Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

yang Pergi dan yang Tinggal: Strategi Sipil Aceh Saat Konflik dalam Novel Arafat Nur Alpi Anwar Pulungan; Taufik Dermawan; Azizatuz Zahro’
Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra Vol. 9 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/onoma.v9i2.2692

Abstract

Strategi sipil Aceh membuktikan bahwa tidak ada pilihan yang mudah saat konflik berkepanjangan terjadi. Kendati pun faktor keamanan menjadi faktor terbesarpelarian, ternyata primordialisme (rasa senasib sepenanggungan) mampu mengalahkan faktor keamanan dan ekonomi. Penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra dan dibantu teori strategi sipil ini bertujuan untuk mengetahui strategi sipil Aceh dalam melalui konflik GAM-RI. Untuk mendapatkan data berupa kutipan teks novel yang memuat konsep pelarian, dukungan, dan suarawarga sipil saat terjadinya konflik dilakukan teknik kepustakaan, baca, dan catat. Teknik analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan, dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pelarian dimotivasi oleh faktor keamanan dan ekonomi sehingga warga sipil yang memilih menetap akan mengalami kendala di kedua faktor tersebut. (2) Mendukung GAM dimotivasi faktor cinta dan primordialisme, sedangkan mendukung aparat militer dimotivasi faktor keamanan dan ekonomi. Mendukung GAM berarti mendapatkan siksaan dari pihak militer dan mendukung militer berarti siap dimusuhi oleh mayoritas masyarakat sipil. (3) suara tidak terdengar karena tingginya represifitas militer. Bersuara dan memilih diam tetap mendapatkan berbagai tindakan kekerasan, bahkan bisa saja dibunuh. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa konflik sipil seringkali merugikan dan mengorbankan orang-orang yang tidak bersalah.
Noktah Merah di Serambi Mekah (Koflik Aceh dalam Tanah Surga Merah) Muh Fatoni Rohman; Alpi Anwar Pulungan
ALFABETA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya Vol 6 No 2 (2023): ALFABETA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya
Publisher : linguistic, literature, and teaching

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33503/alfabeta.v6i2.3505

Abstract

Sastra, seharusnya, tidak hanya berfungsi sebagai media hiburan dan alat kontemplasi individu saja. Sastra juga harus mampu memantik pergerakan kritis kreatif, terutama guna menyikapi kondisi sosial masyarakat hari ini. Sejarah bangsa Indonesia dipenuhi dengan beragam konflik-konflik sosial, baik berupa konflik horizontal maupun konflik vertikal. Satu di antara konflik tersebut diangkat oleh Arafat Nur dalam novel Tanah Surga Merah (TSM). Novel TSM merupakan novel yang menjadikan konflik Aceh sebagai ide pengkaryaan. Arafat Nur memotret bunga-bunga konflik di Aceh sebelum dan seduah perjanjian Helsinski. Sebuah perjanjian perdamaian yang ditandangani oleh pihak-pihak yang berkonflik di Aceh pada tahun 2005 di Helsinki Finlandia. Novel TSM secara deskriptif dianalisis guna menemukan data-data terkait konflik Aceh dengan segala situasi yang melingkupinya. Berdasarkan Kajian tersebut ditemukan beberapa temuan kajian yaitu (1) konflik Aceh bukanlah merupakan konflik yang dilatarbelakangi banyak hal dan bukan konflik mono perspektif, (2) Dalam konteks rekonsiliasi, data dalam novel yang telah dikaji dapat dijadikan sebagai jembatan narasi konflik, karena menyediakan narasi-narasi dari beragam pihak yang berseteru.
FENOMENA DEIKSIS DAN KESANTUNAN DALAM BAHASA BATAK ANGKOLA-MANDAILING Pulungan, Alpi Anwar
Hasta Wiyata Vol. 6 No. 2 (2023)
Publisher : University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.hastawiyata.2023.006.02.01

Abstract

Politeness in the Angkola-Mandailing Batak language is related to personal and social deixis, especially partuturon. This study aims to describe the types of deixis and their application in daily communication and their relation to language politeness. This research is a qualitative research with an ethnographic model of communication and supported by deixis theory. The data sources for this research are the people of Tolang Julu village, Sayur Matinggi, South Tapanuli, North Sumatra. The data was collected by using the method of observation and listening to speech engagement. Furthermore, the data of this research are in the form of speeches and expressions of society that contain deixis in daily communication. The results of this study found five types of deixis, namely personal deixis, social deixis, place deixis, time deixis and discourse deixis. These deixis have many and complex variations, thus proving that the Angkola-Mandailing Batak language is a difficult language to learn. After being investigated, there are two levels of language in the Angkola-Mandailing Batak language, namely somal (rough) and andung (smooth) language. By mastering partuturon (natutu martutur) and andung language (namalo marbaso), one will arrive at the highest politeness in the Angkola-Mandailing Batak language.
Representation of prophetic value of digital children's literature Nussa dan Rara series as character education learning media Budiana, Nia; Pulungan, Alpi Anwar; Tamphu, Sainee
Diksi Vol. 33 No. 1: DIKSI (MARCH 2025)
Publisher : Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/diksi.v33i1.53568

Abstract

Children's literature has a big role in determining the development of a child's personality to reach maturity. One type of children's literature packaged in digital form is electronic stories, such us Nussa dan Rara series. The purpose of this study was to describe and interpret the prophetic value of children's literature from Nussa dan Rara series as a medium for character learning in children. The research method used in this study was a descriptive qualitative method. The research data was taken from Nussa dan Rara series, especially from the episode Gratis Pahala. Data collection in this study was carried out by (1) recording, (2) transferring in written form, and (3) classifying the data. The data analysis technique was content analysis with the help of Kuntowijoyo's prophetic literary theory which consists of humanization, liberation, and transcendence. The results of this study are the discovery of representations of humanization in children's lives, liberation in the perspective of inclusion, and transcendence between children and religiosity. Humanization in this story is sensitive, caring, patient, and forgiving. Liberation can be seen in terms of equality between children with disabilities and normal children. Children with disabilities have the right to receive good and not arbitrary treatment from the surrounding community. The value of transcendence appears in the form of the teachings of the Prophet and the Qur'an.
Bahasa sebagai Oleh-Oleh: Pemerolehan Bahasa Kedua di Perantauan Pulungan, Alpi Anwar
Prosiding Seminar Nasional Humaniora Vol. 4 (2025): Prosiding Seminar Nasional Humaniora
Publisher : Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Merantau is the right way to acquire a second language and even a second culture. Often migrants only bring gifts in the form of a new language and culture when going home. This paper aims to describe how the process of acquiring a second language overseas and the various factors that influence it and how culture influences the acquisition of a second language. This research is a qualitative research with an ethnographic model of communication. Data were obtained by using in-depth interviews, observation, participant tests and video recordings. The results of this study indicate that the second language acquisition process is in line with the acculturation stages, namely 1) preproduction and 2) early production in line with the honeymoon stage, 3) early speech corresponds to the culture shock stage, 4) intermediate fluency in line with integration and 5) giftedness in line with with acceptance. In addition, several factors that influence the acquisition are 1) initial knowledge, 2) environment and habits, 3) long wandering, 4) motivation and 5) the influence of the first language. Abstrak Merantau merupakan upaya yang tepat untuk memperoleh bahasa kedua bahkan juga budaya kedua. Seringkali perantau hanya membawa oleh-oleh berupa bahasa dan budaya baru saat mudik ke kampung halaman. Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana proses pemerolehan bahasa kedua di perantauan dan berbagai faktor yang mempengaruhinya serta bagaimana pengaruh budaya terhadap pemerolehan bahasa kedua. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan model etnografi komunikasi. Data diperoleh dengan metode wawancara mendalam, observasi, tes partisipan, dan rekaman video. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pemerolehan bahasa kedua sejalan dengan tahapan akulturasi yakni 1) praproduksi dan 2) produksi awal sejalan dengan tahap bulan madu, 3) awal bicara sejalan dengan tahap kejutan budaya, 4) fasih menengah sejalan dengan integrasi dan 5) berbakat sejalan dengan penerimaan. Selain itu, faktor yang mempengaruhi pemerolehannya yakni 1) pengetahuan awal, 2) lingkungan dan kebiasaan, 3) lama merantau, 4) motivasi, dan 5) pengaruh bahasa pertama.
Menyelisik Sejarah Sastra Pariwisata di Barat dan Indonesia Pulungan, Alpi Anwar; Wulandari, Sovia; Firismanda, M. A. Haris
Prosiding Seminar Nasional Humaniora Vol. 4 (2025): Prosiding Seminar Nasional Humaniora
Publisher : Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study examines the history and development of literary tourism in the Western and Indonesia. In the West, literary tourism originated from traditions such as visiting authors’ residences, publishing literary biographies, and creating literary maps, which later evolved into modern forms such as fictional character museums and film adaptation sites. In Indonesia, literary tourism is rooted in oral traditions that have developed into literary festivals, writers’ houses, and literary museums. The main difference between the two lies in their orientation and cultural foundations: Western literary tourism is centered on written literacy traditions and the individuality of authors, whereas Indonesian literary tourism emphasizes collective cultural values. This research employs a qualitative approach using library research methods to explore and analyze written sources related to literary tourism. The findings indicate that literary tourism in both regions continues to develop as an integral part of modern cultural tourism. Abstrak Penelitian ini membahas sejarah dan perkembangan wisata sastra di Barat dan Indonesia. Di Barat, wisata sastra berawal dari tradisi kunjungan ke rumah sastrawan, penerbitan biografi, dan peta sastra, yang kemudian berkembang menjadi bentuk modern seperti museum karakter fiksi dan lokasi film adaptasi karya sastra. Sementara itu, di Indonesia, wisata sastra berakar pada tradisi lisan yang berkembang menjadi festival sastra, rumah sastrawan, dan museum sastra. Perbedaan utama keduanya terletak pada orientasi dan basis kultural: Barat berpusat pada tradisi literasi tertulis dan individualitas pengarang, sedangkan Indonesia menonjolkan nilai budaya kolektif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kepustakaan untuk menelusuri dan menganalisis sumber tertulis terkait sastra pariwisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wisata sastra di kedua wilayah terus berkembang sebagai bagian dari pariwisata budaya modern.
Pemanfaatan Kearifan Lokal Partuturon dan Facebook dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berbasis Kesantunan Pulungan, Alpi Anwar; Huriyah Padhilah Anasti; Sari, Lucky Pesona
Prosiding Seminar Nasional Humaniora Vol. 4 (2025): Prosiding Seminar Nasional Humaniora
Publisher : Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemanfaatan materi kearifan lokal berupa partuturon dan media sosial Facebook dalam pembelajaran menulis cerpen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kepustakaan untuk menganalisis berbagai sumber ilmiah yang relevan dengan topik penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partuturon memiliki potensi besar untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis cerpen, baik sebagai sumber ide maupun pengembangan unsur intrinsik seperti tema, tokoh, dan penokohan. Selain itu, penerapan partuturon dalam pembelajaran dapat menjadi sarana pelestarian nilai-nilai kearifan lokal sekaligus membentuk kesantunan berbahasa dan karakter siswa yang berakar pada budaya Batak. Sementara itu, pemanfaatan media sosial Facebook terbukti efektif dalam mendukung pembelajaran menulis cerpen. Berbagai fitur seperti like, comment, dan share, memberikan ruang bagi siswa untuk berpartisipasi aktif, berinteraksi, dan saling memberikan umpan balik terhadap karya teman sebaya. Dengan demikian, integrasi antara kearifan lokal partuturon dan media sosial Facebook dapat menciptakan pembelajaran sastra kontekstual, inovatif, dan berdaya guna dalam membentuk kompetensi sekaligus karakter peserta didik.