Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL DAN BUDAYA (KALBU) DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI PURWOREJO Adinugraha, Fajar
Jurnal Pendidikan Vol 20 No 1 (2019)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33830/jp.v20i1.p1-17.2019

Abstract

The Globalization may gives negative impact that causes fading the culture and spreading the radicalism easily. Education is one of way to prevent it, the name is the learning approach. The objective of the research is to describe the form of implementation the KALBU approach (Local Wisdom and Culture) towards biological learning in Purworejo. The research method is descriptive research, the name is study of literature. The literature study was carried out by analyzing local wisdom and culture in Purworejo District, which numbered 8 (eight). After that, 8 (eight) local wisdom and culture were associated with Biology learning. Based on the result, the Local Wisdom and Culture (KALBU) approach can be used as an alternative approach to learning Biology. Eight local wisdoms and cultures contain 3 (three) domains, they arecognitive, psychomotoric, and attitudes. Cognitive domains that can be integrated include: biodiversity, plantae, animalia, conservation, food and medicine, and biotechnology. Psychomotoric domain include: classifying, making products (projects), and innovating. Furthermore, 8 (eight) local wisdom and culture also contains the domain of spiritual and social attitudes (Character Education Strengthening). Globalisasi dapat memberikan dampak negatif yaitu menyebabkan lunturnya budaya dan tersebarnya paham radikalisme dengan mudah. Salah satu upaya untuk mencegah hal tersebut adalah melalui pendidikan yaitu pendekatan pembelajaran.Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk implementasi pendekatan KALBU (Kearifan Lokal dan Budaya) tentang pembelajaran Biologi di Kabupaten Purworejo.Metode penelitian berupa penelitian deskriptif yang bersifat studi pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan menganalisis mengenai kearifan lokal dan budaya di Kabupaten Purworejo yaitu berjumlah 8 (delapan). Setelah itu, 8 (delapan) kearifan lokal dan budaya tersebut dikaitkan dengan pembelajaran Biologi. Berdasarkan kajian yang dilakukan, pendekatan Kearifan Lokal dan Budaya (KALBU) dapat dijadikan sebagai alternatif pendekatan dalam pembelajaran. Delapan kearifan lokal dan budaya mengandung 3 (tiga) ranah yaitu ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Ranah pengetahuan yang dapat diintegrasikan antara lain: keanekaragaman hayati, plantae, animalia, konservasi, pangan dan obat, serta bioteknologi. Ranah keterampilan meliputi: mengklasifkasikan, membuat produk (proyek), dan melakukan inovasi. Selanjutnya, 8 (delapan) kearifan lokal dan budaya tersebut juga mengandung ranah sikap spiritual dan sosial (Penguatan Pendidikan Karakter).
TARI DOLALAK SEBAGAI BENTUK PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL DAN BUDAYA (KALBU) PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI ADINUGRAHA, FAJAR
EDUKA : Jurnal Pendidikan, Hukum, Dan Bisnis Vol 4, No 1 (2018): JURNAL EDUKA
Publisher : Faculty of training and education, Pamulang university

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (516.919 KB) | DOI: 10.32493/eduka.v4i1.2052

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk 1) menjelaskan perkembangan Tari Dolalak di Kabupaten Purworejo, 2) menganalisis ranah nilai sikap, spiritual dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang terkandung dalam Tari Dolalak, 3) menganalisis ranah pengetahuan Tari Dolalak yang diintegrasikan dalam pelajaran Biologi. Tari Dolalak merupakan tari yang berasal dari Kabupaten Purworejo yang merupakan bentuk akulturasi budaya. Metode penelitian merupakan studi pustaka studi pustaka dari beberapa literatur (analisis isi). Studi literatur dilakukan dengan menganalisis mengenai kearifan lokal dan budaya di kabupaten Purworejo yaitu Tari Dolalak. Tari Dolalak mengalami perkembangan antara lain: 1) jenis tarian, 2) syair, 3) pakaian/ kostum, 4) formasi pemain, dan 5) pementasan. Berdasarkan analisis 3 (tiga) syair Dolalak yaitu Jalan-Jalan, Ambil Kain, dan Pagi-Pagi, maka dapat dijelaskan bahwa Tari Dolalak mengandung nilai-nilai yang terkandung dalam Kurikulum 2013 yaitu ranah sikap sosial dan spiritual yaitu jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, santun, dan percaya diri. Selain itu, mengandung nilai Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yaitu  religius, nasionalisme, mandiri, gotong royong, dan integritas. Berdasarkan analisis gerakan dan perlengkapan Tari Dolalak, maka dapat dijelaskan bahwa Tari Dolalak dapat diintegrasikan dalam ranah pengetahuan dan keterampilan. Ranah pengetahuan dan keterampilan ini meliputi materi keanekaragaman hayati, plantae, animalia, dan sistem gerak. Kata kunci: tari dolalak, kearifan lokal dan budaya, pendekatan kalbu, biologi, kurikulum 2013
Potensi Reresik Sumur Pitu Sebagai Pendekatan Kearifan Lokal dan Budaya pada Pembelajaran Biologi Fajar Adinugraha
Jurnal Pendidikan Surya Edukasi (JPSE) Vol 6, No 1 (2020): Jurnal Pendidikan Surya Edukasi (JPSE)
Publisher : UM Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1121.275 KB) | DOI: 10.37729/jpse.v6i1.6490

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk deskripsi Reresik Sumur Pitu Kajian Kearifan Lokal dan Budaya Reresik Sumur Pitu dan Potensi Reresik Sumur Pitu sebagai Pendekatan Kearifan Lokal dan Budaya pada Pelajaran Biologi. Metode penelitian menggunakan kajian literatur dan observasi lapangan di Kelurahan Cangkrep Kidul, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo. Reresik Sumur Pitu merupakan acara untuk mengajak membersihkan sumur (sumber mata air) yang disebut juga Sumur Kemloko. Pembahasan yang dilakukan, meliputi deskripsi Reresik Sumur Pitu, Kajian etnobiologi, Kajian etnopedagogi, dan Implementasinya dalam Pembelajaran Biologi. Kajian secara etnobiologi dan etnopedagogi yang sudah dilakukan menyimpulkan bahwa Reresik Sumur Pitu berpotensi sebagai Pendekatan Kearifan Lokal dan Budaya pada pelajaran Biologi. Topik yang bisa diintegrasikan dengan Reresik Sumur Pitu antara lain Biologi sebagai Ilmu Pengetahuan, Keanekaragaman Hayati, Kingdom Plantae, Kingdom Animalia, Ekosistem dan Isu Lingkungan. Reresik Sumur Pitu berpotensi sebagai sumber belajar karena memuat kompetensi yang disarankan oleh Kurikulum 2013, yaitu kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Selain menambah pengetahuan, pendekatan kearifan lokal dan budaya berpotensi sebagai penumbuh rasa nasionalisme dan bangga akan potensi daerahnya.
PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL DAN BUDAYA (KALBU) DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI PURWOREJO Fajar Adinugraha
Jurnal Pendidikan Vol. 20 No. 1 (2019)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33830/jp.v20i1.217.2019

Abstract

The Globalization may gives negative impact that causes fading the culture and spreading the radicalism easily. Education is one of way to prevent it, the name is the learning approach. The objective of the research is to describe the form of implementation the KALBU approach (Local Wisdom and Culture) towards biological learning in Purworejo. The research method is descriptive research, the name is study of literature. The literature study was carried out by analyzing local wisdom and culture in Purworejo District, which numbered 8 (eight). After that, 8 (eight) local wisdom and culture were associated with Biology learning. Based on the result, the Local Wisdom and Culture (KALBU) approach can be used as an alternative approach to learning Biology. Eight local wisdoms and cultures contain 3 (three) domains, they arecognitive, psychomotoric, and attitudes. Cognitive domains that can be integrated include: biodiversity, plantae, animalia, conservation, food and medicine, and biotechnology. Psychomotoric domain include: classifying, making products (projects), and innovating. Furthermore, 8 (eight) local wisdom and culture also contains the domain of spiritual and social attitudes (Character Education Strengthening). Globalisasi dapat memberikan dampak negatif yaitu menyebabkan lunturnya budaya dan tersebarnya paham radikalisme dengan mudah. Salah satu upaya untuk mencegah hal tersebut adalah melalui pendidikan yaitu pendekatan pembelajaran.Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk implementasi pendekatan KALBU (Kearifan Lokal dan Budaya) tentang pembelajaran Biologi di Kabupaten Purworejo.Metode penelitian berupa penelitian deskriptif yang bersifat studi pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan menganalisis mengenai kearifan lokal dan budaya di Kabupaten Purworejo yaitu berjumlah 8 (delapan). Setelah itu, 8 (delapan) kearifan lokal dan budaya tersebut dikaitkan dengan pembelajaran Biologi. Berdasarkan kajian yang dilakukan, pendekatan Kearifan Lokal dan Budaya (KALBU) dapat dijadikan sebagai alternatif pendekatan dalam pembelajaran. Delapan kearifan lokal dan budaya mengandung 3 (tiga) ranah yaitu ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Ranah pengetahuan yang dapat diintegrasikan antara lain: keanekaragaman hayati, plantae, animalia, konservasi, pangan dan obat, serta bioteknologi. Ranah keterampilan meliputi: mengklasifkasikan, membuat produk (proyek), dan melakukan inovasi. Selanjutnya, 8 (delapan) kearifan lokal dan budaya tersebut juga mengandung ranah sikap spiritual dan sosial (Penguatan Pendidikan Karakter).
POTENSI BERAS ANALOG SUKUN SEMI INSTAN (Artocarpus communis) SEBAGAI BAHAN PANGAN ALTERNATIF Fajar Adinugraha; Leon Hanson; Stephen Yonathan
Surya Agritama : Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Vol 7, No 1 (2018): SURYA AGRITAMA
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bahan pangan lokal seperti buah sukun dapat digunakan sebagai bahan pangan alternatif (subtitusi) nasi dari padi. Pembuatan beras analog sukun semi instan dibuat melalui 4 (empat) tahap yaitu 1) Pencucian dan penghilangan getah sukun; 2) Pembuatan gaplek; 3) Penggilingan; dan 4) Pengemasan. Pencucian dan penghilangan getah sukun menggunakan larutan garam. Pembuatan gaplek sukun dengan dikeringkan menggunakan sinar matahari. Penggilingan gaplek menggunakan penggilingan jagung. Pengemasan menggunakan kemasan plastik dengan ukuran 500 gram dan 1000 gram. Tidak terdapat perbedaan daya terima masyarakat terhadap ketiga jenis bahan pangan yaitu nasi dari beras padi, nasi dari tiwul (gaplek singkong), dan nasi dari beras analog sukun. Hal ini karena nilai sig. 0,239 > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Kata kunci: beras analog, sukun, pangan alternatif
PENGARUH EFIKASI DIRI SISWA SMA TERHADAP JIWA KEWIRAUSAHAAN (ENTREPRENEURSHIP) Fajar Adinugraha; Natania Gabriella Jansen; Nicolai Christian Suhalim
JOURNAL FOR BUSINESS AND ENTREPRENEURSHIP Vol 2, No 1 (2018): VOL 2, NO 1 (2018): JOURNAL FOR BUSINESS AND ENTREPRENEURSHIP
Publisher : JOURNAL FOR BUSINESS AND ENTREPRENEURSHIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.169 KB)

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh efikasi diri terhadap jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) siswa SMA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Populasi adalah siswa SMA Citra Kasih Jakarta. Sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Taro Yamane, dengan jumlah responden sebanyak 123 siswa. Analisis data dilakukan menggunakan SPSS analisis regresi sederhana dengan uji T dengan taraf signifikansi α = 0,05. Berdasarkan analisis data, efikasi diri seseorang memberikan pengaruh sebesar 90% terhadap jiwa kewirausahaannya. Sedangkan 10% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain. Analisis menggunakan uji T, dapat terlihat bahwa ada pengaruh yang signifikan dari variabel X (efikasi diri) terhadap variabel Y (jiwa kewirausahaan). Hal ini karena nilai t hitung > t tabel, 32,961>1,658 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jiwa kewirausahaan bisa ditumbuhkan dengan memperkuat efikasi diri. Efikasi diri siswa ini berasal dari dalam diri dan bisa dikembangkan atau diturukan melalui kombinasi 4 (empat sumber) yaitu: 1) pengalaman penguasaan, 2) pemodelan sosial, 3) persuasi sosial, dan 4) kondisi fisik serta emosi.
TARI DOLALAK SEBAGAI BENTUK PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL DAN BUDAYA (KALBU) PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI FAJAR ADINUGRAHA
Eduka : Jurnal Pendidikan, Hukum, dan Bisnis Vol 3, No 1 (2018): Eduka : Jurnal Pendidikan, Hukum, dan Bisnis
Publisher : Faculty of training and education, Pamulang university

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32493/eduka.v3i1.3803

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk 1) menjelaskan perkembangan Tari Dolalak di Kabupaten Purworejo, 2) menganalisis ranah nilai sikap, spiritual dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang terkandung dalam Tari Dolalak, 3) menganalisis ranah pengetahuan Tari Dolalak yang diintegrasikan dalam pelajaran Biologi. Tari Dolalak merupakan tari yang berasal dari Kabupaten Purworejo yang merupakan bentuk akulturasi budaya. Metode penelitian merupakan studi pustaka studi pustaka dari beberapa literatur (analisis isi). Studi literatur dilakukan dengan menganalisis mengenai kearifan lokal dan budaya di kabupaten Purworejo yaitu Tari Dolalak. Tari Dolalak mengalami perkembangan antara lain: 1) jenis tarian, 2) syair, 3) pakaian/ kostum, 4) formasi pemain, dan 5) pementasan. Berdasarkan analisis 3 (tiga) syair Dolalak yaitu Jalan-Jalan, Ambil Kain, dan Pagi-Pagi, maka dapat dijelaskan bahwa Tari Dolalak mengandung nilai-nilai yang terkandung dalam Kurikulum 2013 yaitu ranah sikap sosial dan spiritual yaitu jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, santun, dan percaya diri. Selain itu, mengandung nilai Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yaitu  religius, nasionalisme, mandiri, gotong royong, dan integritas. Berdasarkan analisis gerakan dan perlengkapan Tari Dolalak, maka dapat dijelaskan bahwa Tari Dolalak dapat diintegrasikan dalam ranah pengetahuan dan keterampilan. Ranah pengetahuan dan keterampilan ini meliputi materi keanekaragaman hayati, plantae, animalia, dan sistem gerak. Kata kunci: tari dolalak, kearifan lokal dan budaya, pendekatan kalbu, biologi,                     kurikulum 2013 
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP SIKAP ILMIAH SISWA SMA PEMINATAN MIPA Fajar Adinugraha
Jurnal Pro-Life Vol. 4 No. 3 (2017): November
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/jpvol6Iss2pp102

Abstract

The research objective is to determine the effect of learning model on scientific attitudes of students, self efficacy towards the scientific attitudes, and the interaction of the learning models and self efficacy towards scientific attitudes. The research method is experimental method. The analyzed data consist of self efficacy instrument test and scientific attitude instrument tests with their validity and reliability assessment. Data were taken by means of two way anova test. The result show that: 1) There is a significant effect of learning model towards student's scientific attitude. 2) There is a significant effect of self efficacy towards students' scientific attitude. 3) There is an interaction effect that is not significant to thelearning model and self efficacy towards students' scientific attitude. Keywords: learning model, self efficacy, scientific attitudes
PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR (JAS) PADA MATA KULIAH SISTEMATIKA HEWAN Fajar Adinugraha
Jurnal Pro-Life Vol. 5 No. 3 (2018): November
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/pro-life.v5i3.838

Abstract

The research objective is to describe the Jelajah Alam Sekitar (JAS) approach in Sistematika Hewan. It also to know the students ' respond of learning with the Jelajah Alam Sekitar (JAS) approach. Beside that, the research objective is to know the students' interest to the Jelajah Alam Sekitar (JAS) approach. The research is a descriptive quantitative study which uses survey and literature study method. The learning activities with the Jelajah Alam Sekitar (JAS) approach in Sistematika hewan are 1) group discussion, 2) field study, 3) practicum, 4) instructional games, 5) lecturing method, 6) project/ task giving, 7) final exam / test, and 8) practical responses. The students' response to learning by the Jelajah Alam Sekitar (JAS) approach is 89% in good category (good and very good). Students' interest with the Jelajah Alam Sekitar (JAS) approach is 96% in interest category (interest and very interest).Keywords: Jelajah Alam Sekiar (JAS), learning approach, students’ response, students’ interest
POTENSI PENGGUNAAN MODUL KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL DAN BUDAYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR BIOLOGI SMA/MA Fajar Adinugraha; Adisti Ratnapuri
Jurnal Pro-Life Vol. 7 No. 3 (2020): November
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/jpvol6Iss2pp102

Abstract

The purpose of this research was to develop a module on biodiversity with a local wisdom and cultural approach according to the Research and Development research method with the Sugiyono R&D stage. This research was conducted in 2 (two) stages, namely the First Stage of Development / Developing the Biodiversity Module with the Local Wisdom and Cultural Approach) and the Second Stage (Testing the use of modules and Mass Production). The Biodiversity Module with the Local Wisdom and Cultural Approach has a score of 91.33, which is in the very valid category. The mean score of knowledge (posttest) in the experimental class was higher than that of the control class, namely the knowledge value of the experimental class ≥65 but there is no significant difference the post-test scores between the control and experimental classes. This is because based on the Mann Whitney U Test, Ucount (54)> Utabel (27) then H0 is accepted. All respondents (100%) gave positive responses to the biodiversity module with the local wisdom and culture approach. Keywords: modules, biodiversity, local wisdom and culture, biology