Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

A Comparative Analysis of Kartosuwiryo's Thoughts on Faith, Hijrah, and Jihad through the Lens of Tafsir Al-Azhar Rizky, Vikri Muhamad; Mualim, Mohamad; Ghianovan, Jaka
TAFSE: Journal of Qur'anic Studies Vol 9, No 1 (2024)
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/tafse.v9i1.23782

Abstract

This study aims to examine and compare the ideological visions of Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo with Hamka's interpretations in Tafsir Al-Azhar, particularly regarding the Islamic concepts of faith, migration (hijrah), and jihad, and their implications for the formation of an Islamic state in post-independence Indonesia. Employing a comparative analysis methodology and bibliographic research approach, this study collected and analyzed data from a variety of primary and secondary sources, including books, journal articles, and historical documentation. The analysis reveals fundamental differences between Kartosuwiryo, who advocates for the establishment of an Islamic state based on strict Sharia principles with a radical approach, and Hamka, who emphasizes the necessity of spiritual and moral transformation through hijrah and jihad. While Kartosuwiryo views hijrah and jihad as political tools for social and political restructuring, Hamka interprets these concepts as a spiritual journey supporting internal change and personal growth.
ANALISIS MAKNA SAMĀWĀT DALAM KITAB TAFSIR RAHMAT KARYA OEMAR BAKRY Chairunissa, Putri Evta; Shofa, Ida Kurnia; Mualim, Mohamad
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 23 No. 1 (2024): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30631/tjd.v23i1.439

Abstract

Penelitian ini dipicu oleh pertanyaan mengenai perbedaan pandangan para mufasir dalam memahami makna lafadz Samāwāt. Beberapa upaya dilakukan untuk memahami pentingnya Samāwāt, yang tampaknya memaksakan konsep penafsir ke dalam teks. Permasalahannya dalam penelitian ini adalah Analisis makna Samāwāt terhadap penafsiran Oemar Bakry dalam kitab Tafsir Rahmat. Cara Oemar Bakry menafsirkan dan menerjemahkan teks tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap seberapa luas konten Tafsir Rahmat disebarluaskan. Misalnya dalam kitab Tafsir Rahmat makna Samāwāt diartikan sebagai ruang angkasa untuk menggambarkan tentang tatanan alam jagad raya. Pemilihan diksi ruang angkasa menunjukkan adanya wacana yang dibangun olehnya berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu astronomi dan teknologi. Penelitian ini adalah jenis kualitatif dan menggunakan analisis deskriptif sebagai alat analisis data. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ayat-ayat lafadz Samāwāt yang terdapat dalam kitab Tafsir Rahmat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjemahan ruang angkasa karya Oemar Bakry sangat sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan kontemporer mengenai alam semesta. Bentuk penafsiran ini menunjukkan tahapan berpikir dialektik antara ilmu pengetahuan dan al-Qur’an dalam kandungan Tafsir Rahmat memberikan sumbangsih metode penafsiran yang menjadikannya titik pusat ketertarikan para peneliti sebelumnya.
TREND BEAUTY MENURUT AL-QUR’AN: Analisis QS. Al-Nisa’ Ayat 119 Dan QS. Al-Rum Ayat 30 Perspektif Quraish Shihab Andriani, Nuryah Vika; Shofa, Ida Kurnia; Mualim, Mohamad
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 23 No. 1 (2024): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30631/tjd.v23i1.441

Abstract

Trend beauty (kecantikan) termasuk dalam fenomena yang mengalami evolusi dan perubahan yang disebabkan adanya perkembangan media dan masyarakat. Sebagai manusia pasti menginginkan pribadinya secara lahir maupun bathin memiliki nilai keestetikan. Sedangkan hal ini identik sekali dengan wanita. Dalam upaya pemenuhan mempercantik diri, klinik kecantikan menyediakan fasilitas bagi para pemburu trend beauty tersebut. Eyelash extension (tanam bulu mata), nail art (seni hias kuku), dan sulam alis kini menjadi trend beauty yang digandrungi para wanita. Dalam menanggapi persoalan ini penulis akan merujuk pada perspektif Quraish Shihab  berdasarkan Q.S. An-Nisa’ ayat 119 dan Q.S. Ar-Rum ayat 30. Dalam Tafsir Al-Misbah, Quraish Shihab menggunakan pendekatan yang berbeda untuk menjawab pertanyaan ini. Adapun jenis penelitian ini adalah library research atau penelitian yang bersifat kepustakaan  dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Penulis menggunakan dua sumber rujukan yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Adapun hasil dari pembahasan ini adalah Quraish Shihab menyatakan bahwa ketiga trend beauty yang disebutkan di atas tidak termasuk dari larangan yang mutlak karena dalam penggunaannya tidak terdapat unsur yang menyatakan bahwa mengalihkan atau menghilangkan fungsi tubuh manusia. Namun dalam proses penyelesaian jurnal ini, penulis juga menyajikan beberapa argument terkait tentang trend beauty menurut ulama-ulama yang berbeda. Dengan begitu pada akhir pembahasan mendapatkan hasil akhir yang bisa dijadikan sebagai dasar ilmu dalam menanggapi fenomena trend beauty tersebut.
VERNAKULARISASI DALAM TAFSIR BASA SUNDA: Studi Atas Tafsir Nurul Bajan Karya Muhammad Romli Dan H.N.S Midjaja Nurmawati, Reni; Mualim, Mohamad; Shofa, Ida Kurnia
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 22 No. 2 (2023): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30631/tjd.v22i2.371

Abstract

This article examines one of the most famous Sundanese tafsir books of its time and was written by a modernist Islamic figure in West Java, namely Muhammad Romli and H.N.S Midjaja. The book of tafsir is entitled Tafsir Qur'an Basa Sundanese Nurul Bajan. This tafsir was not completed in 30 juz, only reaching the third juz of Surah Al-Imran verse 91. This tafsir was written using Sundanese Latin language and script with old spelling that had not been perfected. There are three cultural aspects that influence the process of interpreting the Koran into Sundanese, including language stratification, traditional Sundanese expressions, and Sundanese nature. This research aims to examine the elements of vernacularization in Nurul Bajan's interpretation, which includes Sundanese language etiquette (Sundanese language steps), traditional Sundanese expressions, and Sundanese natural descriptions. This type of research is library research and is classified as qualitative research. This research uses a descriptive-analytical method using the vernacularization theory approach initiated by Anthony H. Johns. The results of this research can be concluded that Tafsir Nurul Bajan contains forms of vernacularization consisting of language manners (undak-usuk basa) which include the words arandjeun, manehna, ngadeg, abdi, wife, bodjo, garwana, pameget, uninga, ngadamel, and wallon. Traditional expressions include the words Mung kedah buleud determination and Ngahidji sabilulungan. A description of the nature of Sundanese which includes the words "like rain growing keunana pepelakan, nu njukakeun ka artisan tanina: tuluj maneh nendjo (njaksian) djadi koneng even speed pisan, tuluj kaajaanana djadi antjur". Artikel ini mengkaji salah satu kitab tafsir Sunda yang paling tersohor pada zamannyadan ditulis oleh seorang tokoh Islam modernis di Jawa Barat yakni Muhammad Romli dan H.N.S Midjaja. Kitab tafsirnya diberi judul Tafsir Qur’an Basa Sunda Nurul Bajan. Tafsir ini tidak selesai ditulis 30 juz, hanya sampai pada juz ketiga surat Al-Imran ayat 91. Tafsir ini ditulis menggunakan bahasa dan aksara latin Sunda dengan ejaan lama yang belum disempurnakan. Ada tiga aspek budaya yang mempengaruhi proses penafsiran Al-Qur’an kedalam bahasa Sunda, antara lain, stratifikasi bahasa, ungkapan tradisional Sunda, dan alam kesundaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji unsur-unsur vernakularisasi dalam tafsir Nurul Bajan yang meliputi tatakrama bahasa Sunda (undak-usuk basa Sunda), ungkapan tradisional Sunda, dan gambaran alam kesundaan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan(library research) dan diklasifikasikan sebagai penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitisdengan menggunakan pendekatan teori vernakularisasi yang digagas oleh Anthony H. Johns.Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Tafsir Nurul Bajan mengandung bentuk-bentuk vernakularisasi yang terdiri dari tatakrama bahasa (undak-usuk basa) yang meliputi kataarandjeun, manehna, ngadeg, abdi, istri, bodjo,garwana, pameget, uninga, ngadamel, dan walon. Ungkapan tradisional yang meliputi kata Mung kedah buleud tekad dan Ngahidji sabilulungan. Gambaran alam kesundaan yang meliputi kata “seperti hudjan numbuhkeunana pepelakan, nu njukakeun ka tukang-tukang tanina: tuluj maneh nendjo (njaksian) djadi koneng malah laju pisan, tuluj kaajaanana djadi antjur”.
Pandangan Al-Quran Tentang Fenomena Flexing dalam Ibadah Pohan, Ira Yunita; Mualim, Mohamad; Ghifari, Muhammad
KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin Vol. 14 No. 2 (2024): Agustus
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Al Fithrah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36781/kaca.v14i2.723

Abstract

Fenomena flexing atau pamer di media sosial telah menjadi tren yang kian populer, mencakup berbagai aspek kehidupan termasuk ibadah. Fenomena ini memunculkan pertanyaan penting mengenai pandangan Al-Quran terhadap perilaku flexing, khususnya dalam konteks ibadah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fenomena flexing ibadah dengan merujuk pada ajaran-ajaran dalam Al-Quran dan membandingkannya dengan definisi flexing yang ada di media sosial saat ini. Meskipun istilah flexing tidak ditemukan secara langsung dalam Al-Quran, penelitian ini menggunakan konsep-konsep terkait seperti riya’ (pamer), ujub (kesombongan), tamak (keinginan berlebihan), dan takabur (keangkuhan) untuk memahami bagaimana Al-Quran menanggapi fenomena ini. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi pustaka, mengumpulkan data dari Al-Quran dan kitab tafsir sebagai data primer, serta dari berbagai artikel, jurnal, dan sumber online sebagai data sekunder. Penelitian ini mengidentifikasi bahwa flexing ibadah di media sosial berpotensi mengubah niat ibadah dari tujuan spiritual yang tulus menjadi pencarian validasi sosial, yang bertentangan dengan ajaran Al-Quran tentang keikhlasan dan kesederhanaan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa fenomena flexing ibadah dapat menimbulkan dua dampak berbeda, 1) Negatif apabila tidak dilakukan dengan tepat yang beresiko menimbulkan seperti peningkatan sifat riya’, materialisme, dan krisis identitas, dan 2) Posistif jika dilakukan dengan melihat nilai-nilai yang harus di perhatikan yang dapat memotivasi orang lain untuk mengerjakan amal kebaikan, dan menghindari prasangka buruk yang dapat menjerumuskan orang lain ke dalam dosa.
Monoteisme dalam Tafsir Juz ‘Amma: Analisis Komparatif Tafsir Salafi Firanda Andirja, Klasik, dan Kontemporer Nurdiatin, Arsy; Ghianovan, Jaka; Mualim, Mohamad
Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol. 27 No. 1 (2025)
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/substantia.v27i1.28866

Abstract

The interpretation of monotheistic verses in Juz ‘Amma plays a pivotal role in shaping Islamic theological discourse. Amidst the rise of concealed shirk practices and spiritual disorientation in contemporary Muslim societies, Salafi-oriented Qur’anic exegesis has reemerged with a strong emphasis on the purification of faith. This study analyzes Firanda Andirja’s interpretation of three key surahs in Juz ‘Amma—Al-Ikhlas, Al-Falaq, and An-Nas—and compares them with classical (Al-Qurthubi) and modern contextual (Quraish Shihab) commentaries. Using a qualitative library-based approach and thematic (maudhu’i) method, this study examines how different exegetical traditions approach core tenets of tawhid, especially within the framework of rububiyyah, uluhiyyah, and asma’ wa sifat. The findings reveal that Firanda employs a rigid, literalist, and theologically apologetic style rooted in Salafi epistemology, while Al-Qurthubi’s exegesis is philological and jurisprudential, and Quraish Shihab adopts a reflective, contextual style. While Firanda’s approach strengthens theological clarity, it tends to lack social engagement and ethical reflection. This study contributes to the development of Salafi exegetical literature and offers critical insight into the role of monotheistic interpretation in addressing contemporary religious challenges. Abstrak: Penafsiran ayat-ayat monoteisme dalam Juz ‘Amma memainkan peran sentral dalam pembentukan akidah umat Islam. Di tengah maraknya praktik syirik terselubung dan krisis spiritual modern, tafsir Salafi kontemporer menjadi salah satu arus penting yang menekankan pemurnian tauhid. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis penafsiran Firanda Andirja terhadap tiga surah kunci dalam Juz ‘Amma—Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas—dan membandingkannya dengan tafsir klasik Al-Qurthubi serta tafsir kontemporer Quraish Shihab. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka (library research) dan pendekatan tematik (maudhu’i). Data primer bersumber dari tafsir Firanda Andirja, sedangkan data sekunder mencakup Al-Qurthubi dan Al-Misbah, serta literatur pendukung lainnya. Hasil kajian menunjukkan bahwa Firanda mengusung tafsir teologis-apologetik dengan penekanan kuat pada tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa sifat secara literal dan tekstual, berbeda dengan Qurthubi yang bersifat filologis-mazhabi, dan Quraish Shihab yang kontekstual-reflektif. Penafsiran Firanda memiliki kekuatan dalam menguatkan akidah, tetapi cenderung minim dalam refleksi sosial dan etika publik. Kajian ini berkontribusi dalam memperluas literatur tafsir bercorak salafi serta menawarkan perspektif baru dalam menghadapi tantangan keberagamaan umat Islam kontemporer.
Multivokalitas Makna Kata Al-Fitnah dalam Tafsir Fathul Qadir: Pendekatan Al-Wujûh wa al-Nazhâ’ir Lathifah, Lathifah; Nidhom, Khoirun; Mualim, Mohamad
Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol. 27 No. 1 (2025)
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/substantia.v27i1.29258

Abstract

The semantic interpretation of the term al-fitnah in the Qur’an reveals a complex spectrum of meanings, often reduced in common discourse to mere defamation or slander. This study aims to explore the multidimensional meanings of al-fitnah through the lens of Fathul Qadir, a classical tafsir by Imam al-Shawkani, using the al-wujûh wa al-nazhâ’ir approach—a linguistic methodology that categorizes polysemous terms based on contextual usage in different verses. Employing a qualitative library research design combined with thematic exegesis, the study maps the occurrences and meanings of al-fitnah across 60 instances in 58 surahs. The findings reveal a wide range of meanings including trial, punishment, disbelief, misguidance, chaos, deceit, and sin. The analysis highlights al-Shawkani’s nuanced interpretive strategy and its relevance to contemporary socio-religious discourses. The study contributes to Qur’anic hermeneutics by integrating a classical linguistic framework with modern contextual readings, thereby enriching thematic interpretations of key Qur’anic terms. Abstrak: Pemaknaan kata al-fitnah dalam Al-Qur’an menunjukkan keragaman semantik yang kompleks, yang seringkali tidak terjangkau oleh pemahaman umum masyarakat yang cenderung menyempitkannya hanya pada konteks pencemaran nama baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna kata al-fitnah dalam Al-Qur’an melalui tafsir Fathul Qadir karya Imam Asy-Syaukani dengan pendekatan al-wujûh wa al-nazhâ’ir, suatu pendekatan linguistik-klasik dalam studi tafsir yang memetakan ragam makna lafaz musytarak berdasarkan konteks ayat. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi pustaka dan tafsir tematik (maudhu‘i), yang kemudian dikontekstualisasikan melalui klasifikasi makna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kata al-fitnah ditemukan sebanyak 60 kali dalam 58 surah, dengan makna yang beragam seperti ujian, adzab, kekufuran, kesesatan, kekacauan, hingga tipu daya dan dosa. Penelitian ini menegaskan bahwa pendekatan Asy-Syaukani dalam tafsirnya menunjukkan kehati-hatian semantik dan sensitivitas kontekstual yang khas, serta membuka ruang refleksi teologis atas berbagai bentuk “fitnah” dalam dinamika sosial-keagamaan kontemporer. Kontribusi utama studi ini terletak pada integrasi pendekatan al-wujûh wa al-nazhâ’ir dengan tafsir klasik, sehingga memperluas horizon kajian linguistik-tematik dalam studi Al-Qur’an.
Kesombongan Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Psikologi Modern: (Telaah Narcissistic Personality Disorder (Npd) Dalam Tafsir Al-Manar Terhadap Qs. Luqman:18) Juliandini, Shabira Ayu; Mualim, Mohamad; Ghifari, Muhammad
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist Vol 8 No 2 (2025): Juni
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Wali Songo Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35132/albayan.v8i2.1420

Abstract

Gangguan Kepribadian Narsistik (Narcissistic Personality Disorder/NPD) merupakan salah satu jenis gangguan kepribadian yang ditandai dengan perasaan superioritas, kebutuhan akan pujian berlebih, serta kurangnya empati terhadap orang lain. Dalam psikologi modern, NPD sering dikaitkan dengan pola asuh yang penuh tekanan di masa kanak-kanak atau pujian yang berlebihan, dan gangguan ini berdampak negatif terhadap hubungan sosial serta kesehatan mental seseorang. Dalam pandangan Islam, perilaku sombong dan merasa lebih unggul dari orang lain mendapatkan perhatian serius, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an, khususnya dalam QS. Luqman ayat 18. Ayat tersebut secara jelas memperingatkan manusia untuk menjauhi kesombongan dan keangkuhan, yang pada dasarnya sejalan dengan karakteristik NPD. Artikel ini bertujuan menganalisis Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD) dari perspektif Al-Qur’an melalui kajian terhadap Tafsir Al-Manar atas QS. Luqman: 18. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif berbasis studi tafsir, penelitian ini mengeksplorasi keterkaitan antara ayat tersebut dengan fenomena NPD dalam konteks psikologi kontemporer. Tafsir Al-Manar yang disusun oleh Muhammad Abduh dan Rasyid Rida menyoroti bahwa kesombongan tidak hanya berdampak secara psikologis terhadap individu, tetapi juga dapat merusak tatanan sosial serta hubungan antarmanusia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ajaran Islam melalui QS. Luqman: 18 dan penjelasannya dalam Tafsir Al-Manar menawarkan solusi spiritual dan praktis dalam mengatasi kecenderungan narsistik. Islam mendorong sikap tawadhu' (rendah hati), introspeksi diri, serta penguatan spiritual melalui dzikir, kontemplasi, dan pengendalian hawa nafsu. Penelitian sebelumnya juga mengungkap bahwa pendekatan berbasis nilai-nilai Islam dapat membantu mengurangi kebutuhan akan validasi eksternal dan meningkatkan kesejahteraan psikologis individu. Oleh karena itu, studi ini menekankan pentingnya mengintegrasikan pemahaman psikologi modern dengan ajaran Islam guna menciptakan pendekatan yang lebih menyeluruh dalam menangani gangguan kepribadian narsistik. Selain itu, temuan penelitian ini memberikan implikasi luas baik secara sosial maupun religius, yakni terbentuknya masyarakat yang lebih harmonis, menurunnya perilaku otoriter dan eksploitatif dalam kepemimpinan, serta terbangunnya hubungan antarindividu yang dilandasi empati dan ketulusan. Dengan demikian, penerapan nilai-nilai Al-Qur’an dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi sarana yang efektif untuk mencegah dan menangani perilaku narsistik secara berkelanjutan.
The Contextual Relationship of Surah Al-Insyirah in Ad-Dhuha: A Study of the Contextual Relationship Between Surahs Salsabila, Aisha; Ghianovan, Jaka; Mualim, Mohamad; Fawaz, Muhammad Rashief
ZAD Al-Mufassirin Vol. 7 No. 1 (2025): ZAD Al-Mufassirin June 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (STIQ) ZAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55759/zam.v7i1.301

Abstract

Surah ad-Dhuha and Al-Inshirah exhibit a thematic harmony in conveying the divine blessings bestowed by Allah upon the Prophet Muhammad. The contextual relationship (munāsabah) is essential for understanding the thematic structure and the cohesive message of the Qur'an as a whole. This paper aims to explore the concept of munāsabah and the correlation between Surah ad-Dhuha and Al-Inshirah. The study adopts a qualitative approach, employing library research as the primary method of data collection. The sources include classical and contemporary tafsir works, in addition to relevant books, articles, and other academic references. Unlike previous studies, this paper analyzes the relationship between the two surahs through the lens of munāsabah theory, which has not been widely applied in this particular context. The study reveals that Surah Al-Inshirah is closely interconnected with Surah ad-Dhuha. Therefore, munāsabah enables the reader to understand how the thematic and rhetorical unity between surahs reflects the Qur’an’s deliberate structure, guiding interpretation beyond the individual verses or historical contexts.
MENGATASI RASA KURANG PERCAYA DIRI PERSPEKTIF QS. ALI- IMRAN AYAT 139: Studi Kitab Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab Andini, Nuriyah Vika; Suharti, Nurul; Mualim, Mohamad
AT-TAISIR: Journal of Indonesian Tafsir Studies Vol. 3 No. 2 (2022): AT–TAISIR: Journal of Indonesian Tafsir Studies
Publisher : LPPM Institut Daarul Qur'an Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.661 KB) | DOI: 10.51875/attaisir.v3i2.135

Abstract

Berkat majunya perkembangan zaman dan teknologi, manusia memperoleh banyak akses kemudahan, diantaranya adalah arus informasi yang dapat dengan mudah diakses. Perkembangan zaman seharusnya membawa peradaban manusia menjadi lebih baik, namun justru sebaliknya, kemajuan zaman menjadikan diri terbawa kedalam arus negatif. Hal yang sering dijumpai adalah masalah krisis percaya diri. Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Dengan adanya kekurangan dalam diri manusia, tujuannya agar manusia tidak merasa paling sempurna, tidak merasa sombong ataupun angkuh atas apa yang dimiliki, karena hanya Allah SWT yang Maha Sempurna. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian pustaka (library research). Objek data yang dicari oleh peneliti adalah dengan mencari literatur-literatur yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa krisis percaya diri dapat berasal dari internal dan ekstenal. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah 1) mencari pertemanan yang baik. 2) mensyukuri keadaan, 3) bersikap terbuka.