser pada lapisan perkerasan akan makin tinggi apabila jumlah takaran tack coat makin tinggi, dan kuat geser akan turun pada takaran 0,45 ltr/m².
Penambahan Abu Tandan Kelapa Sawit dan Semen Terhadap Nilai CBR (California Bearing Ratio) Pada Tanah Lempung Muthia Anggraini; Alfian Saleh
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol. 6 No. 1 (2020)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/siklus.v6i1.3772

Abstract

Membangun konstruksi jalan di Indonesia khususnya Provinsi Riau, permasalahan yang sering ditemui pada lahan yang memiliki subgrade dengan karakteristik lunak ataupun lempung. Kondisi seperti ini memiliki daya dukung rendah, akibatnya apabila konstruksi jalan dibangun diatasnya akan mengakibatkan terjadi kerusakan pada jalan karena terjadi penurunan tidak seragam. Salah satu cara mengatasi permasalan ini adalah dengan meningkatkan daya dukung tanah dengan cara stabilisasi tanah menggunaka Abu Tandan Sawit dan semen, sehingga dapat meningkatkan nilai California Bearing Ratio (CBR). Jenis Tanah yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanah lempung yang diambil pada daerah Danau Buatan Kota Pekanbaru. Abu Tandan Sawit didapat dari pembakar limbah tandan sawit dan semen didapat dari toko bangunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan 7,5% Abu Tandan Sawit dan 5%, 7,5%, dan 10% semen pada tanah lempung terhadap nilai CBR. Metode yang dilakukan yaitu pengujian laboratorium untuk mencari nilai CBR yang mengacu pada pengujian California Beraing Ratio (CBR) menggunakan SNI 03-1744-2008. Hasil yang didapat terjadi peningkatan nilai CBR, dimana nilai CBR terbesar pada variasi 7,5% Abu Tandan Sawit dan 10% semen sebesar 8,73% dengan selisih sebesar 5,02% dengan CBR tanah asli. Kesimpulannya pengaruh penambahan 7,5% Abu Tandan Sawit dan 5%, 7,5%, dan 10% semen pada tanah lempung dapat meningkatkan nilai CBR. Nilai CBR terbesar pada 7,5% Abu Tandan Sawit dan 10% Semen sebesar 8,73%. Nilai yang didapat memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (revisi 3) dimana nilai CBR > 6% pada perendaman 4 hari.