Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Kajian co-management berbasis multi pihak dalam pelestarian kawasan lindung laut warisan Masyarakat Adat Tomia “Pasi Tondu” Kecamatan Tomia, Wakatobi Sulawesi Tenggara Sahari, Sariamin; Arifuddin, La Ode; Nasrun; Ferlin, Akhmatul; Alsita, Indah; Runtu, Kezia Gloria Apriliana; Mansyur, La Ode; Isman, Khairuddin; Musrianton, Muhammad; Admadja, Alfi Kusuma; Haruddin; Hidrawati
Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan Vol 9 No 2 (2024): Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jsep.v9i2.83

Abstract

Pengelolaan kawasan konservasi perairan berbasis masyarakat, yang menitikberatkan pada aspek kearifan lokal dalam melindungi dan memanfaatkan wilayah lindung laut sebagai hak ulayat, menunjukkan hasil yang sangat baik terutama dari sistem sosial-ekologi. Studi ini mengidentifikasi dan mengkategorikan pemangku kepentingan berdasarkan kepentingan dan kepentingan relatifnya dalam pengambilan keputusan di bidang tersebut. Studi ini juga menyoroti perlunya keseimbangan antara pentingnya konservasi sumber daya dan dampak lingkungan dari sumber daya laut di wilayah tersebut, yang menunjukkan pentingnya strategi pengelolaan bersama, yang melibatkan perspektif berbeda dari berbagai pihak mengenai manfaat lingkungan dan ekonomi dari sumber daya laut di wilayah tersebut. Dalam penelitian ini mempergunakan metode kualitatif berupa observasi partisipasi, interview struktur dengan informasi kunci dan interview semi-struktur dengan para pihak yang mewakili kelompok pemanfaat sumber daya Hasil menemukan bahwa para nelayan, meskipun tertarik dengan konsep co-management, sebagian besar menentang penetapan “Pasi Tondu” sebagai kawasan lindung laut yang akan menjadi hak waris dari masyarakat adat Tomia. Konflik pendapat ini terkait dengan manfaat yang diperoleh dari nilai sumber daya konservasi dan unsur kerugian jika diterapkan sistem buka tutup oleh pemegang mandat pengelolaan, termasuk bagaimana mengurangi konflik antara nelayan dengan kehadiran kerumunan ikan simba (schooling jack-fish) serta adanya peraturan-peraturan yang akan diterapkan pada pemanfataan sumber daya “Pasi Tondu”. Pertimbangan para pihak yang berkepentingan dengan penerapan strategi pengelolaan bersama (co-management), adalah menggabungkan persepsi yang berbeda mengenai manfaat sosial ekonomi dari sumber daya kawasan lindung tersebut dan potensi keberlanjutan kehidupan secara ekologi dan ekonomi dengan adanya kawasan lindung laut oleh masyarakat adat Tomia
Penilaian kondisi lembaga bisnis konservasi lingkungan dan ekowisata bahari berbasis GSTC di Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara Sahari, Sariamin; Nasrun; Normayasari; Ferlin, Akhmatul; Utami, Dewi; Alsita, Indah; Runtu, Kezia Gloria Apriliana; Mansyur, La Ode; Isman, Khairuddin; Musrianton, Muhammad; Admadja, Alfi Kusuma; Harudin
Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan Vol 9 No 4 (2024): Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jsep.v9i4.121

Abstract

The conservation enterprise growth in Wakatobi Regency, Southeast Sulawesi, which is focused on ecotourism or natural and cultural tourism, have varied greatly in recent years regarding the environmental of Wakatobi, both in terms of appearance, human resources and variety of types. Eco-tourism has developed quite well and advanced in several places, such as Bali, but there are also those that have not succeeded in making ecotourism a leading sector and priority, such as Wakatobi Regency. To improve public understanding of sustainable tourism the Global Sustainable Tourism Council (GSTC) has issued a special guideline for sustainable tourism. This research is one of the GSTC indicators in the management of several marine conservation destinations on Wangi-Wangi Island, namely WTC, DCDC, and FPW Sombu. By utilizing a qualitative descriptive approach, this research aims to expand knowledge about the WTC, DCDC, and FPW Sombu as one of the mainstay ecotourism destinations in Wakatobi Regency, determine whether the management of these destinations has fulfilled the GSTC criteria, and determines the development strategy of the ecotourism object in question using the GSTC indicators. The results show that, so far, the management of the WTC, DCDC, and the FPW Sombu almost largely does not meet the GSTC sustainable tourism indicators. The focus of the aspects studied are indicators of (A) sustainable development, (C) cultural sustainability and (D) environmental sustainability, which show that the management of the three marine ecotourism destinations has not been maximally considered. Overall, all three destinations are still weak, according to the analysis of the with the GSTC criteria. A review of the sustainable tourism aspects of the GSTC can provide information on the development of the WTC, DCDC, and the FPW Sombu, so that they meet the requirements to become sustainable marine ecotourism destinations in the GSTC. in terms of attractions, amenity, and accessibility.
Pengembangan Eduwisata Budidaya Rumput Laut Ramah Lingkungan Berbasis Community Based Tourism (CBT) di Wakatobi Normayasari; Nasrun; Muh. Norsa, La Ode; Ikhsan, Nur; Utami, Dewi; Mansyur, La Ode; Harudin; Musrianton, Muh.
JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL Vol. 6 No. 2 (2025): Jurnal Manajemen Pendidikan dan Ilmu Sosial (Februari - Maret 2025)
Publisher : Dinasti Review

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38035/jmpis.v6i2.4138

Abstract

Wakatobi ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, memiliki potensi besar untuk pengembangan eduwisata budidaya rumput laut yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi serta merumuskan langkah-langkah strategis dalam mengembangkan eduwisata budidaya rumput laut yang ramah lingkungan berbasis Community Based Tourism (CBT) di Desa Liya Onemelangka. Menggunakan pendekatan kualitatif yang mencakup observasi, wawancara, tinjauan literatur, dan diskusi kelompok terfokus (FGD), penelitian ini menemukan bahwa penggunaan tempurung kelapa dalam budidaya rumput laut ramah lingkungan menawarkan potensi yang signifikan sebagai daya tarik eduwisata yang unik. Respons positif dari masyarakat setempat, yang ditunjukkan melalui partisipasi aktif dan rasa kepemilikan yang tinggi, mengindikasikan keselarasan dengan prinsip-prinsip CBT. Penelitian ini menyarankan bahwa pengembangan budidaya rumput laut ramah lingkungan dapat berkontribusi pada penguatan pariwisata berkelanjutan di Wakatobi, memberikan kontribusi pada literatur tentang pengelolaan pariwisata berbasis komunitas dan pelestarian lingkungan.
The Fuzzy Cognitive Mapping of Stakeholders Related to the Measured Fishing Policy (In Southeast Sulawesi) Robin; Taswin Munie, Muhammad; Hamka, Eddy; Mansyur, La Ode
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 13 No. 1 (2025): Sosiologi: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22500/13202555185

Abstract

The issuance of the Measured Fishing Policy (PIT) has sparked controversy among fishing communities, particularly due to its mechanism, which is seen as granting greater opportunities for the fishing industry to exploit marine resources. In contrast, small-scale and traditional fishers are perceived to be at a disadvantage in the long run. This study aims to examine the perceptions of fisheries stakeholders regarding the implementation of PIT, with research conducted in Fisheries Management Area (WPP) 714, especially in Southeast Sulawesi. A mixed-methods approach was applied, combining primary data from Focus Group Discussions (FGD), questionnaires, and in-depth interviews, alongside secondary data sourced from scientific articles, research reports, online media, and other references. The analysis using fuzzy cognitive mapping indicates that the PIT policy is negatively associated with fishermen’s income, fish stock sustainability, conservation efforts, and community involvement. Furthermore, the study reveals stakeholder perspectives on seven key characteristics of measurable fishing policies, with the quota system emerging as the most prominent concern among fisheries practitioners and observers. In conclusion, the fuzzy cognitive mapping results highlight that PIT is largely perceived as having adverse impacts on small-scale fisheries.